Teror bom bunuh diri kembali mengguncang Indonesia. Setelah beberapa waktu silam sempat terjadi di Surabaya, peristiwa serupa tersebut kini menghantam Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Dilansir dari kompas.com, pelaku berinisial RM yang tewas disebut mengenakan jaket pengendara ojek online untuk memuluskan aksinya.
Modus pelaku yang berhasil mengecoh perhatian itu, tak lama kemudian meledakkan dirinya hingga membuat panik di sekitarnya. Tak hanya aksi bom bunuh diri yang menjadi sorotan, pelaku teror yang memanfaatkan atribut ojek online untuk memuluskan rencananya, juga termasuk pertama kalinya terjadi. Simak ulasan berikut ini.
Menggunakan atribut ojol dan Ingin urus SKCK
Saat kejadian, pelaku berinisal RM disebutkan hendak mengurus surat keterangan catatan kepolisian (SKCK). Dengan menggunakan jaket beratribut salah satu penyedia jasa ojek online (ojol), dirinya kemudian masuk ke area Polrestabes. Saat berada di dalam, pelaku yang diketahui masih berusia remaja ini kemudian meledakkan dirinya.
Meledakkan diri di markas polisi dengan bom yang dililit di perut
Saat kejadian, pelaku ternyata menggunakan bom yang dililitkan di pinggangnya yang akhirnya meledak tepat di depan kantin Polrestabes Medan. Selain pelaku yang langsung meninggal di lokasi kejadian, peristiwa tersebut juga melukai empat polisi dan dua warga sipil terluka.
Sempat digeledah namun lolos karena dianggap tidak mencurigakan
Sebelum ledakan terjadi, anggota kepolisian setempat sudah memeriksa pelaku itu sebelum masuk ke kompleks Mapolrestabes Medan. Karena tak ditemukan benda mencurigakan di dalam tas yang dibawa, ia pun lolos dan masuk ke dalam areal. “Saat itu sudah dilakukan pemeriksaan baik fisik maupun barang-barang yang dibawa masyarakat,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, yang dikutip dari medan.kompas.com.
Aksi terorisme yang termasuk kategori lone wolf
Karena beraksi seorang diri, peristiwa bom bunuh diri di markas kepolisian itu dianggap sebagai aksi tunggal atau lone wolf. Dengan bom yang dililitkan pada perutnya, ledakan yang ada membuat enam orang terluka, yakni empat personel Polri, satu pekerja harian lepas dan satu orang warga.
Kasus ledakan bom Polrestabes Medan menurut para pakar
Kasus bom bunuh di Polrestabes Medan, juga menjadi perhatian serius bagi beberapa pihak. Salah satunya adalah Sidney Jones selaku peneliti lembaga Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC). Menurut dirinya, penyerangan terhadap polisi dan aset-asetnya dapat dirunut hingga 2010 ketika ada kamp pelatihan terduga teroris yang dibongkar oleh polisi di Aceh sehingga menewaskan sejumlah terduga teroris. “Sejak itulah polisi menjadi target nomor satu, walaupun kemudian sudah ada justifikasi ideologis juga, tapi umumnya motifnya balas dendam.” ujarnya yang dikutip dari bbc.com.
BACA JUGA: Fakta Dita Oepriarto, Pelaku Bom Surabaya yang Jadi Bukti ISIS Masih Ada di Indonesia
Menyerang markas kepolisian dengan melakukan aksi bom bunuh diri, menjadi bukti bahwa pelaku terorisme saat ini semakin berani. Peristiwa semacam ini pun sejatinya bukanlah hal yang baru. Mengingat, teror bom bunuh diri juga banyak menargetkan markas kepolisian.