Sejak zaman dulu, peradaban manusia telah menyembah berbagai macam dewa dan dewa. Para dewa ini dipercaya mengawasi berbagai aspek kehidupan manusia, mengabulkan permohonan, melindungi pengikutnya, serta membunuh yang berdosa.
Dalam beberapa budaya tertentu, para dewa ini meminta pengorbanan sebagai bentuk penghargaan atau rasa terima kasih atas perlindungannya. Tapi sayangnya, beberapa dewa dewi yang dipuja masyarakat kuno ini ternyata meminta korban manusia yang dipersembahkan dengan cara yang sadis.
Huitzilopochtli adalah seorang dewa perang dan merupakan salah satu dewa paling penting bagi suku Aztec. Dewa ini lahir dengan cara yang tidak biasa. Saat ibunya, Coatlicue mengandung dirinya, 400 saudara-saudaranya yang dipimpin oleh kakak perempuannya yang bernama Coyoxahqui berkonspirasi untuk membunuh ibunya. Saat itulah Huitzilopochtli keluar dari rahim ibunya dengan peralatan perang lengkap dan membunuh 400 saudaranya.
Tapi semua korban itu ternyata tidak cukup baginya karena ia masih menginginkan korban manusia. Karena itulah suku Aztec melakukan pengorbanan manusia dengan cara merobek dada korbannya dan mencabut jantung mereka yang masih berdetak. Biasanya yang dijadikan korban adalah para pria tahanan perang yang ditangkap saat suku Aztec bertarung dengan desa suku lainnya.
Tiga dewa ini merupakan sosok yang penting bagi para suku Celtic. Teutates Teutates dipercaya sebagai dwa kesuburan, kekayaan, dan perang. Persembahan untuk dewa ini diberikan dengan cara menenggelamkan korban dengan posisi di bawah ke dalam cairan minuman keras.
Esus adalah dewa rawa dan semak-semak. Pengorbanan kepada Esus dilakukan dengan cara menusuk manusia yang akan dijadikan korban, menggantungnya di pohon, kemudian dibiarkan berdarah-darah hingga tewas. Taranis yang merupakan dewa petir juga meminta korban manusia. Caranya dengan meletakkan korban di patung anyaman bambu besar kemudian membakarnya hidup-hidup.
Tezcatlipoca dikenal sebagai dewa malam dan sihir serta pelindung kesatria dan raja Aztec. Dewa ini dikenal pendendam dan akan langsung menghukum siapa saja yang bersalah. Salah satu perayaan penting di Aztec juga didedikasikan untuk dewa ini.
Setiap tahun, pendeta akan memilih tahanan muda yang akan didandani agar mirip dewa. Tahanan tersebut akan menikmati hidup mewah dan memiliki 4 wanita cantik yang menemaninya setiap saat. Namun, setelah 1 tahun menikmati kemewahan dan kenyamanan hidup, ia akan dikorbankan dengan cara merobek jantungnya.
India juga memiliki dewi yang terkenal haus darah, yaitu Kali. Ia adalah seorang dewi kehancuran yang kejam dan masih banyak disembah. Meskipun dewa kejam lainnya sudah banyak kehilangan penyembahnya sejak lama, dewi Kali justru masih terus disembah dan mendapatkan pengorbanan.
Pengorbanan manusia memang sudah dilarang di India, tapi sayangnya peraturan ini tidak mengurangi para penyembah Kali untuk berhenti menyenangkan dewinya. Terutama di daerah-daerah desa terpencil. Cara melakukan pengorbanan bisa dilakukan dengan pemenggalan, dipukul hingga tewas, dicekik, atau dimutilasi.
Selain Aztec, suku Maya yang tinggal di Amerika juga memiliki dewa yang terkenal kejam dan haus darah. Chac adalah dewa hujan, petir, dan air. Ia sering digambarkan berbentuk seperti reptil dan suka memancing. Meskipun memancing identik dengan ketenangan, rupanya sikapnya jauh dari hal itu karena ia meminta korban manusia.
Korban yang dijadikan persembahan akan dilempar jauh ke dalam sumur. Suku Maya percaya bahwa Chac tinggal di bawah lubang tersebut. Adalah hal biasa melemparkan anak laki-laki atau perempuan untuk memastikan agar hujan turun dan mendapatkan panen yang melimpah. Dua sumur tersebut masih bisa ditemukan di Chihen Itza, salah satu kota terpenting suku Maya.
Suku Inca juga memiliki kebiasaan mengorbankan manusia untuk dewanya. Dewa mereka yang paling penting yaitu Viracocha yang diyakini sebagai pencipta dan Inti sebagai dewa matahari. Masyarakat Inca percaya bahwa melawan Inti akan membuatnya berhenti menyinari mereka dan mengakibatkan bencana besar bagi Inca.
Suku Inca melakukan pengorbanan dengan menggunakan anak-anak lewat upacara besar yang disebut capacocha. Mereka akan memilih anak yang sehat, kuat, cantik/tampan, dan suci. Anak yang paling sempurna akan membuat para dewa merasa senang. Anak-anak yang tidak beruntung ini akan dimanja dan dipuja hingga 1 tahun sebelum dibunuh.
Ketika tiba saatnya, diadakan sebuah pesta besar dan korban dibuat mabuk. Kemudian, anak tersebut ditemani dengan pendeta, orang tuanya dan kepala suku akan dibawa ke gunung dan dibunuh di sana. Cara yang umum dilakukan adalah pukulan di kepala, dicekik atau dikubur hidup-hidup.
Ngeri rasanya membayangkan hidup di zaman tersebut mengingat siapa saja bisa tiba-tiba dijadikan pengorbanan untuk dewa. Ironis rasanya jika dewa yang dianggap sebagai pelindung ternyata malah meminta korban berupa nyawa manusia. Namun untungnya kita kini sudah tinggal di dunia yang lebih bermoral dan memahami bahwa pengorbanan manusia adalah hal yang tidak beradab.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…