Peristiwa kematian Munir Said Thalib, aktivis HAM yang meregang nyawa pada 7 September 2004 silam, seolah masih menjadi misteri hingga saat ini. Peristiwa inipun menyeret seorang Pollycarpus Budi Hari Priyanto yang dicurigai sebagai dalang di balik kematian Munir. Dilansir dari news.detik.com, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akhirnya menjatuhkan hukuman 14 tahun pada oktober 2013.
Namun, Pollycarpus kini telah divonis bebas dari hukuman yang mengungkungnya mulai dari tahun 2004 itu. Alhasil, berita tentang kebebasan dirinya pun mengundang sejumah tanda tanya dari sejumlah pihak. Tak terkecuali dari Suciwati yang merupakan istri dari Munir. Sebagai mantan pilot, Pollycarpus kini pun lebih fokus menata masa depannya sebagai penerbang. Seperti apa jejaknya di masa lalu? Simak ulasan berikut
Sempat jadi Pilot di sejumlah misi penerbangan
Pollycarpus diketahui pernah menjadi penerbang sebelum resmi bekerja di maskapai Garuda Indonesia. Dilansir dari nasional.tempo.co, ia pernah menjadi pilot pada misi Gereja di Papua sekitar tahun 1985-1987. Padahal, kondisi kemanan saat itu belumlah stabil. Selain itu, Pollycarpus juga pernah terlibat dalam sejumlah penerbangan di Timor-Timur pada saat terjadi pergolakan hebat pada 1999 silam. Karirnya sebagai penerbang pun berlanjut saat ia bergabung pada Garuda sebagai pilot.
Bergabung degan Garuda
Berbekal pengalaman terbangnya, Pollycarpus akhirnya bergabung dengan maskapai Garuda. Jika dulu ia memgang kemudi pesawat berjenis Fokker 28, ia kemudian berkesempatan menerbangkan Boeng 737. Karirnya yang semakin berkembang, membuat Pollycarpus dipercaya menjadi kapten pilot untuk Airbus 330. Hingga pada suatu masa, ia terlibat dan dikenai tuduhan sebagai salah satu dalang di balik kematian Munir. Tak hanya dirinya, beberapa pihak pun diduga sebegai eksekutor yang bertanggung jawab saat peristiwa itu terjadi.
Terlibat pembunuhan Munir
Peristiwa kelabu itu terjadi pada 7 September 2004. Di mana Munir meregang nyawa di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974. Saai itu, dirinya sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana. Menurut dokumen Harian Kompas terbitan 8 September 2004 yang dikutip dari tribunnews.com, indikasi bahwa Munir diracun memang terlihat setelah pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Changi yang menjadi tempat transitnya. Nama Pollycarpus pun terseret sebagai salah satu otak pembunuhan Munir. Ia pun akhirnya dijadikan tersangka dan dihukum selama 14 tahun setelah melewati berbagai prosedur dan pemeriksaan ketat.
Bebas murni dari segala tuduhan pembunuhan
Setelah menjalani hukuman dan serangkaian pemeriksaan, Pollycarpus akhirnya dibebaskan secara murni. Sebelumnya, mantan pilot Garuda itu sempat menjalani masa bimbingan pembebasan bersyarat yang dimulai pada 29 November 2014 dan berakhir 29 Agustus 2018. Padahal, ia dulu diwajibkan melapor ke Balai Pemasyarakatan (Bapas) Bandung jika hendak keluar kota atau ada keperluan lainnya. Setelah kebebasannya, Pollycarpus enggan mengungkit kembali peristiwa masa lalu yang membuat dirinya menjadi pesakitan di penjara.
“Kalau dulu kita sering kontak berada di mana, mau keluar kota juga kita mesti lapor. Kemarin (saat bebas bersyarat) kalau dihitung sampai 30 kali lapor,” tuturnya yang dilansir news.detik.com.
Kebebasannya dikomentari oleh Suciwati
Sebagai istri dari seorang aktivis HAM, Suciwati pun berhak tahu atas kejadian yang menimpa Munir sang suami. Terlebih, Pollycarpus yang diduga menjadi salah satu pembunuh telah dibebaskan secara murni. Hingga saat ini, Suciwati pun masih merasakan ganjalan dari momen tersebut. Dengan lepasnya status tahanan dari Pollycarpus, aktor di balik kematian Munir pun kembali menimbulkan tanda tanya.
“Sejak awal saya tidak pernah melihat dia mempunyai niat baik. Saya melihat banyak sekali kejanggalan-kejanggalan di pengadilan atau kebohongan yang dia berikan kepada kepolisian (…) Saya pikir saya tidak ingin dengar apapun,” kata Suciwati yang dilansir dari news.detik.com.
Hingga detik ini, kematian Munir memang masih menjadi misteri bagi masyarakat Indonesia. Tiada pelaku pasti yang dicurigai selain Pollycarpus yang kini telah bebas secara murni. Entah siapa yang berada di balik layar dari peritiwa tersebut. Semoga pemerintah Indonesia masih berkenan mengusut kasus ini agar segera mendapat titik temu pembunuh yang sesungguhnya. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?