Banyak cara dilakukan orang tua agar anaknya bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Bersekolah di kota dengan di desa, tentu tidaklah sama. Jika di kota mungkin kamu akan dimanjakan dengan akses dan sarana yang mudah untuk menuju ke sekolah. Sementara akses menuju sekolah di desa terkadang biasanya terkendala dengan sarana yang kurang memadai. Bahkan lebih parahnya lagi, masih banyak yang harus berjuang keras untuk bisa berangkat ke sekolah.
Sebuah video sempat viral memperlihatkan anak-anak SD menyeberangi sungai untuk sampai sekolah. Netizen menganggap hal itu sangat berbahaya dan meminta pemerintah setempat untuk memperbaiki infrastruktur daerah itu. Tapi, ada kisah di balik video itu. Seperti apa sih kisahnya? Simak ulasan berikut.
Video yang viral menunjukkan tiga siswa SD yang harus berjuang keras untuk berangkat menuju sekolahnya. Mereka menyeberangi sungai yang cukup lebar, hanya dengan mengandalkan sebuah keranjang berukuran besar yang diikatkan pada seutas tali. Tali tersebut menghubungkan dari satu sisi sungai ke sisi seberang.
Nampak di dalam video, dua siswi SD dan seorang siswa SD saling berpegangan erat pada keranjang rotan yang terikat pada seutas tali. Sebelum ‘meluncur’, mereka bertiga mengambil ancang-ancang, lalu ketiganya berlari dan langsung bergelantungan di keranjang yang begerak menyeberangi sungai. Sepintas aksi mereka ini mirip seperti sedang menaiki flying fox.
Video yang sempat viral di media sosial ini, terjadi di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau. Desa Kuntu berbatasan dengan Desa Kuntu Darussalam. Menurut info dari Kepala Desa (Kades) Kuntu Asril Bakar, ia menjelaskan bahwa ketiga bocah SD tersebut memilih menyeberangi sungai karena ingin cepat sampai ke sekolah.
Ketiga bocah SD ini lebih memilih untuk bersusah payah menyeberangi sungai karena ingin menghemat waktu menuju sekolahnya, meski risikonya sangat tinggi. Padahal sebenarnya ada jalan darat untuk menuju sekolah, sehingga mereka tidak perlu bergelantungan di atas sungai. Namun jaraknya lebih jauh dan harus memutar, sehingga mereka bertiga memutuskan untuk mengambil jalan pintas.
Video yang diunggah ke sosial media tersebut lantas mengundang reaksi banyak netizen. Kebanyakan netizen memberikan kritikan terhadap para pejabat serta pemerintah setempat, karena aksi yang dilakukan anak-anak SD tersebut sangat berbahaya. Netizen menilai jika infrastruktur di wilayah tersebut tidak diperhatikan. Netizen juga berharap agar pemerintah setempat segera membenahi infrastruktur di wilayah tersebut, sehingga tidak ada lagi anak-anak yang nekat menyeberangi sungai.
Usut punya usut, ternyata ketiga bocah tersebut adalah anak-anak penjaga perkebunan sawit. Tidak jauh dari sungai itu, terdapat empat buah rumah milik para pekerja penjaga perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya keranjang rotan yang kerap digunakan anak-anak untuk menyeberang adalah keranjang untuk menyeberangkan hasil panen kelapa sawit.
Bahkan pemilik perkebunan kelapa sawit telah membuat jembatan yang lokasinya berdekatan dengan tempat penyeberangan ketiga bocah tersebut. Aksi nekat yang dilakukan anak-anak ini sangat berisiko tinggi, mereka bisa terjatuh ke sungai kalau tali putus. Dilansir dari Kompas, agar anak-anak tidak menyeberangi sungai itu lagi, pihak Babinsa Koramil 05/Kampar Kiri, Kodim 0313/KPR, Serma Kariawanto telah menghubungi pemilik perkebunan sawit dan meminta agar melarang anak-anak untuk menyeberang menggunakan rotan itu lagi.
Ketiga bocah SD tersebut bernama Jerini Sarona Zibua kelas 1, Marpin kelas 1, dan Derni Zibua kelas 3. Seperti dilansir dari Tribunnews, aksi ketiganya mengundang perhatian Bupati Kampar Catur Sugen Susanto untuk memastikan serta mendatangi langsung ke lokasi di mana anak-anak tersebut kerap menyeberangi sungai.
Ternyata, aksi yang dilakukan anak-anak itu hanyalah untuk bersenang-senang saja sambil direkam dengan ponsel. Kenyataannya, sungainya dangkal dan anak-anak itu pun melakukan aksi itu setelah selesai pulang sekolah. Jika air sungai meninggi, anak-anak pun tidak melewati sungai tersebut. Bupati Kampar Catur Sugen Susanto menjelaskan jika caption pada video yang diunggah ke media sosial terlalu didramatisir. Faktanya, video tersebut berbeda dengan fakta yang sesungguhnya terjadi.
BACA JUGA : Demi Antar Anak Sekolah, Begini Cara Para Orangtua Seberangi Sungai yang Tak Ada Jembatannya
Netizen rupanya terlalu cepat menyimpulkan dan mengomentari video yang beredar di media sosial, tanpa mencari terlebih dulu fakta yang sebenarnya terjadi. Sehingga menimbulkan persepsi yang salah dan cenderung mendramatisir terhadap sebuah postingan. Bagaimana menurutmu?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…