Jakarta adalah kota dengan sejuta harapan. Jutaan orang tinggal di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia ini untuk mengadu nasib dan memperbaiki hidup. Lebih dari lima puluh persen penduduk di Indonesia ada di Pulau Jawa dan kota Jakartalah yang menjadi pusat dari keramaian tersebut.
Baca Juga :Merasa Dirinya Superman, Pria Ini Lompat Dari Lantai 5
Belakangan ini, Jakarta mendapat gelar tak sedap. Sebuah web asing menyebut bahwa kota yang berlambang Monas ini adalah salah satu kota paling tidak aman di dunia. Namun, berita itu tidak bisa menutupi fakta bahwa banyak sekali orang yang tetap ingin pindah ke Jakarta.
Kantor-kantor dan perusahaan besar hampir bisa dipastikan mendirikan kantor pusatnya di Jakarta. Oleh sebab itu, meski kompetisi di Jakarta sangatlah sulit, lapangan kerja di sini jauh lebih banyak dan menjanjikan dibanding daerah lain. Lulusan universitas di daerah selain Jakarta biasanya akan mengadu nasib ke Ibukota karena jabatan dan jenis pekerjaan yang dianggap lebih bervariasi.
Di daerah lain, khususnya di luar Pulau Jawa, lapangan pekerjaan tidak terlalu variatif. Sementara, Jakarta menjadi pusat dari beragam industri seperti industri kreatif, industri telekomunikasi dan lain-lain. Bekerja di Jakarta juga menjadi “kebanggaan” tersendiri bagi beberapa orang.
Di Jakarta, kesempatan sekecil apapun merupakan pintu rezeki yang tidak terduga. Di kota metropolitan ini, banyak sekali profesi yang tidak kita temukan di kota-kota lain. Hanya di Jakartalah orang terlalu malas untuk membawa payung dan akhirnya bermunculan anak-anak kecil yang menawarkan jasa “ojek payung”.
Masih banyak lagi profesi-profesi yang “nyeleneh” yang dilakukan orang di Jakarta, padahal pekerjaan tersebut tidak akan menghasilkan uang jika dilakukan di daerah lain. Itulah sebabnya banyak orang yang ingin mengadu nasib di kota Si Pitung ini. Sebab, sesusah-susahnya hidup di Jakarta, masih ada sesuatu yang bisa dijadikan uang.
Hampir semua konser besar yang mendatangkan artis luar negeri diselenggarakan di Jakarta. Ini adalah salah satu “keuntungan” tinggal di Jakarta. Even dan konser besar hampir pasti akan digelar di kota yang kini dipimpin oleh Basuki Tjahja Purnama ini.
Tidak hanya konser, even-even seperti diskusi tentang politik, seni, budaya, pertemuan-pertemuan pentingpun selalu dilakukan di kota yang terkenal akan banjirnya ini. Jakarta tampaknya menjadi pusat hampir segala hal yang ada di Indonesia, sehingga kota ini menjadi seperti lampu yang menarik perhatian laron.
Tidak mengherankan lagi, Jakarta adalah surga belanja di Indonesia. Ribuan pusat perbelanjaan, mulai dari belanja grosiran di Tanah Abang, belanja Elektronik di Glodok dan Mangga Dua atau belanja di mall-mall prestisius seperti Gandaria City atau PIM semuanya lengkap di kota ini. Harga yang ditawarkan juga sangat menarik.
Itu sebabnya roda perekonomian seakan hanya berpusat di Jakarta. Kota ini penuh dengan konsumerisme dari warganya yang seolah tidak pernah kehabisan uang. Buktinya, meski krisis global menghantam hampir semua bagian dari dunia, kota Jakarta konsisten membangun pusat-pusat perbelanjaan baru.
Orang-orang yang telah bekerja di Jakarta, biasanya akan kembali ke kampungnya dalam keadaan yang tampak lebih sejahtera. Ini adalah salah satu hal yang memikat orang lain untuk juga pergi ke Jakarta. Tidak heran, setiap arus balik mudik ke Jakarta, banyak orang yang membawa serta sanak famili mereka untuk mengadu peruntungan.
Namun, tidak semua hal itu benar. Tidak semua orang yang bekerja di Jakarta sukses. Ada sebuah kebiasaan lucu yang dilakukan orang ketika mudik. Mereka akan membeli banyak emas dengan uang pinjaman dan pulang ke kampung dalam keadaan “kaya”. Namun, setelah kembali ke Jakarta, emas-emas tersebut akan dijual kembali untuk melunasi pinjaman. Hal-hal aneh seperti inilah yang membuat orang-orang di daerah membayangkan bahwa Jakarta adalah gudang uang.
Jakarta memang menawarkan sejuta mimpi, namun realita hidup di kota ini tidaklah seindah itu. Banyak sekali masalah yang harus dihadapi setiap hari seperti kemacetan, banjir dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Tinggal di Jakarta, anda akan dituntut untuk memiliki kewaspadaan pada level yang sangat tinggi.
Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan orang yang berniat mengadu nasib di Jakarta. Pembangunan yang tidak merata membuat setiap orang merasa harus berpindah untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Fasilitas pendidikan di Jakarta dan di daerah lain juga berbeda jauh. Jika pemerintah ingin mengendalikan angka urbanisasi ke Jakarta, PR besarnya adalah melakukan pembangunan yang merata (HLH)
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…