in

Pencak Dor, Arena Pertarungan Syar’i Demi Jalin Silaturahmi Antara Santri dan Warga

Budaya [sumber foto]

Kalau arena tinju, barangkali kita semua tahu. Tapi, bagaimana kalau arena Pencak Dor? Mungkin tak semua masyarakat Indonesia tahu dengan budaya ini. Pasalnya, arena tarung satu ini populernya di sekitar Jawa Timur, atau lebih tepatnya Kediri dan Blitar. Berbeda dengan ajang bela diri lain yang mematok kemenangan dan kekalahan, Pencak Dor justru sebaliknya.

Dari tujuan awalnya saja sudah unik kan? Makanya, saat berada di atas ring, para petarung tidak berambisi untuk menumbangkan lawan. Masing-masing tahu, bahwa arena tersebut bukan semata-mata untuk bertarung, melainkan melatih mental dan mempererat rasa persaudaraan. Berikut ini adalah ulasan selengkapnya tentang Pencak Dor.

Apa itu pencak dor?

Arena Pencak Dor [sumber foto]
Beberapa dari kita mungkin masih asing dengan sebutan pencak dor. Namun, bagi masyarakat Jawa Timur khususnya Kediri dan sekitarnya, mungkin sudah kerap mendengar ajang tersebut. pada awalnya, pencak dor merupakan arena tarung bebas yang dihelat di antara santri dan jadi tontonan warga. Modern ini, arena pencak dor makin mirip dengan tinju. Padahal, di awal-awal dulu, pencak dor murni pukul-tendang, begitu yang diungkapkan oleh salah seorang bekas petarung pencak dor sekaligus santri dari pondok pesantren Lirboyo. Hingga satu dasawarsa, pencak dor merupakan tontonan yang digandrungi oleh masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri dan Blitar. Acara ini diadakan oleh Pondok Pesantren Lirboyo dan Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI).

Bukan sekadar ajang tarung

Bukan sekadar pertarungan [sumber foto]
Tak seperti ajang pertarungan pada umumnya, menurut keterangan Ketua Umum GASMI, Zainal Abidin, Pencak Dor bukan sebatas ajang pertarungan. Melainkan ajang silatuharmi bersama. Sedangkan jiwa Pencak Dor itu di atas lawan, di bawah kawan. Tidak ada menang kalah dalam Pencak Dor. Menurut Zainal, semua santri yang mengikuti ajang tersebut memahami nilai dasarnya. Maka, tak heran jika para peserta bisa bertarung sambil tergelak hingga terpingkal saat berada di atas ring. Tiap peserta Pencak Dor tidak ada niat untuk mencari kemenangan, ajang tersebut hanya hiburan, dan media untuk mengumpulkan masyarakat untuk bersilahturahmi.

Awal mula Pencak Dor

Awal mula pencak dor [sumber foto]
Meski Pencak Dor sudah jadi tontonan sejak tahun 1960-an, namun sejatinya budaya tarung ini sudah tumbuh di lingkungan pondok pesantren sejak Karesidenan Kediri di jaman penjajahan. Awalnya, Pencak Dor adalah momentum untuk menyelesaikan perselisihan antarsantri. Acara tersebut biasanya rutin diselenggarakan tiap tahun. Berawal dari mendamaikan dua orang yang berselisih, lama-lama menjadi wahana tukar ilmu bela diri. bahkan, dulu sempat menjadi cara membela negeri. Dahulu, para santri juga menghadapi prajurit Jepang dan Belanda saat agresi militer II tahun 1948.

Budaya yang akan terus dilestarikan

Budaya [sumber foto]
Menurut salah satu pengurus Pondok Pesantren Lirboyo, budaya ini akan dipertahankan di pesantren. Pencak Dor dinilai efektif untuk memberikan pembelajaran pada santri. Selain menumbuhkan rasa persaudaraan, ajang ini juga menghilangkan kebencian. Pertarungan ini mampu membentuk mental santri agar lebih kuat. Lagi pula, pertarungan ini sama sekali tidak menjadikan menang atau kalah sebagai patokan. Di ajang tersebut, para santri belajar untuk tahu diri, tahu tempat. Setelah bertarung di arena, mereka akan makan bersama.

Di awal, kesannya memang pertarungan seperti tinju. Tapi setelah ditelisik, ternyata Pencak Dor memiliki makna yang dalam. Semoga tradisi satu ini bisa terus dilestarikan. Bukan hanya sebagai hiburan, tapi juga penyambung silahturahmi warga dan para keluarga besar pesantren.

Written by Nikmatus Solikha

Leave a Reply

Jauh dari Kesan Seram, 7 Kuburan Indah Nan Instagrammable Ini Jadi Spot Foto Favorit

Jarang Didengar, Inilah 4 Fakta Unit 525 Milik Korut yang Gak Kalah dengan Kopassus