Sebagai Putra Mahkota Arab Saudi, bisa dibilang Mohammed Bin Salman mempunyai banyak gebrakan saat duduki kursi menteri pertahanan. Salah satunya yang paling heboh adalah melakukan bersih-bersih di lingkungan kerajaan terkait masalah korupsi. Selain itu, juga sempat di anugerahi ‘Personality of the Year’ oleh Forbes Middle East untuk perannya sebagai ketua Yayasan MiSK pada 2013.
Selain, punya rapor yang bagus dalam kariernya, ternyata pria punya rumah istana megah ini juga mempunyai beberapa catatan negatif. Mulai dari kematian sosok Jamal Khashoggi sampai kematian ribuan warga sipil dalam perang Yaman. Berikut sisi-sisi hitam MBS menurut kanal berita berita negara Arab Saudi yaitu Al-jazeera.
Menjebloskan beberapa aktivis ke hotel prodeo
Tangan besi agaknya menjadi kata yang tempat untuk menggambarkan aksi MBS model ini. Dirinya yang tidak tahan kritik layaknya pemerintah Arab Saudi, acap kali lakukan pemenjaraan terhadap orang-orang berseberangan pemikiran dengannya. Dilansir dari Tirto.id, para Imam Arab yang menolak tunduk kepadanya dijebloskan ke penjara.
Selain itu menurut catatan Amnesty International di awal tahun 2018 sampai bulan Oktober sekurangnya ada empat aktivis HAM yang harus merasakan dinginnya hotel prodeo. Tidak berhenti disitu saja, semenjak Mohammed Bin Salman naik menjadi Putra Mahkota, angka orang dihukum mati juga meningkat jumlahnya menurut Organisasi HAM Reprieve. Tercatat ada 133 orang dieksekusi dari awal ia menjabat sampai pertengahan 2018.
Melakukan penahanan terhadap pengusaha dan politisi Arab Saudi
Selain aktivis HAM, sisi gelap Mohammed Bin Salman juga ditunjukkan dengan penangkapan beberapa orang masuk kategori pengusaha dan politisi. Menggunakan dalih pemberantasan korupsi di tubuh kerajaan Arab Saudi, mereka yang berhasil ditangkap ditahan berminggu-minggu di hotel mewah Ritz-Carlton. Ketika penahanan beberapa kekerasan fisik kabarnya sempat terjadi.
Usut punya usut, konon hal tersebut dilakukan untuk menyingkirkan mereka bisa menjadi ancaman pemerintah dan dirinya. Melansir laman Tempo.com, Pada 2017, pasukan keamanan Arab Saudi menangkap puluhan orang-orang kaya di Arab Saudi dan para pesaing politiknya. Melihat tersebut gejolak persaingan ternyata tidak hanya di Indonesia, jauh dari itu negara manca juga banyak melakukannya.
Menjadi sosok di balik lahir krisis GCC
Masih terkait sisi gelap Putra Mahkota Arab Saudi, dirinya juga disebut-sebut menjadi dalang lahirnya krisinya GCC. Hal ini kabarnya dipicu dari tidak ada kesepakatan antara Arab Saudi dan Qatar terkait pembagian kursi di Dewan Kerjasama negara-negara Teluk atau GCC. Selain itu, juga menjadi bentuk penghormatan terhadap hubungan jangka panjang Amerika Serikat dengan Arab Saudi.
Dikutip dari laman Beritasatu.com, menurut beberapa pengamat Krisis Teluk lanyaknya gajah dalam ruangan. Meski pada akhir tahun 2018 lalu melakukan KTT, namun acara di gelar di Riyand belum ditemukan solusi jitu terkait krisis. Alhasil, hingga berita ini di tulis blockade masih dilakukan oleh beberapa negara Timur Tengah terhadap Qatar.
BACA JUGA: Mengintip Kekayaan Sang Putra Mahkota Arab Saudi yang Nggak Bakal Habis Tujuh Turunan
Begitulah penuturan dari Al-jazeera, di sini kalau boleh mempercayainya atau tidak? Tapi, terlepas dari hal itu kita bisa belajar, jika setiap manusia pasti mempunyai sisi hitam dan putih. Meski bukan hal gampang untuk memerangi yang kelam, namun asal mau berusaha berbuat baik semuanya pasti dapat dilakukan.