Namanya, mungkin terasa asing ditelinga publik, yang terbiasa dicekoki oleh cerita remeh temeh dari panggung hiburan di negeri ini. Cerita artis dengan segala tetek bengek kehidupannya yang kerap tidak penting dan hanya mengejar sensasi.
Dia bukan artis. Bukan pula penyanyi. Tapi jangan ditanya soal prestasi dan apa yang sudah dicapainya. Dia, anak muda yang punya reputasi level internasional. Siapa dia? Dia adalah, Nelson Tansu.
Nelson adalah anak muda dengan prestasi dunia. Anak muda kelahiran Kota Medan, 20 Oktober 1977 itu merupakan lulusan dari universitas terkemuka dunia. Gelar sarjana sains diraih Nelson dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat pada 1998. Bahkan Nelson dinobatkan sebagai lulusan terbaik di universitas tersebut.
Di universitas yang sama, pada 2003, Nelson meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D). Dan prestasi mencengangkan yang membuat anak Medan ini mulai dilirik kalangan ilmuwan internasional, adalah saat dinobatkan jadi Asisten Profesor pada Pusat Teknologi Optik, Departemen Teknik Elektro dan Komputer, Lehigh University Amerika Serikat. Nelson diangkat jadi Asisten Profesor pada Juni 2003. Di tahun yang sama, ia juga sukses menggondol gelar Ph.D dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.
Namun yang mencengangkan, dan bikin bangga, untuk jadi Asisten Profesor di Lehigh University, Nelson menyisihkan 300 doktor. Ia meraih itu dalam usia yang bisa dikatakan muda, 25 tahun. Selangkah lagi, ia jadi Profesor.
Bahkan karena prestasinya itu, ia berhasil memecahkan rekor dalam menjadi Asisten Profesor. Dia menjadi Asisten Profesor termuda sepanjang sejarah pantai Timur Amerika Serikat. Yang mencengangkan, dia berhasil ‘mengalahkan’ Linus Pauling, Peraih Nobel Kimia pada tahun 1954 yang jadi Asisten Profesor pada usia 26 tahun.
Tentu Nelson tak asal diangkat. Ia diakui karena punya kualitas. Meracik cahaya dengan elektronika atau Optoelektronika adalah salah keahlian yang dikuasainya. Di bidang ini, kepakaran Nelson diakui dunia keilmuan. Seratus lebih publikasi ilmiah telah diterbitkan atas namanya. Tidak hanya itu, yang membanggakan Nelson adalah pemilik tiga paten di bidang ilmu yang digelutinya. Tiga paten yang kini banyak digunakan untuk bidang komunikasi serat optik, sensor biokimia, sistem deteksi senjata sampai pesawat antariksa.
Bahkan Profesor Luke J Mawst, seorang guru besar di Departemen Elektro dan Komputer, University of Wiconson-Madison, memuji setinggi langit Nelon. Di mata Profesor Luke, Nelson adalah salah satu bintang muda paling bersinar di bidang Optoelektronika.
Mengutip sebuah artikel yang dimuat Majalah Tempo, edisi khusus 2006, Nelson adalah pakar dalam Meracik sinar laser yang dapat diberdayakan dengan kistruk super hemat. Hanya perlu 1,5 watt untuk pencahayaan sinar laser.
Nelson juga meracik ulang teknologi telekomunikasi berbasis serat kaca, sehingga di masa datang, harga layanan ini akan jauh lebih murah. Salah satu impian terbesarnya, adalah ingin mewujudkan salah satu perguruan tinggi di Indonesia, menjadi salah satu universitas papan atas di Asia, bahkan dunia.