Tak melulu sedih dan nestapa, momen perjuangan Indonesia di era kemerdekaan ternyata banyak menyimpan cerita manis sekaligus inspiratif. Misalnya soal kisah-kisah orang Belanda yang justru simpati dengan perjuangan bangsa Indonesia, alih-alih menjajah. Salah satu misalnya adalah sosok bernama Dolly Zegerius ini, yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Kisah panjangnya membela Indonesia bermula ketika dirinya bertemu dan kemudian menikah dengan Soetarjo Soejosoemarno, sosok bangsawan dari Pura Mangkunegaran, Surakarta. Dari sana, Dolly memiliki pandangan soal nasionalisme yang ditanamkan oleh sang suami, Soetarjo.
Wanita Belanda yang menaruh perhatian pada perjuangan Indonesia
Dolly Zegerius mendapatkan informasi soal perjuangan Indonesia dari sang suami, Soetarjo Soejosoemarno, yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada dirinya. “Sejak itu saya belajar tentang Indonesia dan bahasa Jawa karena tahu suatu saat akan ke sana,” ujar Dolly yang menikah dengan Soetarjo pada 30 September 1943.
Saat pertama bertemu hingga menikah dengan Dolly, Soetarjo tengah menempuh pendidikan di Technische Universiteit Delft Jurusan Topografi. Hingga kemudian, dirinya memutuskan untuk kembali ke Indonesia usai menamatkan studinya dan meraih gelar sarjana di bidang geodesi.
Gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
Dengan menumpang kapal Weltrevreden, pasangan suami istri beda negara itu akhirnya tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 1947. Karena kondisi republik saat itu masih dalam posisi berkonflik dengan Belanda, ia pun tinggal berpindah-pindah dengan sang suami. Selama dalam perjalanan di kapal, Dolly mengenal Betsy Kobus, Annie Kobus, dan Miny Kobus.
Ketiga Kobus bersaudara inilah yang kelak bersama Dolly ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri. Dilansir dari News.detik.com ( 23/11/2016), mereka inilah yang berani ikut berdemonstrasi menentang Belanda saat berada di Malang, dan satu-satunya kelompok wanita kulit putih yang berlaku demikian. Bahkan, Dolly kerap mengajarkan slogan “Merdeka, Bung!” kepada putranya, Soenarjo, yang masih kecil.
Kisahnya diabadikan dalam sebuah buku
Foto Dolly bersama tiga Kobus bersaudara yang berjudul Perempuan Belanda dalam perjalanan mereka ke Republik, pada tahun 1947, kemudian membuat seorang antropolog Belanda, Hilde Janssen, tertarik dan mengulik kisah mereka lebih jauh. Menurut Hilde, ia merasa aneh karena pada saat itu mayoritas wanita Belanda yang ada di Indonesia justru memilih pulang ke negerinya daripada bertahan.
Alhasil, buku berjudul Enkele reis Indonesie (Tanah Air Baru, Indonesia), berhasil diluncurkan. Isinya menceritakan perjalanan keempat perempuan muda Belanda di Indonesia tersebut. “Saya kira, selain karena cinta, kenekatan mereka dilandasi pendirian bahwa Indonesia punya hak untuk merdeka dan Belanda harus melepaskan.” ucap Hilde yang dikutip dari News.detik.com ( 23/11/2016).
BACA JUGA: Nggak Nyangka 5 Orang Belanda ini Justru Berjuang Untuk Kemerdekaan Indonesia
Hingga Indonesia benar-benar meraih kemerdekaannya dari Belanda, Dolly memilih menetap di Tanah Air. Dirinya bahkan sempat menjadi atlet di bidang olahraga bridge yang mewakili Indonesia di ajang SEA Games tahun 80-an. Dolly Zegerius Soerjosoemarno yang merupakan ibu dari artis Marini Soerjosoemarno dan politikus Yapto Soerjosoemarno, meninggal dunia pada 2019 lalu di usia 94 tahun.