Dewandaru, Buah Legendaris Favorit Anak 90-an yang Harganya Sekarang Membuat Kantong Jebol

Namanya Dewandaru, tapi lebih dikenal dengan buah Ndaru. Bagi anak 90-an buah ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Sekilas terlihat, buah ini memang menggoda karena warna-warni yang tampak segar. Buah yang sering disebut sebagai Ceremai Londo ini ternyata tidak hanya bisa mengingatkan kamu pada masa kecil saja, kepercayaan orang akan mistisnya buah ini membuat Dewandaru kembali diburu sekarang.

Hampir tujuh tahun belakangan ini nama Dewandaru meroket, apalagi sejak pembukaan objek wisata Karimun Jawa di Jawa Tengah. Nah, bagi generasi yang dulunya pernah menikmati buah ini, nostalgia lagi yuk!

Si mungil yang disebut makanan Ular oleh bocah 90-an

Untuk bocah 90-an ngaku aja deh, kamu pasti sering berburu buah ini di sela-sela waktu bermain bukan? Kalau dulu sih anak zaman old lebih sering menyebut buah ini sebagai makanan ular, biar teman lain nggak ikutan makan. Tapi taukah kamu, buah Ndaru ini memiliki nama ilmiah Euginia Uniflora. Tanaman ini aslinya berasal dari kawasan pantai Amrika Selatan. Di Indonesia sendiri tanaman ini biasanya bisa dijumpai di Jawa, Sumatera, dan beberapa pulau kecil di sekitaranya, namun habitat asli Ndaru adalah Karimunjawa. Dijadikan sebagai pagar tanaman, tingginya bisa mencapai 5-7 meter dan hidup menahun. Ada banyak sekali nama untuk buah mungil ini, ada yang menyebutnya asam selong, surinam, cherry brazil, serta ceremai londo. Padahal, buah Ndaru memiliki banyak manfaat untuk berbagai jenis penyakit loh.

Kandungan dan khasiat luar biasa buah Ndaru

Buah Ndaru masih memiliki kerabat dengan jambu air, bentuknya bulat dan berlekuk. Sepintas buah ini mirip seperti buah Cermai, hanya saja warnanya akan berubah saat mendekati masa siap petik, dari hijau, kuning, oranye, hingga merah tua saat matang. Walaupun kecil, buah ini mengandung banyak sekali manfaat loh Saboom, dalam buah ini terdapat banyak protein, karbohidrat, dan vitamin C, serta kandungan air. Dari beberapa situs kesehatan online, buah mungil ini bisa mengatasi penyakit seperti hipertensi, berfungsi sebagai anti-bakteri dan anti-oksidan, serta gejala penyakit kanker. Kecil-kecil cabe rawit!

Harga buah yang super mahal dan mulai langka

Mirip seperti buah legendaris Ciplukan yang sudah tak terdengar lagi kabarnya, namun tiba-tiba muncul di supermarket dengan harga mahal, buah Ndaru juga mengalami hal serupa. Jika dulu buah ini bisa dijumpai di jalan atau depan rumah, sekarang kamu masih bisa menikmati buah ini, tapi dibanderol dengan harga yang super mahal. Untuk bibit dewandaru dengan tinggi 20-40 cm, bisa dibeli dengan harga Rp30.000-Rp35.000. sedangkan buah yang sudah matang bisa mencapai 100 ribu di beberapa situs jual beli online.

Kayunya dijadikan berbagai kerajinan tangan

Selain buah yang mengandung banyak khasiat untuk kesehatan, kayu pohon Ndaru pun mulai dicari kembali oleh para pengrajin. Yap, batang dari pohon yang katanya ajaib ini bisa disulap menjadi berbagai barang kerajinan dengan harga yang fantastis. Di sekitar objek wisata Karimunjawa, sebagian warga bahkan mengubah batang pohon ini menjadi souvenir berupa tongkat, gelang, tasbih, serta berbagai aksesoris yang laku keras di pasaran turis domestik.

Aura mistis yang melekat pada tanaman Ndaru

Dalam kepercayaan masyarakat, pohon Ndaru ini masih sarat akan aura mistis dan diyakini sebagai pohon pembawa wahyu dewa. Keberadaannya yang lekat dengan mitos inilah membuat pohon ini banyak dicari dan diburu oleh banyak orang, serta dijadikan sebagai tuah tersendiri. Aroma dari pohon Ndaru bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyempurnakan ilmu kanuragan. Tak hanya itu, pohon ‘bertuah’ ini dipercaya bisa mendatangkan penghasilan, menambah kharisma seseorang, serta dapat menangkal dan mengusir hal gaib.

Alam dan tanah Indonesia yang subur bisa menjadi tempat yang baik untuk berkembangnya pohon Ndaru ini. Alih-alih dikenal dengan khasiat mistis, sepertinya kita tidak perlu terlalu terlena akan hal tersebut. Sebaliknya, karena sudah teruji secara klinis manfaatnya untuk kesehatan, lebih baik kita berfokus untuk mengembangkan apa yang sudah teruji fakta ilmiahnya.