Ilustrasi bencana [Image Source]
Sodom dan Gomorah, dua daerah ini terkenal ceritanya sejak zaman dulu sebagai kota paling maksiat dalam sejarah. Setiap waktu penduduk di kota ini gemar berbuat dosa, terutama yang berhubungan dengan erotisme bahkan sampai melakukan intim sesama jenis. Kemudian karena sangat keterlaluan, Tuhan pun murka dan menghancurkan dua kota ini tanpa ampun.
Senasib dengan Sodom dan Gomorah, kota-kota di belahan dunia lain juga hancur karena maksiatnya. Misalnya Pompei atau India kuno. Nah, tak sampai situ saja, fenomena yang serupa ternyata juga pernah terjadi di Indonesia. Ya, ini adalah tentang kampung Legetang yang ceritanya juga sejenis seperti Sodom Gomorah. Desa ini hancur karena penduduknya yang sangat doyan maksiat.
Dulu sempat ada semacam ketidakpercayaan akan cerita tersebut. Namun, ternyata kisah miris tersebut benar terjadi. Bahkan dibangun semacam tugu untuk mengenang hal tersebut. Lebih dalam soal Legetang, berikut adalah kisah selengkapnya.
Tersebutlah sebuah desa surga bernama Legetang yang berdiri mesra di daerah lembah pegunungan Dieng di Banjarengara. Disebut surga karena desa ini benar-benar luar biasa. Tahu sendiri kan kehidupan desa di lembah? Pemandangan hijau di mana-mana, petak-petak sawah yang indah, aliran sungai membelah desa dengan sempurna. Benar-benar sangat menyenangkan.
Kehidupan desanya yang makmur seharusnya membuat orang-orang Legetang lebih banyak bersyukur. Namun, alih-alih melakukan hal itu, mereka malah seolah menikmati semua itu secara berlebihan. Berjudi, mabuk, adalah hal-hal yang jadi hobi mayoritas orang-orang sana.
Pada satu malam, seperti biasanya masyarakat Legetang melakukan pesta-pesta erotis mereka. Tak ada yang aneh sepanjang acara senang-senang ini, sampai akhirnya tanda-tanda pun mulai muncul. Ya, tiba-tiba saja hujan turun dan bumi agak bergoncang sedikit. Namun, lama kelamaan kondisi ini makin hebat dan menakuti semua orang.
Bencana tanah longsong hebat yang menimpa Legetang sebenarnya adalah hal yang tak benar-benar masuk akal. Memang benar kalau posisinya di lereng gunung, namun sejatinya letak Legetang ini cukup jauh. Sehingga kalau pun longsor berasal dari gunung, takkan pernah bisa mencapai satu rumah pun desa ini. Namun, kenyataan berkata lain.
Cerita tentang Legetang mungkin seperti dongeng saja, namun faktanya hal tersebut nyata. Buktinya adalah keberadaan sebuah tugu yang dikhususkan untuk mengenang desa Legetang dan orang-orang yang tewas. Sebuah tugu besar itu jadi bukti tak terbantahkan kalau pernah ada kejadian yang sangat buruk di sana.
Kisah ini mudah-mudahan bisa jadi pelajaran bagi kita untuk bisa me-maintain diri dari dosa. Dosa memang tak terlihat, namun nyatanya bisa mengundang kemurkaan Tuhan, apalagi jika dilakukan berjamaah. Semoga kelamnya kisah Legetang ini jadi yang terakhir dan tak pernah terjadi lagi di Indonesia.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…