Era perlombaan bom nuklir dengan menggunakan hulu ledak yang dahsyat, dimulai dari kedua negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia saat ini) pasca berakhirnya perang dunia ke-2. Jika negeri beruang merah terkenal berkat Tsar Bomba yang sanggup mengguncang dunia, AS pun memiliki hal yang serupa lewat “Inti Iblis”.
Bom atom yang dinamakan Demon Core tersebut, sedianya akan dilepaskan sebagai gelombang serangan ketiga kepada Jepang setelah jatuhnya “Little Boy” dan “Fat Man” yang memporak-porandakan kota Nagasaki dan Hiroshima. Namun sayang, beragam peristiwa horor akhirnya membuat ‘Inti Iblis” teronggok menjadi kepingan sejarah belaka.
Bom yang diprediksi bisa menghapus Jepang dari Peta Dunia
Dilansir dari sciencealert.com, bom “Inti Iblis” sejatinya menjadi senjata pamungkas yang bakal diledakkan setelah Little Boy dan Fat Man di Nagasaki dan Hiroshima. Pada tanggal 13 Agustus 1945, hulu leda berkekuatan dahsyat ini akan menjadi bom ke-3 sebagai serangan final Amerika Serikat atas Jepang di era PD II.
Namun, sejarah mencatat hal lain. Negeri matahari terbit itu segera menyerah pada 15 Agustus, dengan siaran radio Jepang merekam pidato Kaisar Hirohito yang mengakui tuntutan Sekutu. “Inti Iblis” pun batal diluncurkan dan selanjutnya menjadi benda yang paling sering digunakan untuk diteliti lebih lanjut.
Benda maut yang diciptakan dengan sangat hati-hati
Gagal membuat Jepang sebagai “kelinci percobaan”, bom yang diciptakan lewat Proyek Y tersebut berpotensi tidak bakal digunakan lagi dalam perang. Laman sciencealert.com menuliskan, jantung bom yang berbentuk bola seberat 6,2 kilogram (13,7 lb) yang terbuat dari plutonium dan galium halus itu, ternyata masih tetap dipertahankan keberadaannya dan diteliti lebih lanjut.
Para ilmuwan yang terlibat, mencoba bereksperimen dan melahirkan kode penelitan baru yang bernama Rufus. Dalam proyek ini, mereka tengah meneliti ambang batas, di mana plutonium akan menjadi superkritis dan memicu reaksi berantai nuklir. Buntutnya, hal tersebut akan melepaskan ledakan radiasi mematikan.
Kecelakaan kerja pertama di balik proyek bom “Inti Iblis”
Setelah sempat diteliti, proyek ini akhirnya memakan korban juga, yakni fisikawa laboratorium Los Alamos yang bernama Harry Daghlian. Dilansir dari laman sciencealert.com, tangannya terbakar dan melepuh setelah mencoba bereskperimen dengan “Inti Iblis”.
Akibatnya pun cukup fatal. Harry yang secara otomatis terpapar radiasi mematikan dalam dosis tinggi, sempat merasa mual dan nyeri selama berminggu-minggu. Setelah 25 dari kecelakaan kerja tersebut, ia pun koma dan akhirnya meninggal dunia. “Inti Iblis” memakan korban pertamanya.
Membunuh Ilmuwan selanjutnya
Pengerjaan pun berlanjut pada ilmuwan berikutnya, di mana proyek bom “Inti Iblis” semakin menelisik rasa ingin tahu mereka. Pada 21 Mei 1949, kali ini giliran fisikawan Louis Slotin yang merupakan rekanan Dahglian, mencoba bereksperimen. Namun, kecelakaan yang terjadi ternyata lebih fatal dari pertama.
Laman sciencealert.com menuliskan, hawa panas dan kilatan biru terpancar dari kubah bola yang menutupi Inti Iblis” dalam gelembung berilium dan memantulkan terlalu banyak neutron ke belakang. Sama seperti Dahglian, Slotin juga terpapar radiasi namun dalam dosis lebih banyak dari kecelakaan pertama. Ia pun meregang nyawa tak lama setelah mengalami mual, muntah, penuruan berat badan dan kebingungan mental.
Proyek besar yang akhirnya ditangguhkan
Selain Slotin, beberapa orang juga menyusul dirinya ke alam baka usai terpapar radiasi. Dikutip dari en.wikipedia.org, mereka adalah Alvin C Graves (Fisikawan), Samuel Allan Kline (Mahasiswa peneliti), Marion Edward Cieslicki (Fisikawan), Dwight Smith Young (Fotografer), dan Raemer Edgar Schreiber (Fisikawan).
Rata-rata dari mereka menderita leukimia dan hal lainnya. Alhasil, “Inti Iblis” yang sedianya bakal dites pada sebuah proyek bernama Project Crossroad, dievaluasi total sebelum terpaksa dilelehkan. Bekas materialnya pun akhirnya didaur ulang untuk penelitian inti bom atom selanjutnya.
BACA JUGA: Tsar Bomba, Bom Nuklir Paling Gila yang Pernah Dibuat oleh Manusia
Keberhasilan negara-negara maju seperti AS dan Rusia dalam menciptakan senjata pemusnah massal seperti bom atom atau nuklir, dikhawatirkan dapat mempercepat punahnya peradaban manusia di masa depan. Terutama jika digunakan pada peperangan. Namun jika dipakai sebagai sumber energi alternatif, tentu akan jauh lebih bermanfaat dan bisa diwariskan kepada anak dan cucu kita kelak.