in

4 Fakta Kamp Moria, Tempat Pengungsian yang Malah Bikin Banyak Orang Nggak Betah

Ketika mendengar kamp pengungsian, maka yang terbenak dalam pikiran adalah hal-hal menakutkan. Alasannya karena kamp selalu identik dengan ketidaklayakan, kelaparan, serta sederet citra buruk lainnya. Meskipun tak semua kamp pengungsian itu penuh nestapa, tapi faktanya memang kebanyakan begitu. Salah satu contohnya adalah kamp Moria di Yunani.

Pada awalnya kamp ini dibangun agar para imigran dari Timur Tengah dan sekitarnya yang ingin menuju Eropa bisa mendapatkan tempat yang layak. Tapi faktanya justru berkebalikan. Jangankan nyaman, tiap menitnya para penghuni kamp ini berasa di tempat terburuk. Tak heran kalau banyak yang bilang orang-orang kamp Moria ingin melakukan bunuh diri. Sebenarnya seburuk apa kamp ini? Ketahui lewat ulasan berikut.

Masalah makanan dan jumlah pengungsi yang membludak

Salah satu kamp pengungsi di Yunani ini sempat jadi perhatian dunia. Bagaimana tidak, pasalnya kamp Moria masih lekat dengan image negatifnya. Meskipun jadi tempat penampungan sementara para pengungsi dari Afghanistan dan daerah konflik lainnya namun banyak yang menganggapnya tidak layak.

Keadaan kamp Moria [sumber gambar]
Makin hari semakin bertambah yang datang ke sana. Saat ini diperkirakan ada sekitar 9000 orang, padahal kapasitas dari penampungan sementara ini hanya sekitar 3000 orang. Oleh sebab itu makin banyak kendala yang dialami terutama masalah makanan. Bagaimana tidak pasalnya para pengungsi harus mengantri lama bahkan sampai 12 jam, kadang saat mereka sudah dapat giliran makanan yang diperoleh ternyata sudah berjamur dan tidak layak.

Kebersihan jadi salah satu problem lain

Seperti yang diketahui kalau banyak yang mendapatkan makanan tak layak di sana. Hal ini tidak terlepas dari jumlah membludak pengungsi sehingga memanfaatkan sumber makanan yang ada sebaik mungkin. Tidak hanya itu, bahkan masalah kebersihan di pengungsian pun jadi problem lain yang harus diselesaikan.

Masalah kebersihan [sumber gambar]
Semisal keadaan toilet dan sanitasi yang kurang baik ternyata berpengaruh besar pada kesehatan para penghuninya. Jadi bukan hal yang aneh kalau banyak pengungsi yang mengeluh terkena penyakit lantaran berada di sana. Segala upaya pun dilakukan, namun semua seolah sia-sia menghadapi banyaknya jumlah pengungsi di sana.

Penyakit mental juga menghantui para pengungsi di sana

Tak sampai di situ, para pengungsi juga menghadapi kendala lain dari dalam. Apalagi kalau tekanan mental yang luar biasa saat berada di sana. Harapannya sebenarnya mereka mencari suaka dimana mereka bisa berlindung dan merasa aman. Apalagi negaranya dulu sudah sering dilanda perang sehingga menimbulkan trauma yang luar biasa.

Masalah karena terlalu banyak orang [sumber gambar]
Namun setelah sampai di pengungsian banyak kendala lain yang mesti dihadapi. Alhasil adanya banyak tekanan itu juga membuat mental beberapa pengungsi jadi jatuh. Bahkan mirisnya beberapa pengungsi mengaku sempat mau melakukan upaya bunuh diri. Belum lagi adanya tekanan di sana seperti upaya pemerkosaan dan lain-lain membuat mental mereka makin menderita.

Makin tahun semakin bertambah membuat penderitaan meningkat

Keadaan para pengungsi di sana ternyata semakin diperparah dengan adanya penambahan orang di Moria. Bayangkan saja, dilansir dari Intisari ternyata saat ini jumlah di sana membludak sampai 23 ribu orang. Meski masuk kategori parah, sebenarnya angka ini dibilang lumayan turun dari pada tahun 2015 dimana jumlah pengungsi mencapai 850 ribu orang.

Makin banyak orang [sumber gambar]
Pengurangan tersebut sejatinya dilakukan oleh Uni Eropa dengan mengembalikan beberapa pengungsi ke negaranya yang sudah aman atau memindahkannya ke tempat pengungsian lain. Namun siapa sangka jumlah yang menetap di sana tetap saja terlalu banyak dari kapasitasnya.

Keberadaan kamp Moria ini sejatinya harus menjadi perhatian dunia. Apalagi mengingat banyaknya hal buruk yang yang terjadi di sana bahkan sampai membuat mereka ingin bunuh diri. Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja, namun hal ini jadi permasalahan bersama.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

4 Fakta Sutopo, Tetap Bertugas Ketika Bencana Tsunami Palu Meski Terkena Kanker

Kandas di Tahun 1998, Tak Surutkan Prabowo-Titiek untuk ‘Terus Bersama’ Hingga Kini