Tak lama lagi, Indonesia bakal mendapatkan kejutan besar berupa perubahan cuaca yang disebabkan oleh fenomena alam. Peristiwa tersebut dinamakan sebagai hari tanpa bayangan, di mana akan ada sebuah kejadian alamiah yang jarang ditemukan sebelumnya. Tak heran, akan ada banyak fakta mengejutkan yang bakal mewarnai pada hari itu.
Salah satu fenomena besar saat peristiwa itu terjadi adalah, Matahari akan memancarkan sinar yang lebih banyak dari sebelumnya. Alhasil, cuaca dan hawa udara pun terasa lebih terik dan panas. Bahkan, posisinya pun berada tepat di atas kepala pada wilayah-wilayah tertentu. Seperti apa fenomena alam super tersebut? Simak ulasan berikut.
Hanya terjadi 2 kali dalam setahun
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN, Jasyanto, fenomena hari tanpa bayangan akan terjadi selama dua tahun sekali. Peristiwa alam ini diprediksi akan kembali hadir pada 23 September 2018 mendatang. Semua kejadian unik tersebut, berkaitan erat dengan posisi Indonesia yang terletak di garis equator. Saat itu, Matahari akan berada tepat di atas kepala. Gejala alami tersebut juga disebut sebagai Solstice atau titik balik Matahari.
Matahari memancarkan sinar lebih kuat dari biasanya
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, fenomena hari tanpa bayangan akan membuat Matahari ‘bekerja ekstra keras’ memancarkan sinarnya. Tak pelak, cuaca terik dan hawa panas di siang hari, bakal dialami oleh sebagian wilayah tertentu. Kejadian alam tersebut juga menjadi penanda musim panas dan dingin tengah mencapai puncaknya. Yang patut diwaspadai, cuaca yang teramat terik ini bisa menimbulkan potensi dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh.
Hanya terjadi di wilayah tertentu
Tak semua daerah di Indonesia merasakan dampak dari fenomena alam tersebut. Karena Matahari tepat melintasi garis khatulistiwa, hanya wilayah tertentu saja yang kebetulan berada tepat di jalurnya, bisa merasakan hari tanpa bayangan. Ada beberapa wilayah yang dilewati ekuator Indonesia yang tersebar di masing-masing kepulauan. Salah satunya adalah Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Saat Matahari berada tepat di atas kepala, maka bayangan tugu tak akan terlihat karena posisinya lurus sejajar. Inilah yang disebut sebagai hari tanpa bayangan.
Perubahan siang dan malam menjadi lebih singkat
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tepat pada pukul 23.15 pada 20 Maret 2018, posisi Matahari akan berada tepat di atas garis ekuator. Dalam pandangan secara ilmiah, fenomena alam tersebut dijuluki sebagai Vernal Equinox. Saat hal itu terjadi, ritme perubahan siang dan malam di seluruh dunia akan berlangsung selama 12 jam secara serentak. Jadi lebih singkat ya Saboom.
Berpotensi menggangu sinyal GPS
Fenomena alam berupa hari tanpa bayangan, akan membuat posisi Matahari berada tepat di atas kepala pada waktu siang hari. Dalam hal ini, lapisan ionosfer yang menjadi salah satu lapisan atmosfer bumi, akan mengalami penumpukan dalam jumlah yang sangat banyak. Peristiwa tersebut berpotensi mengganggu komunikasi radio dan sinyal GPS. Sekedar info, ionosfer sendiri merupakan salah satu lapisan pada atmosfer yang menjadi rumah bagi segala bentuk sinyal telekomunikasi.
Tak pelak, fenomena alam seperti hari tanpa bayangan tersebut, mendapat antusiasme beragam dari masyarakat Indonesia. Ada yang meneliti dampak dari hal tersebut, namun ada pula yang justru ingin menikmati momen langka itu. Dengan adanya fenomena hari tanpa bayangan, sudah sepatutnya kita berdo’a kepada Tuhan agar segala peristiwa alam yang ada, tak sampai menjadi sesuatu yang berbahaya bagi mahkluk hidup di bumi