Buku sejarah ditulis oleh mereka yang mendapat pendidikan di masanya. Jadi, ketika kita membaca buku sejarah, kita mendapatkan gambaran bahwa orang-orang zaman dahulu adalah sosok yang serius dan bermartabat.
Meski begitu, bukan berarti kita adalah sosok yang jauh berbeda dari nenek moyang. Mungkin kita bisa hidup lebih baik dengan adanya teknologi, tapi setidaknya ada beberapa aspek yang membuat kita sama dengan manusia zaman dulu.
1. Remaja yang Suka Membuat Grafiti
Gambaran yang sering didapat tentang mereka yang hobi grafiti adalah remaja pria dengan sebotol cat semprot di satu tangan dan skateboard di tangan lainnya. Tapi, ini ternyata bukan cuma trend anak muda modern, tapi bahkan sudah ada sejak 35 ribu tahun lalu. Ketika ahli sejarah dan antropolog melihat lebih dekat lukisan gua dari jaman prasejarah, mereka melihat sesuatu yang aneh.
Lukisan yang umumnya ditemukan di gua biasanya dibuat oleh dukun dewasa, dilihat dari gambarannya. Tapi gambar yang ditemukan ini mirip dengan gambar yang biasa ditemukan di gedung-gedung yang ditinggalkan. Ada gambar tubuh dengan anggota tubuh yang digambar dengan berlebihan, ada juga tubuh wanita telanjang dengan anatomi yang tidak tepat, serta adegan berburu yang sangat berdarah-darah.
Dari hasil penelitian dari proposi jari dan tangan yang ditemukan di lukisan tersebut, ditemukan bahwa sekitar 80 persen dari lukisan gua dibuat oleh laki-laki remaja. Remaja yang di usia mereka banyak memikirkan tentang berburu dan seks.
2. Hal Paling Sepele pun Diabadikan
Di era modern kita banyak melihat postingan paling sepele di media sosial. Bahkan ada juga orang yang memposting segala hal yang dilakukan mulai dari menu makan siang mereka hingga ketika mereka akan tidur. Beberapa orang mungkin akan mengira bahwa ini hanyalah efek teknologi yang ada saat ini, tapi sebenarnya perilaku seperti ini bukanlah hal baru.
Grafiti yang berhasil selamat di Pompeii mencatat informasi semacam ini yang mungkin orang mengira cukup penting untuk dibagikan ke dunia. Dalam sebuah barack Gladiator, ditemukan tulisan “19 April, aku membuaut roti”; kemudian di pintu lain tertulis, “20 April, aku punya jubah yang harus dicuci”, dan di eksterior rumah tertulis, “Apollinaris, dokter kaisar Titus, buang air besar dengan baik di sini.”
Ternyata juga bukan tiga orang itu saja yang perlu membagikan informasi tersebut kepada dunia tentang kegiatan sehari-hari mereka yang biasa saja. Banyak huruf kuno bangsa Viking yang menghiasi ruangan makan di Maeshowe, Skotlandia hanya bertuliskan bahwa orang ini dan orang itu membuat salib ini.
3. Menyesal dengan Tato yang Dibuat
Tato bukanlah hal yang baru bahkan di zaman Perak mumi Otzi. Tangan, kaki, dan siku mereka masih menunjukkan desain tato sederhana. Tanda yang sama juga ditemukan di tubuh mumi Mesir. Bangsa Romawi yang menghargai kesucian dan kemurnian tubuh manusia juga mulai mengubah pandangan mereka tentang tato. Prajurit perang Salib juga punya simbol Kristiani di tubuhnya agar mereka bisa dimakamkan dengan baik dan benar jika mereka meninggal dalam perang.
Meski begitu, tidak seperti kebanyakan orang sekarang, kadang nenek moyang kita juga tidak terlalu pandai memilih tato yang indah dan sempurna. Banyak dokter zaman Romawi juga memiliki pelayanan menghapus tato. Tapi ternyata terkadang proses ini tidak terlalu bagus.
Beberapa cara menghapus tato paling awal yang pernah tercatat adaah dengan menyuntikkan anggur, bawang, bahkan kotoran burung di bawah kulit. Teknik selanjutnya kemudian juga termasuk dermabrasi, yang secara teknis berarti menggosok kulit dengan pasir. Ketika pendeta Eropa datang dan bertemu dengan penduduk asli Polynesia yang bertato, mereka kemudian melakukan dermabrasi dengan menggunakan batu pasir untuk menghilangkan tato. Sementara beberapa orang lainnya akhirnya memilih memotong tato mereka langsung.
4. Judi Selalu Populer
Di Romawi kuno, perjudian adalah hal yang ilegal kecuali pada festival Saturnus. Dinding di Roma dihiasi dengan mural yang menggambarkan para pria bermain dadu dan banyak tanda yang mengiklankan bahwa tidak hanya tersedia makanan dan minuman, tapi juga berbagai permainan judi.
Jika beberapa pria yang bosan tidak mendapatkan meja judi, mereka akan membuat sendiri dengan mengukir papan judi pada batu. Tidak hanya itu saja, dinding tempat minum juga menekankan bahwa jika tamu tidak tahu caranya bermain, maka ia harus menyerahkan kursinya ke orang lain yang tahu caranya bermain. Bahkan ada juga mural yang menggambarkan perkelahian dengan meja judi yang terbalik. Hutang gara-gara judi adalah faktor yang membuat banyak orang pada masa Romawi Kuno menjadi bangkrut.
5. Manusia Selalu Ingin Meninggalkan Jejak
Salah satu keinginan terdasar manusia sepanjang sejarah selalu sama, yaitu ingin diingat. 8 abad yang lalu, bangsa Viking menyerbu makam zaman Batu di Maeshowe, Skotlandia untuk menunggu badai salju mereda. Mereka meninggalkan tulisan dalam huruf rune mengatakan bahwa mereka ada di sana, kemana mereka akan pergi, dan mengapa mereka bisa ada di sana, dan siapa yang merah-marah karena makam yang seram dan cuaca yang buruk.
Pada gurun di Mesir juga ditemukan tulisan yang dibuat oleh traveler yang sudah lama meninggal. Tulisan tersebut sesederhana “Demetrios menulis ini” dan “Zenon juga di sini”. Tapi, tulisan yang paling menyedihkan mungkin yang ditemukan di sebuah bar di Pompeii. Tulisan tersebut sangat sederhana tapi juga abadi dan kita bisa dengan jelas menggambarkan suasana ketika mereka menulisnya. Tulisan tersebut adalah “Kami, dua orang pria, teman selamanya, di sini. Jika kamu ingin tahu nama kami, kami adalah Gaius dan Aulus.”
Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa manusia sejak zaman dahulu ternyata memang memiliki karakter yang hampir sama. Jadi, selain teknologi dan pengetahuan yang lebih luas, kita mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan manusia zaman dahulu.