Menelisik keadaan ekonomi di Indonesia sekarang memang nampaknya kurang stabil. Sayangnya hal ini mempengaruhi kesempatan kerja yang makin minim. Akhirnya hal itu tidak sebanding dengan jumlah para pencari kerja yang malah bertambah setiap tahunnya. Lucunya, beberapa perusahaan malah sengaja memasukkan banyak TKA ke Indonesia. Seperti yang ada di Papua, bulan Agustus akan datang lagi gelombang TKA untuk mencari penghidupan.
Jika ditengok sejenak, tidak dapat dipungkiri dengan keberadaan TKA ini pastinya akan mendapatkan untung tersendiri bagi Indonesia. Mulai dari pasukan devisalah, penanaman modal, hingga peningkatan SDM yang ada di negeri ini. Namun sayang hal itu juga bisa menjadi boomerang jika terus-terus dilakukan. Tidak menutup kemungkinan malah Indonesia bakal rugi banyak. Sebagai pertimbangan, berikut beberapa alasan mengapa Indonesia patutnya menyetop “impor” TKA.
Mungkin memang dengan adanya TKA yang datang ke Indonesia bisa dengan mudah mendatangkan devisa sekaligus investor di negeri ini. Namun perlu diingat dengan adanya TKA itu, di sisi lain juga akan mematikan kesempatan para pekerja Indonesia sendiri. Pasalnya tidak semua dari ratusan bahkan ribuan pekerja itu yang memiliki skill yang benar-benar mumpuni, alias hanya dengan modal badan doang. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, banyak para pekerja ilegal yang tertangkap karena tidak memiliki persyaratan dan dokumen resmi. Padahal semua telah ditulis dalam undang-undang bahwa para TKA harus memenuhi syarat pendidikan minimum dan skill khusus bila ingin bekerja di Indonesia.
Problematika lain yang dialami saat mendatangkan TKA adalah kecemburuan antara masing-masing pekerja. Pasalnya dalam lapangan, para pekerja ini biasanya digaji dengan nominal yang ugal-ugalan. Misalkan saja jika seorang buruh biasa digaji hanya Rp 2 hingga Rp 3 juta, seorang TKA bisa digaji mencapai Rp 15 juta per bulan. Secara tidak langsung hal ini menciptakan sebuah gap tersendiri antara dua pekerja tersebut. Mungkin benar jika mengingat mereka adalah pekerja yang didatangkan dari luar negeri dengan biaya besar, namun jika kisarannya bisa sampai sejauh itu rasanya tidak terlalu etis. Akibatnya, banyak para warga asing yang berminat kerja di Indonesia karena diiming-imingin bayaran luar biasa itu. Alhasil, kembali lagi muncul masalah baru seperti poin pertama.
Sayangnya di lapangan banyak praktek yang tidak sesuai dengan teori. Telah tercantum dalam undang-undang mengenai beberapa posisi khusus yang tidak boleh ditempati oleh seorang pekerja asing. Namun sayangnya, masih banyak beberapa TKA yang dengan santainya bisa mendapatkan jabatan tersebut. Peraturan tersebut dibuat sebenarnya adalah untuk melindungi hak para pekerja di Indonesia agar bisa tetap “jaya” di perusahaan yang ada TKAnya. Namun entah mengapa, karena satu dan seribu alasan, justru aturan ini masih sering dilanggar. Kalau begini jadi bingung siapa yang salah dan yang harus di salahkan.
Bukan hanya satu atau dua kali para TKA ini melakukan pelanggaran. Mulai dari dokumen persyaratan yang ternyata tidak dimiliki, alias status yang ilegal, hingga memperpanjang jatah untuk pulang tanpa mengajukan permohonan pada kedutaan. Alhasil, Indonesia membeludak dengan para tenaga asing yang entah statusnya apa. Seperti pada tahun lalu, ditemukan kurang lebih 1,6 juta para pekerja China yang ada di Indonesia, sebagian memiliki dokumen lengkap, namun kebanyakan hanya bermodal badan datang ke negeri ini.
Tidak hanya pemerintah, namun semua elemen juga harus ambil bagian untuk menyelesaikan permasalahan ini. Misalnya para perusahaan yang memang butuh mendatangkan TKA harus benar selektif menentukan kualitas pekerja. Jangan sampai rugi modal dengan mendatangkan para TKA yang hanya punya badan doang, tapi kualitas minim. Lebih baik menggunakan warga lokal saja ketimbang nantinya bakal menjadi beban. Ini juga PR kita untuk meningkatkan kualitas SDMnya agar tidak kalah dengan warga asing.
Jika dipikir-pikir memang ada banyak manfaat mendatangkan para pekerja asing ke negeri ini. Namun juga mesti dilihat pula nasib ke depannya. Jangan sampai kalau mereka hanya menyumbang devisa seberapa, namun setelah pulang dari Indonesia malah kaya raya. Pada akhirnya, setiap kebijakan harus dikembalikan untuk kelangsungan penduduknya juga.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…