Seorang wanita selalu digambarkan dengan sosok tegar yang bisa hidup mandiri, sekalipun tanpa pendamping hidup. Ada banyak sekali kisah perempuan yang menjadi ayah sekaligus ibu untuk kemudian sukses membesarkan anak-anaknya. Berbicara tentang komunitas para perempuan mandiri, di Jawa Timur Indonesia sendiri terdapat Kampung Wadon, penghuninya semua wanita, tua muda, gadis atau janda, tak akan kamu temukan laki-laki di sini.
Nah, tak hanya di Indonesia saja ternyata, Mesir juga memiliki kampung dengan penduduk yang semuanya perempuan. Tempat tersebut termasuk salah satu wilayah di Aswan dan dikenal dengan Desa Al Samaha. Kira-kira bagaimanakah suasana kehidupan yang ada di Al Samaha? Yuk, Simak ulasan berikut!
Kota yang terletak di gurun sebelah Selatan Mesir
Mesir tercatat sebagai salah satu negara dengan banyak konflik, sehingga banyak warga terutama laki-laki yang terbunuh dalam peparangan. Mungkin karena ada banyaknya perempuan yang harus menjanda inilah dibuat pemukiman khusus perempuan yang disebut desa Al Samaha atau El Samaha. Desa ini terletak di kawasan gurun Kota Edfu, 120 kilometer bagian selatan Kota Mesir. Desa ini terbilang baru karena baru berdiri pada tahun 1998 oleh Kementerian Pertanian Mesir. Larangan tidak bolehnya kaum Adam menginjakkan kaki di desa tersebut telah tertulis sejak pertama kali desa ini diresmikan.
Ditinggali para janda dan perempuan yang bercerai
Al Samaha ini bisa dikatakan memiliki kemiripan dengan Kampung Wadon yang ada di Ngawi Jawa Timur. Hanya saja, jika di Desa Wadon lekat dengan mitos kesialan sehingga perempuannya ada yang memiliki suami dan tinggal terpisah, penduduk Al Samaha semuanya hidup mandiri tanpa pasangan. Sebagian mereka adalah janda, wanita bercerai, atau bahkan perempuan yang belum menikah. Hingga sekarang, ada sekitar 300 perempuan yang menghuni Al Samaha.
Al Samaha berdiri sebagai hadiah dari pemerintah Mesir
Desa khusus ini bukan ada dengan sendirinya, tapi merupakan hadiah dari pemerintah Mesir untuk para perempuan yang sudah tak memiliki suami. Kehidupan di desa ini sebenarnya cukup memadai dan sangat layak. Pemerintah memberi semua fasilitas yang dibutuhkan oleh warganya, dari lahan pertanian, peternakan hingga rumah tinggal. Setiap keluarga akan mendapat lahan sebanyak enam hektare, rumah lengkap dengan perabotnya, serta uang pinjaman (yang bisa dicicil jika sudah berpenghasilan).
Larangan untuk membawa lelaki masuk desa
Desa Al Samaha berdiri atas inisiatif pemerintah bahwa perempuan tidak boleh menjadi sosok yang lemah. Perempuan harus hidup mandiri, sekalipun tanpa ada suami yang seharusnya menjadi tulang punggung dalam keluarga. Dilansir dari kompas.com, pihak Kementrian Pertanian Mesir, Hamdi Al-Kashef mengatakan bahwa upaya ini dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk para perempuan agar kuat berjuang menjadi sandaran keluarganya. Tapi, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh para perempuan ini, mereka hanya boleh tinggal selama masih menyandang status janda dan bercerai. Jika kemudian punya keinginan untuk menikah, maka segala fasilitas yang sudah diberikan harus dikembalikan kepada pemerintah dan harus keluar dari desa tersebut.
Al Samaha adalah potret dan bentuk lain dari kekuatan wanita Mesir yang berjuang menanggung beban demi anak-anak mereka. Walaupun letaknya terpencil di gurun pasir, jauh dari keramaian, dan semua fasilitas merupakan pemberian pemerintah, semuanya tak membuat mereka putus asa dan menyerah. Mereka malah bertambah kuat dan menjadi wanita mandiri.