Jika anda lahir dan hidup di era tahun 90-an, maka anda pasti mengenal Dragon Ball. Anime ini menghiasi minggu pagi kita selama satu dekade lebih. Dimulai dari tokoh utama yang bernama Son Go Ku lahir, hingga memiliki anak, hingga memiliki cucu. Pokoknya semuanya komplit.
Baca Juga : Ini Dia Penyebab Bule Lebih Suka Menikah Dengan Wanita Indonesia
Salah satu segmen dari Dragon Ball yang paling menarik adalah Turnamen Bela Diri dunia. Pada bagian ini seluruh tokoh kuat pada Dragon Ball bertarung. Menunjukkan kekuatannya hingga keluar sebagai pemenang. Tahukah anda, jika seting turnamen besar itu ternyata di Bali? Mari kita simak temuan menarik ini.
Pengarang anime sekaligus manga legendaris Dragon Ball bernama Akira Toriyama. Beliau ternyata pernah datang ke Pulau Bali untuk referensi seting cerita Dragon Ball.
Papaya Island tempat diadakannya Tenkaichi Budokai atau Turnamen Bela Diri Dunia disusun menggunakan pemodelan setting Bali.
Selanjutnya : 2. Muncul Kota Singaraja Dalam Filmnya
Muncul plang nama salah satu kota di Bali, yaitu Singaraja. Diduga Akira benar-benar keliling Bali dan mengamati keadaan sekitar. Menuliskan nama kota tanpa mengubahnya sama sekali.
Biasanya pengarang manga akan sedikit mengubah nama kota, misal dalam manga Hunter x Hunter yang mengubah nama New York jadi York New, dan lain sebagainya.
Yang paling khas dari bali adalah gapuranya. Sebelum masuk pura biasanya kita akan melalui gapura dengan arsitekturnya yang khas.
Saat bertarung di turnamen ini, tokoh Go Ku bertarung pada arena dengan seting gapura Bali lengkap dengan relief barongan.
Muncul beberapa nama makananan menggunakan Bahasa Indonesia. Akira memasukan kata Kopi, Nanas, Soto Ayam dan Garam Pedas.
Hal ini juga semakin menunjukkan jika seting turnamen bela diri kelas dunia itu di Indonesia, khususnya Bali.
Bangunan berupa rumah khas Bali juga muncul. Dalam anime juga ditampilkan payung-payung seperti yang sering ada pada pura Bali. Lalu umbul-umbul di sekitar pura, walau tidak ditampilkan terbuat dari daun kelapa muda atau janur.
Saat masih kecil, mungkin tidak banyak di antara kita yang menyadari hal ini. Bagaimana perasaanmu setelah melihat film favorit masa kecil ini ternyata sebenarnya ‘dekat’ dengan kita?
Sebagai masyarakat Indonesia, sedikit banyak kita harus bangga. Apa yang kita miliki ternyata sangat dihargai bangsa lain. Untuk itu, mulai sekarang kita harus menghargai kebudayaan sendiri. Jangan sampai kita menjadi marah besar hanya ketika budaya kita sudah diklaim bangsa lain.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…