Bagi pendaki gunung, bunga edelweis adalah salah satu daya pikat yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Sebab tak bisa dijumpai di sembarang tempat, sudah barang pasti bunga ini selalu diincar oleh para pendaki. Terlebih dikaitkan dengan mitos ‘lambang keabadian cinta’, bunga yang tumbuh di daerah pegunungan ini diburu oleh banyak orang.
Sayangnya, bunga edelweis yang langka baru-baru ini dikabarkan hampir punah. Hal ini disebabkan ulah pendaki yang diam-diam mencuri bunga tersebut dan dibawah pulang. Padahal, bunga yang hanya bisa ditemui mekar pada bulan April hingga Agustus ini banyak memiliki makna bagi negara kita. Nah, berikut ini beberapa fakta bunga edelweis yang tak banyak diketahui.
Bunga berwarna putih ini sering disebut-sebut sebagai bunga abadi. Sebab edelweis mengandung hormon bernama etilen yang bisa mencegah proses kerontokan kelopak bunga. Sehingga, bunga ini pun keindahannya menjadi tahan lama. Selain itu, bunga edelweis juga bisa mekar hingga kurun waktu 10 tahun lamanya. Karena hal ini, bunga edelweiss sering dikaitkan sebagai simbol cinta abadi yang tak lekang oleh waktu.
Sempat dijadikan gambar pada perangko oleh Pos Indonesia pada tahun 2003, edelweis dilindungi oleh undang-undang. Undang-undang mengatur agar bunga ini tidak dicabut ataupun dibawa turun dari gunung. Asal tahu saja, mencabut bunga edelweis bisa membuat seseorang terancam hukuman sesuai UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem pada pasal 33 ayat 1.
Berdasarkan sejarah, bunga edelweis ditemukan pertama kali oleh Georg Carl Reinward pada 1819. Kala itu, naturalis asal Jerman tersebut menemukan bunga ini di lereng Gunung Gede. Di waktu-waktu berikutnya botanis asal Jerman lain bernama Carl Heinrich Schutz juga melakukan penelitian lanjutan pada bunga istimewa ini.
Jarang dijumpai, bunga edelweis hanya bisa tumbuh di ketinggian sekitar 2000 mpdl ke atas. Beberapa tempat untuk bisa menemukan bunga ini di antaranya Gunung Gede, Gunung Rinjani, dan Gunung Merbabu. Tidak hanya ketinggian, suhu udara dan kelembaban juga mempengaruhi tumbuh kembang bunga ini. Karenanya, pertumbuhan edelweis di Pulau Jawa dan pulau di luar Jawa pun bisa jadi berbeda. untuk di Pulau Jawa, ketinggian pohon edelweis rata-rata hanya satu hingga empat meter saja.
Di Indonesia, bunga edelweiss yang tumbuh adalah jenis Anaphalis Javanica yang biasa disebut edelweis jawa atau bunga senduro. Ciri-ciri bunga ini adalah berkelopak putih dan akan mekar saat musim hujan telah berakhir dan pancaran matahari datang secara intensif. Berbeda dengan edelweis versi luar negeri yang disebut Leontopodium Alpinum yang dijadikan bunga nasional negara Austria.
Di tanah air, ada beberapa tempat terbaik yang diyakini sebagai spot terbaik menikmati pesona edelweis. Di antaranya Tegal Alun Gunung Papandayan yang memiliki luas sekitar 32 hektar dengan hamparan bunga edelweis mekar secara alami. Selain itu ada juga alun-alun Suryakencana dan Lembah Mandalawangi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang juga memiliki pesona bunga edelweis yang menghampar luas.
Di Gunung Bromo, edelweis dikabarkan telah punah. Sedangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sedang dilakukan berbagai upaya untuk melindungi bunga ini. Sedang di berbagai gunung, edelweis sedang terancam oleh tangan-tangan jahil yang tega mencabut bunga ini. Padahal, keindahan edelweis akan benar-benar terlihat kala berdiri tegak pada tangkai yang ditiup lembut angina pegunungan. Sebab ketika dibawa turun gunung, bunga ini akan segera layu.
Selain di Bromo, edelweis di Gunung Leuser dari Kedah, Kabupaten Gayo Lues juga mulai jarang ditemui. Jika dulu setelah perjalanan 2 hari dan sampai pada ketinggian 2891 mdpl baru menjumpai edelweiss. Kini meski telah mendaki ke Puncak Leuser yang memakan waktu 5-7 hari tak juga ditemukan.
Saat ini, banyak petani di dataran tinggi yang membudidayakan bunga edelweis. Bunga-bunga ini kemudian dijual sebagai oleh-oleh untuk traveler. Budidaya edelweiss dilakukan dengan menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar pohon induknya. Edelweis di tanam di media tanah liat berkapur atu berpasir dengan keasaman tanah yang besarnya antara empat hingga tujuh.
Jika kamu menemukan bunga edelweis berwarna mejikuhibiniu, tentu bunga tersebut adalah hasil budidaya petani yang dihasilkan dari pewarnaan buatan. Sebab edelweis asli hanya berwarna putih kecoklatan. Bunga hasil budidaya terlihat lebih gemuk dan subur daripada edelweiss di alam bebas. Selain itu, edelweis hasil budidaya ketika disimpan pada suhu ruangan akan mengembang di musim hujan dan menyusut di musim kemarau.
Fakta keberadaan bunga edelweis di alam bebas yang semakin langkah harusnya diperhatikan semua pihak. Pendaki pun harus sadar dan insaf memetik bunga edelweis hanya untuk ngegombalin cewek yang belum tentu berakhir bahagia sama kamu. Atau kamu girls, apa tega menerima tanda gombalan yang mengancam keberadaan bunga kebanggaan negara kita?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…