Banyak dari mereka yang hidupnya kurang beruntung terkadang luput dari bantuan sosial. Tak hanya membutuhkan uluran tangan, statusnya sebagai orang miskin juga seolah tak mendapat perhatian lebih. Salah satunya bahkan hanya menjadi obyek foto namun tak kunjung tersentuh bantuan.
Seperti yang dialami oleh penderita kanker asal Boyolali, Jawa Tengah yang bernama Kinem. Berjuang melawan penyakitnya itu sejak 2009 silam, ia sempat ditemui donatur dan dijanjikan akan diberi bantuan setelah difoto. Harapan pun timbul dengan adanya kepedulian pada Kinem.
Dilansir dari Kompas (10/07/2020), ia dan Nursam sang suami sempat disuruh berfoto sambil memegang kertas bertuliskan bantuan uang senilai puluhan juta rupiah. Sayang, sesuatu yang sangat diharapkan tersebut tak kunjung diterima oleh dirinya. Nominalnya pun bermacam-macam, mulai dari Rp10 juta, Rp25 juta, sampai Rp30 juta. Meski demikian, Nursam mengaku telah ditransfer uang sebesar Rp7 juta lewat rekeningnya untuk bantuan sebesar 30 juta rupiah.
Selain Kinem, ada pula seorang nenek yang bernama Mak Minah, warga Kampung Randu Kurung, Desa Cibiuk Kidul, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang juga tak tersentuh bantuan dari pemerintah. Padahal, kondisinya yang hidup seorang diri sangat memprihatinkan.
Mirisnya lagi, nenek yang puluhan tahun menjanda karena suaminya meninggal dunia sejak tahun 1980-an itu tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Ia pun hanya bisa pasrah dan tak mengeluhkan kondisinya tersebut. “Saya tidak pernah kecewa atau kesal walau tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah,” ucapnya yang dikutip dari Merdeka.com (21/05/2020),.
Bantuan sosial yang juga tak kunjung diterima juga dialami oleh Emak Amah. Wanita yang tinggal di Kampung Sukamanaah Timur, RT/RW 002/012 Desa Cikampek Barat, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, itu mengeluhkan bantuan yang justru didapat oleh mereka yang hidupnya berkecukupan.
Hal tersebut membuat Emak Amah kecewa lantaran bantuan ke warga miskin di banyak yang dipilah dan dipilih. Terlebih mereka juga merasakan kehidupan yang bertambah sulit karena terdampak pandemi Covid-19. Dilansir dari Online Metro, Emak Amah tetap tegar berjuang hidup dengan bekerja serabutan dan tanpa bantuan pemerintah.
Kisah serupa juga datang dari seorang pria bernama Amin. warga Kampung Wedas Nenggang, Desa Sindangsari, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten, itu harus berjuang hidup bersama di sebuah gubuk yang dibangun dengan bahan seadanya. Untuk menopang kehidupan sehari-hari, ia bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Petir dengan penghasilan paling besar Rp50 ribu per harinya.
Meski berada dalam kondisi kekurangan, Amin justru tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baik itu Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), Program Keluarga Harapan (PKH), hingga Jaring Pengaman Sosial (JPS).
Amin saat ini juga kesulitan mencari nafkah lantaran menderita sakit pada kaki kirinya yang bengkak berwarna kemerah-merahan. Dengan tempat tinggal yang sederhana itu, ia mencoba bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada semua sektor. Termasuk Amin yang kondisinya semakin terhimpit.
BACA JUGA: Nggak Cuma BLT Rp 600 Ribu, Pemerintah juga Berikan Bantuan Ini ke Rakyat untuk Lawan Covid-19
Bukan rahasia lagi jika bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah kerap tidak tepat sasaran. Terlebih di masa-masa sulit seperti saat ini akibat pandemi Covid-19, distribusi yang tidak pada tempatnya hingga penerima yang dapat bantuan dobel kerap terjadi. Seperti kisah warga miskin di atas, mereka yang seharusnya mendapat bantuan malah luput dari pantauan.