Aborsi adalah permasalahan pelik dan masih sangat sensitif jika didiskusikan. Sebagian besar orang menentang aborsi karena pengaruh budaya dan juga agama. Melakukan aborsi sama halnya dengan membunuh seorang bayi. Menghilangkan nyawa orang lain adalah tindakan melanggar hukum dan berdosa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Praktik aborsi yang terjadi di dunia ini dipicu oleh banyak hal. Beberapa yang paling sering adalah karena kecerobohan dari pria dan wanita. Tanpa mempertimbangkan adanya kehamilan, dua orang ini melakukan hubungan badan tanpa pengaman, akhirnya bayi yang ada di dalam perut terpaksa digugurkan. Penyebab lain mengapa praktik ini masih terjadi adalah karena ada kehamilan yang tidak diinginkan, misal karena tindak asusila. Terakhir aborsi bisa saja dilakukan karena masalah kesehatan.
Alasan-alasan yang telah disebutkan di atas menjadi faktor penentu adanya aborsi di suatu negara. Semakin banyak masalah seperti di atas, semakin banyak pula kasus menggugurkan bayi dalam kandungan. Berikut daftar negara dengan tingkat aborsi tertinggi di dunia.
1. Greenland
Sebuah penelitian yang dilakukan di Greenland menemukan sebuah fakta yang cukup mencengangkan. Satu dari dua kehamilan di Greenland mengalami aborsi. Keadaan ini membuat tingkat kelahiran dan aborsi nyaris sama, bahkan pada tahun 2000 terdapat 877 kelahiran dan 944 aborsi yang artinya menggugurkan kandungan jauh lebih banyak.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Johnston Archive mengemukakan fakta bahwa, persentase aborsi pada tahun 2016 sebanyak 63% dari 1.000 kehamilan. Artinya 63 bayi tidak akan dilahirkan karena terlebih dahulu digugurkan oleh ibunya. Oh ya, Greenland membebaskan biaya kontrasepsi untuk wanita. Sayangnya kemudahan itu tidak digunakan sehingga kehamilan yang tidak diinginkan kerap terjadi terutama pada remaja.
2. Rusia
Rusia adalah satu dari beberapa negara yang melegalkan adanya aborsi. Kehamilan yang belum berusia 12 minggu masih bisa digugurkan dengan catatan tertentu. Misal unwanted pregnancy yang bisa membahayakan kesehatan fisik dan juga mental. Kehamilan yang tidak diinginkan karena tindak asusila masih diperbolehkan hingga usia kandungan mencapai 22 minggu.
Saat ini Rusia mengalami penurunan jumlah penduduk terutama pria. Negara ini bahkan memperbolehkan warga prianya menikahi dua wanita sekaligus. Dari 1.000 kehamilan di Rusia, sekitar 40 persennya digugurkan karena alasan-alasan di atas. Jumlah itu kemungkinan bertambah mengingat melaporkan aborsi sama halnya membuka aib sendiri.
3. Kuba
Dari 1.000 kehamilan yang terjadi di Cuba, sekitar 40 persennya diaborsi karena berbagai alasan. Mayoritas pasangan muda di Kuba lebih banyak memilih untuk tidak memiliki anak terlebih dahulu sebelum memiliki rumah. Jika dalam hubungan itu terjadi kehamilan, mereka akan melakukan aborsi begitu saja. Bagi mereka yang telah memiliki banyak anak, aborsi dilakukan untuk keperluan mengatur kehamilan atau KB.
Aborsi di Kuba diperbolehkan dengan permintaan khusus. Hal ini sedikit bertentangan mengingat mayoritas penduduk yang ada di Kuba adalah penganut Katolik. Alat kontrasepsi sebenarnya mudah didapatkan di sini untuk mengontrol kehamilan. Namun banyak penduduk di Kuba yang tidak suka menggunakan alat ini saat melakukan hubungan badan.
4. Romania
Sebelum tahun 1967, aborsi di Romania masih dilegalkan sehingga siapa saja yang tidak menginginkan kehamilan bisa melakukan tindakan mengerikan itu. Seiring dengan berjalannya waktu, aborsi jadi dilarang mulai 1967-1990 untuk meningkatkan rasio kelahiran dan menambah jumlah penduduk di Romania sedikit demi sedikit.
Pasca tahun 1990, aborsi di Romania kembali diperbolehkan namun dengan beberapa syarat. Aborsi boleh dilakukan jika kehamilan masih di bawah 14 minggu. Siapa saja bisa melakukan aborsi dengan alasan yang tepat. Misal usia ibu sudah sangat tua, sudah punya banyak anak, dan kehamilan yang terjadi karena tindakan asusila. Saat ini persentase aborsi di Romania mencapai 30 persen dari 1.000 kehamilan.
Di Indonesia, aborsi di Indonesia kurang lebih sekitar 20 persen. Jumlah ini kemungkinan masih bertambah karena banyak wanita cenderung tidak melaporkan kehamilannya. Oh ya, masalah aborsi di Indonesia terjadi karena banyaknya hubungan sebelum nikah yang terjadi. Akhirnya kalau terjadi kehamilan, aborsi adalah satu-satunya jalan jika tidak ingin melahirkan atau pun menikah.