Di Indonesia, istilah MLM sebenarnya cukup sering didengar. Bahkan, banyak orang yang telah bergabung atau setidaknya pernah ‘diprospek’ untuk ikut bergabung dengan bentuk bisnis yang mengklaim bisa membuat anggotanya cepat kaya ini.
Banyak para anggotanya yang mengatakan bahwa MLM yang mereka ikuti adalah bisnis sungguhan dengan adanya produk yang dijual. Tapi mereka yang bukan anggota dari MLM biasanya akan menganggap bisnis ini tidak berbeda dari skema piramida.
Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai MLM yang tidak banyak diketahui.
1. Area Abu-abu Antara MLM dan Skema Piramida
Skema piramida adalah model bisnis yang hanya tergantung dari merekrut lebih banyak anggota untuk pendapatannya. Orang yang berada di posisi paling atas merekrut distributor. Para distributor tersebut kemudian merekrut distributor lagi untuk bekerja di bawah mereka dan begitu seterusnya. Intinya, akan tercipta sebuah piramida yang terbentuk dari perekrut dan distributor.
MLM hampir mirip dengan skema piramida, hanya saja penekanannya ada di penjualan produk, bukan merekrut anggota. Skema piramida dalam MLM terjadi karena dalam bisnis tersebut seseorang boleh merekrut anggota sebagai penjual juga yang disebut ‘downline’.
Di Indonesia, praktik bisnis skema piramida adalah ilegal atau dilarang. Tapi karena MLM dianggap sebagai bisnis yang lebih menekankan pada penjualan barang dan bukan merekrut anggota, maka bisnis ini legal atau diperbolehkan. Area abu-abu yang hampir bersinggungan inilah yang membuat beberapa orang terkadang terjebak dan lebih fokus pada perekrutan daripada menjual produk karena iming-iming bonus besar jika memiliki banyak downline yang aktif.
2. MLM yang Lebih Fokus Pada Perekrutan Tidak Akan Bertahan Lama
MLM mendapatkan keuntungan yang cukup besar dengan memastikan ada aliran dana tetap dari anggota baru yang mengirimkan uang ke upline mereka. Meski kebanyakan MLM mengaku bisnis mereka berasal dari penjualan produk, masih ada banyak yang lebih fokus pada perekrutan. Namun model yang terakhir ini tentu memiliki cela karena jumlah manusia di bumi yang terbatas.
Contoh, jika hanya ada 5 orang di bumi dan satu dari mereka merekrut yang lain untuk bergabung. Anggota baru maka akan merekrut orang yang lain hingga akhirnya mereka merekrut orang terakhir di bumi. Dengan setiap orang sudah bergabung, skema ini tidak akan bisa berlanjut karena semua orang yang merekrut telah menjadi anggota. Tidak ada orang lain lagi yang akan berjuang atau membeli produk selain mereka sendiri.
Dalam situasi ini, pasar akan dipenuhi orang-orang yang berusaha menjual barang yang sama. Mereka yang ada di posisi paling bawah akan jatuh, sementara yang di atas akan tetap mendapatkan keuntungan dari mengumpulkan komisi dan biaya dari downline.
3. Target MLM Adalah Mereka yang Paling Rentan dalam Masyarakat
Target dari bisnis MLM ini adalah mereka yang rentan dan khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya saja mahasiswa yang sering kali membutuhkan uang untuk membayar uang sekolah mereka atau sekedar mendapatkan uang jajan tambahan.
Bagi mereka yang berada di situasi terjepit seperti ini, MLM tampak sebagai jalan keluar yang mereka butuhkan. MLM mentarget anak muda untuk menjadi anggota atau distributor mereka dengan menunjukkan anak muda yang sukses dengan mobil, jet atau liburan mewah mereka. Suatu hal yang sangat diimpikan apalagi di era serba modern seperti sekarang ini.
4. Taktik Merekrut yang Buruk
Para member dijanjikan bonus atau kesuksesan ketika mereka berhasil merekrut member. Jadi, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk merekrut orang baru. Namun terkadang cara yang salah justru membuat hubungan pertemanan atau keluarga jadi renggang.
Strategi pertama adalah dengan rutin melakukan pertemuan sehingga para anggota tetap bersemangat untuk merekrut anggota baru. Terkadang dalam pertemuan ini juga dilakukan ‘presentasi’ untuk ‘memprospek’ anggota baru. Mereka yang bergabung dianggap sebagai orang cerdas yang mau berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Sedang yang tidak mau bergabung dianggap sebagai orang yang menyia-nyiakan kesempatan, malas, atau sejenisnya.
Terkadang ada seorang teman yang lama tidak ketemu atau bahkan menghubungi. Namun tiba-tiba menghubungi atau datang ke rumah, tapi ternyata untuk memprospek. Cara seperti ini yang kemudian membuat hubungan pertemanan juga menjadi renggang.
5. Meski Diiringi dengan Kontroversi, Bisnis MLM Tetap Terus Berkembang
Lewat proses rekrut secara terus menerus dengan berbagai macam taktik, perusahaan MLM terus mendapatkan anggota baru. Para anggota ini percaya bahwa bekerja dengan perusahaan ini akan memberikan mereka kebebasan finansial. Apalagi dengan iming-iming siapa saja bisa melakukannya atau dengan embel-embel bekerja dari rumah.
Meski fakta mengatakan bahwa tidak mungkin bisa menghasilkan uang dalam MLM kecuali kamu berada di posisi atas, orang-orang tetap saja tertarik untuk bergabung dengan bisnis ini.
6. Banyak Orang Mempertanyakan Keamanan Produk yang Dijual
Beberapa produk kesehatan yang dijual oleh bisnis MLM sering dipertanyakan keamanannya. Hal ini karena produk-produk ini mengklaim bisa memberikan hasil yang ajaib seperti menurunkan berat badan atau menyembuhkan penyakit.
Dalam beberapa kasus, produk yang dijual memang sudah mendapatkan izin dan diakui oleh badan kesehatan pemerintah. Namun produk ini dijual oleh distributor yang tidak punya pengalaman atau kualifikasi untuk memberikan klaim tentang kesehatan.
Usaha apapun asalkan caranya baik dan tidak meragukan orang lain sebenarnya sah-sah saja. Karena itulah, jika memang ingin bergabung dengan MLM, perhatikan terlebih dahulu syarat atau apakah bisnis ini nantinya akan merugikan orang lain. Karena sejatinya rezeki yang didapatkan dengan cara yang lebih baik itu justru yang akan lebih bermanfaat untuk kita.