Muhammad Gibran Rasyad (14), pemuda yang sempat dikabarkan hilang di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, telah ditemukan kembali. Kegigihan tim penyelamat membuahkan hasil. Gibran ditemukan di sekitar Curug Cikoreng, Jumat (24/9/2021) sore.
Lima hari penuh misteri, mungkin begitulah yang dirasakan Gibran selama dirinya dinyatakan hilang. Ia mengaku bahwa dirinya merasakan pengalaman-pengalaman tak lazim di dunia manusia. Apa saja cerita di balik hilangnya Gibran di Gunung Guntur? Berikut adalah ulasan lebih lengkapnya.
Sempat dinyatakan hilang, Gibran kembali ditemukan di hari kelima
Berawal dari hari Sabtu (18/9/2021), Gibran dan 13 orang temannya memulai pendakian Gunung Guntur. Sekitar pukul 17.00, tim pendaki sampai di Pos 3 dan memutuskan untuk beristirahat. Entah apa yang ada di benak Gibran, dirinya memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menunggu di Pos 3.
Saat pendaki lain kembali ke Pos 3, Gibran tak lagi ditemukan di tenda. Dianggap menghilang, tim SAR gabungan diturunkan untuk menemukannya. Perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya membuahkan hasil. Gibran ditemukan di Curug Cikoneng, sekitar 750 meter dari Pos 3.
Menjumpai lima sosok misterius yang menawarinya makan
Gibran tidak merasakan sesuatu yang aneh selama hilang. Namun dirinya mengaku menjumpai lima sosok misterius. Satu pria dan empat wanita, mencoba menawari dirinya makan. Seingatnya, ia ditawari makanan berupa nasi dan lauk ikan. Merasa tak kenal dengan orang yang menawarinya, Gibran memutuskan untuk tidak memakan makanan itu.
Gibran menggambarkan sosok perempuan yang menawarinya makanan itu memakai baju putih dan terlihat sudah berusia tua. Menolak tawaran makanan dari lima orang misterius itu, Gibran memilih untuk minum air sungai dan makan dedaunan. Hal itu dilakukan untuk mengatasi lapar dan dahaga selama dirinya hilang.
Lima hari tanpa malam
Usai ditemukan, Gibran dirawat di Puskesmas Tarogong. Saat ditemui oleh Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, Gibran menjelaskan selama hilang dirinya tidak merasakan pergantian dari siang ke malam. Selama lima hari, Gibran hanya melihat hari yang terang dan tidak ada malam sama sekali. Selain itu, Gibran juga mengaku bahwa dirinya tidak pernah mendengar teriakan panggilan dari tim pencari.
Ada apa dengan Pos 3?
Gunung Guntur merupakan salah satu daya tarik wisata di Jawa Barat. Mudahnya jalur pendakian, membuat banyak pendaki pemula yang ingin menaklukkan gunung setinggi 2.249 meter ini. Uniknya, Gibran bukanlah pendaki yang pertama tersesat dan menghilang. Ada kisah tentang Afrizal (16) yang menghilang selama 31 jam di bulan Juli 2020. Dirinya ditemukan di dekat sumber air Cikole.
Yang menarik, baik Afrizal dan Gibran sama-sama dinyatakan hilang di Pos 3. Hal ini dikatakan Komandan Koramil Tarogong, Kodim 0611 Garut, Kapten Inf Dedi Saepuloh, yang ikut melakukan pencarian Gibran. Dedi mengungkapkan bahwa Afrizal ditemukan dalam kondisi telanjang, berbeda dengan Gibran yang masih berpakaian lengkap seperti terakhir kali dinyatakan hilang. Hanya saja, ia tak menggunakan alas kaki. Ada apa dengan Pos 3 Gunung Guntur?
Menurut warga lokal, Gunung Guntur punya segudang misteri
Apakah ada misteri atau dimensi lain di Gunung Guntur? Menurut warga sekitar, mereka sudah terbiasa dengan cerita orang atau pendaki yang, istilah mereka, “disembunyikan”. Cerita tentang “makhluk-makhluk” gunung juga bukan sesuatu yang asing. Salah satu yang terkenal adalah sosok wanita cantik berbaju merah. Selain itu juga ada nenek yang membawa gendongan.
Hamid, seorang warga sekitar Gunung Guntur, mengatakan bahwa pendaki akan diganggu kalau tidak menjaga etika kesopanan. Selain orang-orang yang tidak sopan, mereka yang berpacaran biasanya juga tak luput dari gangguan.
BACA JUGA: Hilang 4 Hari di Gunung Nokilalaki, Pemuda Ini Alami Kejadian Mistis Merasa ‘Disesatkan’
Perkataan Hamid harus menjadi catatan bagi semua pendaki yang ingin merasakan petualangan mendaki gunung-gunung di Indonesia. Meski jauh dari suasana kota, sikap sopan harus menjadi yang utama. Bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan “isi” di sekitarnya.