Di era smartphone sudah berharga Rp 500 ribuan, siapa sih yang tidak punya akun Facebook? Tanpa perlu survey sudah bisa dipastikan setiap kepala punya akun sosial media ini. Bahkan kadang lebih dari dua untuk tujuan tertentu. Facebook, berasal dari sebuah proyek masa kuliah aplikasi ini kemudian meraksasa. Bahkan sekarang nilainya sangat fantastis dan bisa disejajarkan dengan perusahaan besar seperti Google, Yahoo dan yang lainnya.
Otak di balik kesuksesan Facebook mungkin sudah sangat kita ketahui. Benar sekali, si ayah baru, Mark Zuckerberg. Facebook mungkin sangat gila, namun tanpa adanya Mark muda yang mengawalinya, media sosial satu ini mungkin hanya berakhir kenangan seperti para pendahulu yang sudah tenggelam. Mark muda selalu yakin jika yang dilakukannya akan membawa hasil yang besar nantinya.
Dari tadi bicara Mark muda terus. Ya, karena inilah fase ketika pria kelahiran 1984 ini memulai semuanya. Lebih tepatnya pada usia 20an di mana ia mulai melakukan banyak hal menakjubkan dan sangat menantang. Termasuk memutuskan untuk putus kuliah dan kemudian men-develop aplikasi kebanggaannya yang akhirnya dinikmati lebih dari semiliar pengguna itu. 20 tahun adalah umur yang membanggakan untuk memulai kesuksesan, dan apa yang dilakukan Mark ketika itu mungkin bisa menginsipirasi kita untuk bisa menggapai hal yang sama.
1. Bekerja Keras Ketika Muda itu Penting
Saat ini Mark berumur 31 tahun sedangkan Facebook didirikannya pada tahun 2004 lalu. Jadi bisa di umur 20 tahunan Mark tengah heboh-hebohnya dengan proyek awal mula Facebook. Berdirinya Facebook sendiri diawali dengan banyak sekali pengorbanan yang dilakukan Mark.
Mark pernah ngotot kepada staf kampus jika mahasiswa harus punya media online storage yang bisa diakses kapan pun. Sayangnya, Harvard menolaknya mentah-mentah. Akhirnya untuk membuktikan jika aplikasi buatannya nanti sangat berguna, Mark pun meretas sistem komputer Harvard untuk kemudian mencuri data-data mahasiswanya.
Mark akhirnya tertangkap basah, namun berawal dari situ ia berhasil menciptakan Facebook yang akhirnya menjadi salah satu media sosial raksasa di dunia. Pada intinya, usaha keras harus dilakukan untuk mencapai sukses, dan usaha akan selalu berbanding lurus dengan hasil.
2. Kesuksesan Kadang Korbannya juga Besar
Mark, seperti yang kita tahu, pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari Harvard yang notabene adalah salah satu almamater paling beken di dunia ini. Hal tersebut lantaran ia ingin sangat fokus dengan Facebook yang masih dalam pengembangan. Mark yakin jika kuliah hanya akan membuang waktu serta menghambat jalannya untuk bisa membesarkan Facebook. Berbekal keyakinan dan juga intuisinya yang matang, pada akhirnya Facebook benar-benar jadi seperti yang diinginkannya.
Mark mengesampingkan pendidikan bukan berarti ia memandang pendidikan adalah hal percuma yang membuang-buang waktu. Jika yakin dengan kemampuan sendiri dan akan sukses meskipun tanpa ijazah, maka sah-sah saja meninggalkan bangku kuliah dan mendalami apa yang diinginkan. Kalau belum bisa punya kemampuan serta keyakinan tinggi, maka kembali meneruskan pendidikan adalah jalan terbaik.
3. Tetap Bersahaja dalam Kesuksesan Besar
Sukses besar bukan membuat Mark sok jumawa. Ia bahkan tidak ada bedanya secara penampilan dan lifestyle dibandingkan ketika masih belum jadi apa-apa. Ia masih sering memakai kaus abu-abu kesukaannya, serta hidup tidak bermewahan. Bahkan sebelum menikah dengan sang istri, Mark tetap tinggal di apartemen kecilnya di Palo Alto dan masih sering berjalan kaki atau naik sepeda ketika ingin menuju suatu tempat.
Hal ini jadi pelajaran luar biasa bagi kita, di mana bahkan orang sekaya Mark Zuckerberg yang uangnya seperti tidak berseri itu, bisa hidup dengan sangat sederhana. Sayangnya realitanya kadang justru berkebalikan. Kaya sedikit gayanya sudah seperti tidak akan pernah miskin. Kita hindarkan yang seperti ini. Mark saja yang sekaya itu tetap bersahaja, apa lah arti kesuksesan yang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan Facebook dan kemudian kita bangga-banggakan.
4. Uang Bukan Segalanya
Uang memang sebagai side effect dari sebuah usaha. Termasuk Facebook, gara-gara ini Mark pun seperti kebanjiran uang satu kontainer. Namun, bagi Mark uang bukanlah apa yang dicarinya dari membangun Facebook. Menjadikan orang-orang menjadi lebih mudah berkomunikasi serta berbagi kenangan satu sama lain, adalah yang diinginkannya.
Uang memang bukan yang Mark cari dengan Facebook, salah satu bukti kongkritnya adalah wacana yang dilakukannya untuk menyumbang sekitar Rp 613 triliun untuk membuat dunia ini lebih baik. Semua ini merupakan hasil kerja kerasnya selama ini dan ia sama sekali tak masalah untuk mengeluarkannya bagi kebaikan banyak orang.
Uang memang bukan prioritas, meskipun begitu bekerja harus tetap profesional. Seperti yang dicontohkan oleh Mark dengan bekerja hampir 10 jam tiap harinya untuk membuat Facebook makin bisa memberikan manfaat.
5. Mark Pacaran Namun Mampu Meraih Sukses
Seperti anak muda lainnya, Mark punya juga punya kekasih. Yup, siapa lagi kalau bukan wanita yang kini menjadi istrinya, Priscilla Chan. Mungkin benar jika pacaran kadang menganggu kesuksesan, namun satu hal yang perlu ditekankan adalah tentang siapa yang kita pilih.
Mark memilih Priscilla tentu atas berdasarkan pertimbangan tertentu. Sang istri adalah wanita biasa dimana ia bekerja keras pula untuk bisa tetap hidup dan kuliah. Alhasil, ketika keduanya bersama, Mark dan Priscilla saling mendukung satu sama lain untuk meraih kesuksesan. Hingga akhirnya Mark berhasil membesarkan Facebook dan Priscilla bisa menyelesaikan kuliah kedokterannya.
Mark mungkin akan berpikir ribuan kali untuk memacari atau menikahi Priscilla jika wanita ini bukan seperti yang sekarang. Misalnya sedikit-sedikit merajuk, sedikit-sedikit minta ditemani, dan sebagainya. Mungkin saja Facebook akan tenggelam jika Mark memiliki kekasih yang seperti ini.
Pada intinya, Mark muda sama dengan remaja kebanyakan. Ia idealis, menggebu dan juga pacaran. Namun yang membedakan Mark dengan anak muda lain ketika itu, ia sanggup untuk konsisten dan fokus mengejar apa yang diidamkannya. Nah, maka dari itu, sepertinya sangat pantas memang untuk menjadikan Mark ini sebagai role model-nya anak-anak muda.