Menjadi seorang konten kreator, entah itu sebagai YouTuber, selebgram, atau mungkin seleb TikTok adalah hal yang sekarang diinginkan banyak orang. Bukan hanya karena bakal dikenal oleh netizen saja, pekerjaan tersebut akan memberikan banyak keuntungan dan membuka jalan bagi mereka yang ingin menjadi entertainer.
Sayangnya, perjuangan orang-orang yang berpikir keras membuat konten yang menarik ini bisa saja kalah dengan mereka yang hanya mengunggah ulang atau reuploader. Fenomena reuploader ini meresahkan dan membuat geram mereka yang susah payah membuat postingan yang orisinal. Ya, situ enak, tinggal comot doang bisa dapat uang~
Gaji para reuploader lebih besar dari video orisinilnya
Seorang konten kreator pastilah memikirkan konsep ide, naskah dan narasi yang ada di dalam video, jadwal syuting, serta segala tetek-bengek yang berkaitan dengan video yang akan diunggah. Apalagi, sekarang semakin banyak pembuat konten dengan isi yang beragam, sehingga persaingan untuk mendapatkan penonton semakin ketat pula.
Berbeda dengan pembuat konten original, mereka yang hanya bertindak sebagai reuploader jelas tak perlu bekerja susah payah lagi, tinggal modif video dan unggah selesai deh. Dari segi gaji, para reuploader ini juga jauh mendapatkan uang lebih banyak dari pembuat video aslinya. Padahal yang kerja susah payah kan pembuat konten awal, hmm.
Reuploader hanya menunggu waktu takedown saja
Tetapi, tantangan utama sebagai reuploader ini adalah konten yang dinaikkan bisa ditakedown atau terkena blokir hak cipta kapan saja. Sudah banyak sekali loh contoh video-video reuploader yang diturunkan, salah satunya adalah kanal YouTube yang cukup femes di Indonesia, Calon Sarjana.
12.4 million subscribers and he steals my thumbnail. he really has no idea what i do LMAO pic.twitter.com/fYkUL312iv
— JT (@JTonYouTube) November 6, 2019
Calon Sarjana pernah dihujat netizen satu Indonesia karena memang mengunggah ulang video dari kanal lain di luar negeri. Ia hanya mengubah pengisi suara (VO) menjadi bahasa Indonesia saja. Sisanya semua sama, bahkan thumbnail di bagian depan juga tak berbeda. Alhasil, yang tadinya ia punya subscriber 12 juta lebih, sekarang tinggal 3 juta saja.
Reuploader konten di Instagram
Para reuploader ini tak hanya berlaku untuk konten YouTube ya, ada pula yang mengunggah ulang di Instagram. Kalau kalian mengenal akun-akun tweet receh, maka mereka hanya bermodal screenshoot tweet para selebtweet saja, bisa menghasilkan uang dan punya banyak pengikut.
Dulu, awalnya saya diamkan. Tapi ke sini-sini malah paid promote segala. Enak banget, orang lain yang mikir, dia tinggal reupload, terus dapat duit dari karya orang lain. Hadeh. Yang belum follow, enggak usah follow. Yang udah follow, unfollow aja. Terima kasih pic.twitter.com/rpqCGqZpoq
— Fiersa Besari (@FiersaBesari) April 20, 2020
Hal inilah yang membuat para pembuat tweet murka dan beramai-ramai melakukan report terhadap akun tersebut. Ternyata, fenomena para reuploader Instagram ini cukup cerdas, mereka membuat 4-5 akun (atau mungkin lebih) dengan nama yang mirip dan isi postingan sama, semuanya punya banyak pengikut. Dari postingan-postingan itulah uang mengalir.
Ingat, menjadi seorang reuploader sama saja seperti mencuri
Fenomena reuploader ini sudah sering sekali dibahas para konten kreator. Menjadi seorang reuploader sama saja kamu menjadi pencuri, apalagi tidak izin dengan pembuat konten yang bersangkutan. Konten itu dibuat dengan cara dipikirkan terlebih dahulu, sedangkan para reuploader tinggal screenshot dan unggah ulang di media sosial.
https://twitter.com/AfdaIdh/status/1254748473364107266
Lalu, saat sudah banyak pengikutnya, mereka akan mendapat endorse dan menghasilkan uang. Kalau memang ingin menjadi konten kreator, enggak apa kok memulai dari awal tanpa harus mengambil karya orang lain.
BACA JUGA: Sering Jadi Trending, Ternyata Ini Sumber Video Kanal YouTube Calon Sarjana
Para reuploader ini juga membuat konten kreator malas membuat karya. Mulai sekarang, belajarlah menghargai hasil karya orang lain ya. Kalau memang mau menjadi konten kreator, mulailah dari bawah, kemudian terus berproses agar bisa menjadi hebat dengan karya sendiri.