Menyebut prostitusi sebagai bisnis paling tua dan masih eksis hingga sekarang tidaklah salah. Sejak puluhan hingga ratusan tahun, aktivitas ini terus berkembang pesat. Di kota seperti Jakarta, bisnis ini terus berkembang bahkan sejak masih bernama Batavia dan dikuasai oleh VOC.
Batavia adalah sebuah kota yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Belanda bernama J.P. Coen. Setelah didirikan kawasan ini menjadi berkembang dan dijadikan kawasan paling penting oleh Hindia Belanda. Segala aktivitas perdagangan diadakan di sana sehingga kota ini memiliki banyak warga Belanda ketimbang daerah lain.
Banyak warga Belanda di kawasan ini terutama yang jauh dari istri membuat mereka harus menahan kebutuhan khusus. Dampaknya, praktik prostitusi berkembang dengan pesat dan susah dikendalikan. Berikut fakta tentang bisnis asusila di kawasan Batavia atau Jakarta di dunia modern.
Dilarang Gubernur Jenderal Belanda
Dalam sebuah kawasan kolonial, praktik prostitusi sebenarnya adalah hal biasanya. Di Eropa pun praktik ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Di Batavia, bisnis ini mulai berkembang sejak dibentuk oleh J.P. Coen. Namun, gubernur jenderal ini menolak mentah-mentah praktik nirmoral yang sangat dia benci.
J.P. Coen pernah melakukan protes meski tidak secara langsung. Dia menganggap kalau suatu kota sudah tidak bermoral, stabilitasnya tidak akan berjalan dengan lancar. Kehancuran moral sama halnya dengan kehancuran dunia. Akhirnya, bisnis prostitusi yang ada di dalam Batavia dilarang dengan sangat tegas.
Berkembang di Luar Tembok Belanda
Larangan dari J.P. Coen ternyata tidak membuat bisnis ini berhenti dengan total. Kelihatannya di dalam Batavia tidak ada yang melakukan praktik aneh-aneh. Namun, di luar dari tembok kota ini, praktik tersebut sangat menjamur. Bahkan wanita yang bekerja tidak hanya pribumi yang memiliki paras rupawan, wanita indo juga ikut bekerja.
Setiap hari ada banyak wanita menjajakan tubuh mereka dengan uang. Ada yang menjadi PSK jalanan dengan mencari pelanggan secara langsung. Ada pula yang memiliki ruangan yang digunakan untuk melayani tamu. Semakin tinggi tingkatan dari PSK, semakin tinggi pula hasil yang didapatkan.
Menjadi Pekerja Seks atau Gundik
Wanita di zaman dahulu khususnya kawasan Batavia hanya memiliki dua pilihan di dalam hidupnya. Pertama adalah menjadi pekerja seks dan tinggal di jalanan atau di sebuah rumah bordil. Kedua adalah dengan menjadi gundik atau simpanan orang kaya Belanda untuk memuaskan hasrat mereka terutama yang jauh dari keluarga.
Dua hal ini akan membuat wanita mendapatkan uang dengan cukup banyak. Dengan uang yang banyak, tentu kehidupan mereka jadi lebih baik. Bisa membeli apa saja yang diinginkan. Tanpa menjadi dua hal di atas, kehidupan mereka hanya akan berakhir di dalam rumah, dapur, dan melayani suami yang kadang tidak bekerja.
Kasus Hukum Akibat Bisnis Asusila
Hadirnya praktik haram ini di Batavia tentu masih terendus oleh Gubernur Jenderal J.P. Coen. Dia tidak segan-segan akan menghukum siapa saja yang kedapatan melakukan praktik ini. Bahkan, anak angkatnya sendiri diberi hukuman mati karena dituduh melakukan hubungan asusila dengan seseorang.
Barangkali melejitnya praktik prostitusi di Batavia terjadi setelah ada pembunuhan dari Fientje de Fenics. Wanita indo itu dibunuh oleh pelanggannya sendiri lalu dibuang di dalam sungai. Kasus dari Fientje ini menjadikan kawasan Batavia memanas hingga akhirnya pembunuh dari PSK kelas atas ini.
Inilah beberapa fakta terkait dengan bisnis prostitusi di Batavia. Setelah larangan bisnis ini dilakukan oleh J.P. Coen, banyak pegawai kehakiman VOC yang bermain curang. Mereka bermain belakang dengan menerima sogokan dari pemilik rumah bordil. Akhirnya bisnis ini terus berjalan dan tidak ada penangkap.