Walaupun bukan yang terhebat atau terkuat, namun pasukan elit Indonesia merupakan pasukan yang cukup ditakuti dan diperhitungkan oleh banyak negara di dunia. Mungkin Anda hanya pernah mendengar nama Kopassus saja sebagai pasukan elit di Tanah Air. Padahal ada banyak sekali tentara khusus lainnya yang dimiliki Indonesia, seperti Denjaka, Detasemen 88, Kopaska sampai dengan Den Bravo 90.
Dari setiap detasemen, tentunya memiliki cerita sendiri-sendiri yang beberapa di antaranya cukup membuat Anda sebagai orang Indonesia bangga karena negara ini memiliki pasukan elit yang mampu menandingi sampai dengan membuat tentara atau pasukan dari negara asing lari.
Berikut ini beberapa aksi tentara elit Indonesia yang berhasil membuat mata dunia terbelalak.
Saat Indonesia dan Malaysia terlibat konfrontasi pada tahun 1963, TNI mengirimkan pasukan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) untuk melawan tentara Malaysia. Siapa sangka bahwa pasukan yang dikirimkan tersebut ternyata terdiri dari beberapa pasukan elit Indonesia, seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus dan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dari TNI AU. Agar tidak menimbulkan kecurigaan dan keterlibatan Indonesia dalam upaya pembentukan negara Malaysia, pasukan elit yang dikirimkan mengenakan seragam hijau milik TNKU dan memalsukan identitas mereka.
Dikarenakan terdesak mundur, pihak Malaysia meminta bantuan Inggris yang secara langsung mengirimkan satu batalyon pasukan elit mereka yang sudah terkenal reputasinya di dunia, yaitu Special Air Service (SAS). Untuk membantu tugas SAS, Inggris juga mengirimkan pasukan Gurkha serta menambahkan personel SAS dari Selandia Baru dan Malaysia. Pada tanggal 10 Juli 1964, terjadi kontak senjata antara satu peleton TNKU melawan 2 peleton Gurkha. Dalam pertempuran ini, 20 orang Gurkha tewas dan tidak seorang pun dari pihak TNKU yang menjadi korban.
Sebuah insiden kecil namun mengancanm teritorial Indonesia terjadi pada tahun 2005 lalu. Dalam insiden tersebut, ada 2 buah kapal TLDM dan Marine Police Malaysia mencoba merapat dan menenggelamkan jangkar mereka agar kapal berhenti di dekat mercusuar Karang Unaran.
Walaupun sudah mendapatkan peringatan dari TNI AL lewat KRI Tedong Naga yang saat itu sedang melakukan patroli, namun peringatan tersebut tidak diindahkan dan tetap berada di tempat. Dikarenakan hal tersebut, Komandan KRI Tedong Naga menghubungi Tim Kopaska yang dikomandani Lettu Berny untuk memberikan bantuan. Tidak berjumlah puluhan atau bahkan ratusan, hanya cukup 3 anggota Kopaska saja yang terjun untuk mengusir 2 kapal dari Negri Jiran tersebut. Ketiga anggota itu bernama Serka Ismail, Serda Muhadi dan Kelasi Satu Yuli Sungkono.
Untuk mengecoh perhatian para awak kapal milik Malaysia tersebut, Serka Ismail memerintahkan agar motor boat yang dikendarai ketiganya untuk melaju secara zigzag. Strategi berjalan lancar, para ABK kapal Malaysia terpancing untuk terus mengamati pergerakan motor boat, sedangkan Serka Ismail menyelam, mendekati dan masuk secara diam-diam ke salah satu kapal. Tanpa senjata dia mendobrak pintu kapal dan memerintahkan untuk segera pergi dari teritori Indonesia. Walaupun sempat terjadi ketegangan, namun Serka Ismail berhasil membuat kedua kapal kembali ke negaranya.
Masihkah Anda ingat akan tragedi kerusuhan yang terjadi di Ambon pada tahun 2001? Ternyata, kerusuhan tersebut juga dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk semakin memperkeruh suasana. Banyak miliki lokal sampai luar Ambon yang terus menciptakan suasana memanas di kota tersebut. Bahkan ada banyak senjata api dan juga bom yang bukan rakitan terlihat dibawa oleh para milisi, padahal senjata-senjata tersebut hanya dimiliki oleh angkatan bersenjata saja. Mulai dari revolver sampai dengan senapan serbu seperti AK 101, 102 sampai dengan Ruger mini beredar luas di pasaran untuk dapat dibeli dan dipergunakan.
Dikarenakan suasana semakin tidak menentu, pemerintah pusat mengirimkan pasukan gabungan yang terdiri dari Kopassus, Marinir dan Paskhas. Kopassus sendiri dipimpin langsung oleh Kapten Nyoman Cantiasa. Keberadaan pasukan elit gabungan ini ternyata tidak disukai para milisi dan mereka melakukan serangan secara membabi buta.
Namun serangan tersebut tidak mengendurkan semangat para pasukan elit gabungan. Banyak gedung-gedung dan tempat yang diperkirakan menjadi markas milisi dihancurkan. Setelah melakukan banyak perlawanan, Kapten Cantiasa mengetahui bahwa markas utama milisi Ambon terletak di Hotel Wijaya II.
Bersama dengan pasukan Kopassus lainnya, Kapten Cantiasa dengan cepat melakukan sapu bersih di sekitar hotel tersebut dan berhasil masuk ke dalam bangunan itu. Hanya membutuhkan waktu 2 jam saja, markas pusat milisi Ambon berhasil direbut.
Yang perlu diingat lagi adalah bukan keberhasilan Kopassus dalam melakukan penyergapan di markas utama para perusuh, melainkan senjata yang digunakan oleh pasukan elit TNI AD ini hanyalah senjata-senjata yang sudah ketinggalan zaman. Karena pada tahun-tahun itu, Indonesia sedang diembargo oleh Amerika Serikat dan EU agar tidak dapat membeli alutista modern.
Pada tahun 1981, terjadi aksi pembajakan pesawat yang dilakukan oleh 5 orang teroris yang dipimpin oleh Imran bin Muhammad Zein. Para teroris ini merupakan anggota kelompok Islam radikal bernama Komando Jihad. Pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 atau DC-9 Woyla tersebut merupakan pesawat reguler yang berangkat dari jakarta pada pukul 08.00 WIB yang kemudian transit di palembang untuk terbang kembali ke Palembang.
Sayangnya, ketika akan menuju Palembang, 5 teroris bersenjata api dan membawa bahan peledak yang menyamar sebagai penumpang membajak dan menyandera seluruh penumpang. Pada akhirnya, pesawat tersebut diteruskan rutenya melewati palembang dan mendarat sementara di Penang, Malaysia untuk mengisi bahan bakar dan kembali terbang menuju Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand, yang rencananya akan diteruskan kembali ke Libya.
Pada tanggal 29 Maret di tahun yang sama, 35 pasukan elit TNI AD yang baru saja dibentuk dan tidak memiliki pengalaman dalam penanganan teror, bernama Para-Komando Kopassandha yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus berangkat diam-diam ke Thailand dengan mengenakan pakaian sipil. Dini hari tanggal 31 Maret, ke-35 pasukan Kopassandha yang terbagi menjadi 3 tim (Tim Merah, Tim Biru dan Tim Hijau), menolak bantuan berupa jaket anti-peluru yang ditawarkan oleh CIA yang ada di Thailand dan mereka secara diam-diam mendekati pesawat.
Setelah Tim Hijau berhasil mengamankan pintu belakang pesawat dan masuk ke dalamnya, Tim Biru dan Tim Merah menerobos masuk dan sempat terjadi baku tembak. Tidak menunggu lama, aksi pembajakan tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan Kopassandha.Sampai sekarang ini, aksi pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 tersebut dikenal dengan nama Peristiwa Woyla.
Selain 4 aksi para pasukan elit yang mampu membuat decak kagum negara lain itu, masih ada segudang prestasi yang ditorehkan oleh tentara khusus Indonesia tersebut.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…