Siapa sangka jika perpisahan NKRI dengan Timor Leste, nyatanya juga disesalkan banyak orang di sana. Perlu kamu tahu nih, dulu di masa pergolakan sebelum perpisahan, ada orang-orang sana yang getol menyuarakan persatuan dua negara ini, namanya adalah Batalion Milisi Aitarak. Mereka berjuang bersama TNI untuk mempertahankan wilayah beribu kota Dili itu untuk tetap bersama Indonesia.
Sayangnya, pada akhirnya usaha ini gagal dan membuat orang-orang Milisi Aitarak pun melakukan eksodus ke Indonesia. Mereka ini orang-orang asli Timor Timur yang sangat cinta Indonesia. Sehingga apa pun yang terjadi, ke Indonesia lah mereka akan pulang. Sayangnya, usaha besar mereka yang ingin mempersatukan Indonesia-Timtim itu tak pernah dipandang sebagai sesuatu yang penting. Hari ini, orang-orang berdarah Timor Leste tapi memilih NKRI itu tak bernasib baik di Indonesia.
Mereka sempat pernah menyesal kenapa memilih Indonesia kalau seperti ini kehidupannya sekarang. Namun, para pejuang itu pada akhirnya tak lagi peduli. Kondisi boleh miris, asal tumpah darah masih Indonesia.
Berjuang Agar Tak Pisah dari Indonesia
Tersebutlah pria bernama Jose Ximenes Siqueira Da Costa yang merupakan salah seorang anggota Milisi Aitarak yang kini tinggal di Indonesia. Dari dulu Jose dan teman-temannya yang lain memang tak pernah setuju kalau Timtim lepas dari Indonesia dengan berbagai alasan. Tergerak hatinya akan semangat persatuan, ia pun aktif dan getol sekali menyuarakan anti perpisahan.
Aksinya sangat dikecam, terutama oleh orang-orang Timtim yang pro perpisahan. Jose dan teman-temannya dianggap duri dalam daging karena ketidaksetujuannya. Nyawanya pun juga jadi incaran para pihak yang mendukung pisah itu.
Melupakan Timor Leste dan Memeluk Indonesia
Jose yang begitu dimusuhi bahkan diincar untuk dibunuh, akhirnya tak punya pilihan lain selain pergi ke Indonesia setelah Timtim berhasil pisah. Kecintaannya terhadap NKRI melebihi rasa sayangnya kepada kampung halaman. Kemudian beserta istri dan anak serta para teman-teman seperjuangan, Jose pindah ke Indonesia dan menempati wilayah perbatasan di NTT.
Hal yang lebih menyakitkan, tak lain adalah keluarga besar Jose yang ternyata lebih memilih menetap di Timor Leste. Berat rasanya hidup Jose terpisah dari keluarga meskipun ada anak dan istri. Tapi, semua itu diabaikannya atas dasar cinta kepada Indonesia.
Cinta Indonesia Tak Berarti Bahagia
Cerita perjuangan Jose mungkin hanya akan jadi cerita pengantar tidur untuk anaknya sendiri. Tapi, kisah itu bagaimana pun layak untuk diapresiasi. Setidaknya, ketika Jose dan teman-teman memilih Indonesia, mereka mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi, pada kenyataannya tidaklah demikian.
Jose dan sebagian eks Timor Leste lainnya tinggal di tanah pinjaman dengan bangunan seadanya. Hidupnya pun juga tak benar-benar lebih baik. Dalam kondisi seperti ini apalagi lihat anak dan istri, sempat beberapa kali Jose kepincut pulang ke keluarganya di Timor Leste. Ia memang melakukan itu, tapi pada akhirnya kembali lagi setelah beberapa minggu. Ketika kembali menginjak Indonesia, Jose mengatakan sesuatu yang mungkin bisa jadi pelajaran buat kita. Ia berkata, “Saya terlalu sayang merah putih. Saya tidak menyesal memilih NKRI walaupun sengsara begini. Kalau menyesal, saya sudah selamanya pulang ke Timor Leste.”
Pulang ke Timor Leste mungkin jadi solusi untuk hidup lebih baik bagi Jose dan teman-teman. Tapi, di sisi lain, mereka pun juga tidak akan pernah mudah pula untuk hidup di sana. Sebagian orang ternyata masih ingat cerita pengkhianatan Jose yang dulu getol mempersatukan Indonesia-Timtim. Jose dan yang lainnya bisa dibunuh karena dendam lama tersebut.
Cinta NKRI Meskipun Air dan Listrik Miris
Jose dan beberapa teman eks Timor Leste lain tinggal di tanah pinjaman dengan bangunan seadanya. Jadi, mereka tak punya hak sejengkal pun atas tanah yang dipakainya. Hal ini membuat posisi mereka susah dan serba tidak pasti. Bisa saja karena satu dan lain hal orang-orang seperti Jose diusir.
Tak hanya hidup dalam serba ketidakpastian, mereka juga harus bertahan dengan kemirisan karena minimnya fasilitas penting seperti air dan listrik. Di beberapa perkampungan eks Timor Leste memang sampai saat ini belum ada listriknya. Air pun begitu, beberapa sumur kering. Salah seorang teman Jose bernama Luis berharap pemerintah mau membantu mereka. “Listrik dan air bersih. Itu saja, tak lebih,” ujar Luis.
Berkaca dari jasa dan semangat kecintaan mereka kepada pertiwi, maka sepertinya sudah selayaknya pemerintah lebih memperhatikan dan mengapresiasi orang-orang ini. Mereka rela dimusuhi kaumnya sendiri bahkan mungkin meninggalkan keluarga besarnya, hanya demi Indonesia. Terlepas dari hal yang miris yang mereka alami, kisah orang-orang Timtim yang cinta dengan Indonesia ini harusnya bisa menginspirasi semangat kebangsaan kita.