“Apa urusan anda menanyakan hal tersebut” jika kalian mendengarkan kalimat tersebut apa yang langsung ada pikiranmu? Ya, betul sekali Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi. Sebagai ketua PSSI memang bapak satu ini bisa dibilang memiliki amatlah mengemaskan. Beberapa kali kita dibuat geleng kepala dengan pernyataan atau kebijakan-kebijakan yang disetujuinya. Hal yang juga menjadikan sepak bola Indonesia yang minim prestasi semakin suram.
Kendati tidak semua hal menyangkut bapak 57 ini negatif, namun jika ditimbang antara yang baik dan buruk bisa dikatakan hal kedua itu lebih banyak. Nah, berkaca dari hal itu Boombastis ingin sedikit membongkar ‘dosa-dosa’ ketua yang sempat mengatakan paling bersalah di acara Tivi Mata Najwa. Seperti apakah itu? Yuk temukan jawabannya di ulasan berikut.
Di eranya sebagai pemimpin sepak bola seperti menjadi kuburan untuk insan bola
Jika melihat kiprahnya dalam menjabat ketua PSSI priode 2016-2020 bisa dibilang hal paling mencolok dari era bapak satu ini adalah mengenai kematian insan bola. Seperti menjadi kuburan, di zamannya memimpin banyak kasus mengenai hal tersebut terjadi. Bahkan dibanding saat ketua PSSI sebelumnya yakni Nurdin Halid dan La Nyalla Mattalitti menjabat, kasus pencinta bola kehilangan nyawa era Pak Edy adalah terbanyak. Dilansir laman Goal, terdapat 12 nyawa melayang saat kepemimpinannya. Hal menjadi sedikit petunjuk bagaimana sepak bola yang terlihat berkembang tapi tetap jalan ditempat saja.
Beberapa kasus meninggalnya seperti tidak diungkap
Seperti yang sudah dibahas tadi, memang bukan rahasia lagi jika di era Pak Edy banyak insan bola kehilangan nyawa. Namun, hal patut disesalkan dari kejadian tersebut adalah bagaimana tidak lanjut penyelesaian masalahnya yang terlihat begitu lamban. Menurut data dari Save Our Soccer ada empat kasus insan bola meninggal yang kini tidak ketahui juntrungnya. Padahal masalah rekonsiliasi merupakan hal yang penting untuk menunjukkan bagaimana kualitas PSSI sebenarnya dalam mengatasi hal semacam itu. Kalau kejadian ini saja sulit ditanggulangi, mungkin untuk permasalahan persepakbolaan Indonesia yang lain juga akan sulit diatasi. Kalau menurutmu bagaimana sobat?
Dobel jabatan, Pak Edy diragukan bisa urus PSSI dengan bagus
Selain permasalahan tadi, hal sering membuat telinga kita risih jika berbicara ketua umum PSSI adalah mengenai double jabatannya. Seperti yang kita ketahui bersama selain jadi orang nomor satu di induk organisasi tertinggi sepak bola nasional, pria 57 ini adalah Gubernur Sumatra Utara. Nah, berkat hal itulah banyak kalangan yang meragukan kapabilitasnya dalam rangkap jabatan. Jika sedikit di logika yang terbayang adalah tidak banyak orang bisa melakukan dua hal yang sama baiknya. Alhasil, fokus yang terpecah dalam melakukan sesuatu akan hasilkan sebuah pekerjaan yang tidak sempurna. Kalau sudah begini mestinya ada satu yang akan terabaikan.
Beberapa kasus kekerasan pemain wasit tidak ada habisnya
Seperti menjadi hal yang tidak ada habisnya kekerasan terhadap wasit terus saja terjadi di sepak bola Indonesia. Meski kerap berdalil lantaran pengadil lapangan berat sebelah, namun tetaplah hal semacam itu sangat dilarang di olahraga ini. Melihat kondisi tersebut bisa dibilang PSSI memiliki peran yang besar untuk mencegah hal itu tidak lagi dan lagi. Tapi dalam perjalanannya insiden itu terus saja muncul di jagad sepak bola Indonesia. Apakah ini bentuk ketidakmampuan mereka? Pastinya kalian mengetahui jawabannya sendiri.
Mulai kehilangan simpati dari masyarakat luas
Sebagai pemangku kebijakan sepak bola tanah air, kepercayaan merupakan hal yang penting untuk PSSI agar bisa bersinergi dengan berbagai elemen. Lalu bagaimana jika banyak yang sudah menandatangani petisi dan demo ketua PSSI untuk mundur dari jabatan? Tentunya hal itu akan sangat menyulitkan orang terkena dakwaan tersebut sulit menjalankan inovasi atau mengembangkan organisasi. Singkat cerita, tanpa kepercayaan publik yang menjadi unsur penting di olahraga ini terjadinya hal buruk akan semakin mudah terjadi. Dan tanpa sinergi, melihat sepak bola lebih baik akan jauh lebih sulit.
Melihat beberapa hal di ulasan ini memang sebuah hal yang sedikit mustahil jika ia terus bertahan. Apalagi menilik poin ketiga mengenai rangkap jabatan, tentunya bukan hal ideal untuk Pak Edy terus bisa fokus terhadap dua bidang. Nah, berkaca dari hal tersebut kalau menurutmu bagaimana nih sobat, lanjut atau udah-an saja nih ama bapak tersebut. Kalau aku sih ya ya ya ya begitu.