Cerita tentang pendekar nggak cuma ada di film-film luar negeri saja. Kenyataannya, Indonesia juga punya banyak orang-orang dengan kemampuan berkelahi dan semangat juang yang tinggi sehingga mereka pantas disebut sebagai pendekar.
Beberapa orang berikut ini, konon memiliki kesaktian yang begitu tersohor. Bahkan mereka dengan gigih menentang para penjajah sampai pusing dibuatnya.
1. Si Pitung
Nama si Pitung bisa jadi sudah banyak dikenal karena namanya memang melegenda. Ia berasal dari kampung Rawabelong, Jakarta Barat. Nama aslinya adalah Salihoen, tapi kemudian dipanggil Pitung yang berasal dari kata bahasa Sunda pitulung dengan arti penolong.
Ia adalah sosok pendekar yang berani menentang penjajah Belanda pada masa itu. Konon ia adalah seorang yang sakti dan kebal dari peluru biasa para penjajah. Kabarnya ia juga punya ilmu Rawe Rontek yang bisa membuat musuh tidak bisa melihatnya. Ada beberapa versi mengenai kematiannya, mulai dari tewas karena ditembak dengan peluru emas, hingga kesaktiannya yang hilang karena rambunya dipotong.
2. Entong Gendut
Entong Gendut adalah seorang tokoh pendekat Betawi yang berasal dari daerah Condet. Ia terkenal sebagai sosok yang berpegang teguh pada prinsipnya. Sebagai seorang tokoh masyarakat, ia sebenarnya pernah ditawari untuk menjadi raja muda di Condet oleh Belanda, tapi ditolaknya.
Melihat masyarakat Condet yang menderita akibat ulah penjajah Belanda, ia akhirnya menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan. Kemudian terjadilah perang di Landhuis antara Entong Gendut beserta warga Condet dan pihak Belanda. Tapi pemberontakan tersebut berhasil digagalkan oleh Belanda dan Entong Gendut tewas tertembus peluru musuh. Mayatnya akhirnya dibuang ke laut
3. Nyimas Gamparan
Nyimas Gamparan adalah seorang pahlawan yang berasal dari daerah Banten. Namanya tidak terlalu sering didengar, meski sebenarnya ia juga termasuk sosok heroik yang menentang ketidakadilan penjajah Belanda. Bersama puluhan prajurit wanitanya, ia menggunakan taktik perang gerilya dalam melawan pasukan Belanda.
Ia dikenal dalam perang Cikande yang terjadi tahun 1829 hingga 1830. Kehebatan pasukan Nyimas Gamparan bahkan sampai membuat Belanda kerepotan dan harus menggunakan taktik memecah belah. Belanda meminta bantuan Raden Tumenggung Kartanata Nagara untuk menumpas pasukan wanita tangguh ini dengan iming-iming akan dijadikan penguasa Rangkasbitung. Akhirya pasukan Nyimas Gamparan kalah oleh pasukan Kartanata Nagara.
4. Nyimas Melati
Nyimas Melati adalah anak perempuan Raden Kabal yang secara aktif terus melawan penjajahan Belanda. Wanita asal Tangerang tersebut tidak tinggal diam, ia juga turut terlibat dalam perjuangan melawan penjajah.
Nyimas Melati dikenal sangat ahli dalam hal bela diri dan memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Dengan kekuatannya ini, ia ikut melakukan pemberontakan melawan tuan tanah yang berpihak pada pemerintahan kolonial.
5. Haji Darip
Salah satu pahlawan lain yang juga disegani adalah Haji Darip yang dikenal sebagai jagoan sekaligus pejuang. Meski bagi penduduk lokal dikenal sebaga pahlawan, pihak kolonial Belanda justru menganggapnya sebagai bandit karena selalu mengusik pemerintahan Batavia.
Jagoan asal Klender ini konon punya jimat yang membuatnya kebal. Ia juga pandai merekrut orang untuk menjadi bagian dari gerombolannya. Setiap orang non-pribumi yang melewat wilayah kekuasaannya pasti akan dijarah dan harus berteriak “merdeka!”
6. Sakera
Sakera adalah pejuang legendaris dari Bangli, Pasuruan. Ia dikenal sebagai sosok yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan rekan-rekannya. Karena itulah, ketidakadilan penjajah Belandan membuatnya marah dan membunuh para antek Belanda.
Sama seperti kebanyakan kisah pejuang masa itu, langkahnya terhenti setelah ia dikhianati oleh temannya sendiri. Teman seperguruan Sakera menjebaknya sehingga ia berhasil ditangkap. Karena diancam ibunya akan dibunuh, Sakera akhirnya tidak melawan dan dijatuhi hukuman mati.
Itulah tadi beberapa jagoan asli Indonesia yang juga ikut menentang ketidakadilan penjajah. Namun sayangnya karena pada masa itu perjuangan masih kurang terorganisis, maka perlawanan berhasil ditumpas. Apalagi dengan cara licik penjajah yang mengadu domba masyarakat. Namun, hal itu tidak mengecilkan tekat dan keberanian mereka untuk melawan penjajah.