Indonesia sudah lama kesohor dengan Kopassus-nya yang menjadi salah satu pasukan terbaik dunia. Ternyata, di dalam satuan elit itu ada sebuah unit khusus yang sifatnya sangat tersembunyi. Di bilang sangat rahasia karena tugasnya berhubungan dengan operasi dan peperangan intelijen. Pasukan inilah yang digerakkan oleh pemerintah Indonesia pada saat terjadi konflik dengan pasukan militan PGRS dan Paraku.
Sebagai pasukan rahasia Kopassus, Sandi Yudha memang dikenal satuan yang khusus menangani perang rahasia (clandestine operation). Di mana mereka bergerak di balik layar, membantu prajurit lainnya secara senyap di lapangan. Serangkaian misi penting pun pernah mereka laksanakan. Mengingat tugasnya yang tak mudah, beberapa fakta di bawah ini merupakan gambaran sosok prajurit bayangan tersebut.
Kopassus terdiri dari 3 grup komando
Pasukan elite Kopassus memiliki 3 grup yang mempunyai tugas berbeda, yakni Grup I, Grup II dan Grup III. Di antara ketiganya, hanya Grup III-lah yang memiliki keahlian tambahan yaitu spesialisasi intelijen dan peperangan rahasia. Sementara itu, Grup I dan Grup II memiliki fungsi dan tugas pokok yang sama. Yakni Para Komando atau disingkat Prako, yang memiliki kemampuan seperti operasi lintas udara hingga penyerbuan amfibi dari laut. Sesuai tugasnya dalam bidang intelijen, Grup III diberi satuan Sandi Yudha. Nama yang diambil dari pasukan mata-mata era majapahit, Telik Sandibhaya.
Pelatihan khusus hingga ke luar negeri
Sama seperti prajurit Kopassus lainnya, satuan Sandi Yudha juga digembleng dengan latihan keras. Di antaranya adalah Kursus Para (2,5 bulan), Sekolah Komando (7 bulan) ditambah kursus lainnya seperti PH (Perang Hutan), PJD (Perang Jarak Dekat), Spursus (Sekolah tempur khusus) dan Dakibu (Pendaki Serbu). Karena digunakan untuk operasi intelijen, satuan Sandi Yudha dibekali spesialisasi tambahan seperti penyamaran, navigasi, dan bela diri khusus. Para prajurit pun kerap dikirim belajar ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris bahkan Israel.
Tugas sejati sang pasukan bayangan
Selain menggelar operasi intelijen, pasukan Sandi Yudha sejatinya bergerak leluasa. Tanpa terikat dengan konvensi internasional dan hukum humaniter perang. Jalan yang diambil bukanlah dengan cara kekerasan, melainkan ditempuh dengan jalan mengambil hati lawan. Jika gagal, kekerasan dan peperangan senyap menjadi jalan terakhir bagi mereka. Yang pasti, tugas yang diemban harus selesai. Apapun metode dan resiko yang diambil oleh pasukan Sandi Yudha.
Misi khusus yang pernah diemban
Saat terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, intelijen TNI sempat diterjunkan untuk melatih milisi Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang pro-Indonesia. Sialnya, setelah perang usai, pasukan gerilyawan ini menolak menyerahkan senjata dan malah balik memusuhi Indonesia. TNI pun tak tinggal diam. Mereka akhirnya menerjunkan operasi rahasia (klandestine operation) untuk menumpas PGRS dan Paraku yang beranggotakan pemuda Tionghoa di Sarawak, Sabah, Brunei, suku Dayak, Jawa dan Melayu.
Kisah heroik pasukan Sandi Yudha saat bertugas
Dilansir nasional.kompas.com, salah seorang anggota pasukan Sandi Yudha, Hendropriyono, sempat mengalami pergulatan seru dengan Hassan, salah seorang pemimpin milisi PGRS. Ia bergerak secara senyap bersama satu unit kecil dengan delapan anggota, mengitari sebuah gubuk, tempat targetnya berada. Saat itu, anak buahnya berhasil membunuh seorang penjaga bersenjata api secara senyap menggunakan sangkur. Hendropriyono sendiri sempat membanting dan menembak Hassan saat keduanya terlibat pergulatan seru. Alhasil, kontak jarak dekat itu membuat paha Hendropriyono tertembus sangkur dan jarinya terluka lantaran menahan tikaman yang diarahkan ke dadanya. Pada akhirnya, pasukan Sandi Yudha berhasil menumpas habis para pemberontak tersebut.
Itulah sekelumit cerita tentang pasukan Sandi Yudha yang menjadi bagian dari Kopassus. Mereka kerap bergerak di balik layar. Diterjunkan untuk meringkus teroris dan penentang NKRI. Sangat senyap, rahasia dan mematikan. Sesuai dengan hymne Kopassus, “Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal di Medan Laga“. Komando!