Salah satu cerita yang kita kenal buat menakut-nakuti anak kecil adalah legenda mengenai Malin Kundang. Sudah tidak usah lagi dijelaskan mengenai keampuhannya, cerita yang bermula dari satu daerah ini, sampai terkenal hingga seantero nusantara. Akibatnya, anak-anak zaman dulu dengar kata mau dikutuk jadi batu, langsung mendadak alim. Bahkan kalau perlu cium kaki ibu saat itu juga pun bakal di lakukan.
Nah pertanyaan, bagaimana keadaan anak sekarang? Sudah tidak usah dijelaskan lagi lah keadaannya. Cerita dongeng Malin Kundang sudah expired, alias tidak efeknya lagi buat bocah zaman sekarang. Mungkin sudah terlalu seringnya mereka dicekoki tontonan yang gak karuan, alhasil hilang lah sosok yang jadi panutan.
Coba bandingkan sendiri deh, dengan kualitas tontonan yang berbeda, anak dulu cita-citanya jadi Kotaro Minami sang satria baja hitam penumpas kejahatan, eh anak sekarang malah punya impian jadi anak berandalan yang kerjaannya pacaran. Iya, anak-anak berandalan karena seperti di TV dengan motor gede berkeliaran di jalanan. Ini kan seperti membandingkan antara permata dengan batu bacan yang KW oplosan. Mungkin tidak logis ya, jadi seorang super hero, namun paling tidak tujuannya mulia, ketimbang hanya kelayapan pakai motor tengah malam bukan?
Ya, seperti yang sudah dijabarkan, akibat tontonan dan tuntunan yang tidak jelas, berefek pula pada kelakuan para bocah yang lihat. Seperti video viral beberapa waktu yang lalu, lantaran cekcok tidak diberi uang jajan, akhirnya seorang bocah menendang ibunya sendiri. Lah yang seperti ini kan namanya sudah kelewatan. Kita dulu mah, jangankan nendang, salah ngomong atau gak sengaja bicara dengan nada tinggi saja langsung terbayang gambaran di buku siksa neraka, lah ini?
Sudah lah, kalau begini tidak tahu harus siapa yang disalahkan, kembalikan lagi pada diri sendiri. Sebuah pengingat bagi generasi muda masa kini, kalau bukan karena pertaruhan nyawa ibu, tidak akan lahir pula kalian di dunia. Seorang ibu pantas mendapatkan yang terbaik dari kalian, meskipun mungkin dirinya sendiri tidak menginginkan.