Salah satu tempat yang terkenal di Yerussalem adalah Tembok Ratapan, bahasa Arabnya al-Haaith al-Mubky atau Kotel HaMaaravi dalam bahasa Ibrani. Mengapa dinamai demikian? Karena memang tembok ini dijadikan tempat meratap oleh banyak orang, terutama mereka yang beragama Yahudi. Tembok ratapan ini tak pernah sepi, sejak pagi sampai petang selalu ada umat yang berdoa.
Konon, tembok ini juga merupakan saksi bisu kejayaan Nabi Sulaiman pada masanya. Lalu, kok sekarang malah didatangi dan dijadikan tempat berdoa orang Yahudi sih? Nah, kita lihat yuk fakta di baliknya!
Saksi kejayaan Nabi Sulaiman
Melansir dari detik.com, Tembok Ratapan sebelumnya adalah bagian dari Bait Suci, yakni tempat peribadatan yang dibangun di masa Nabi Sulaiman. Bait Sulaiman menurut Alkitab adalah bait suci pertama agama Yahudi kuno di Yerusalem. Setelah Nabi Sulaiman wafat, Israel dilanda perang saudara. Wilayah kerajaan pun akhirnya terbelah menjadi dua, sebelah utara Israel dengan ibu kota Samaria dan bagian selatan Yehuda beribukota Yerusalem.
Kawasan yang dijaga ketat oleh tentara
Kalau memasuki kawasan Palestina, kamu harus bersiap untuk selalu bertemu dengan tentara Israel. Termasuk di Tembok Ratapan. Daerah-daerah atau tempat yang dijadikan sebagai rumah ibadah akan mendapatkan pengawasan ketat. Tak ketinggalan, pastinya seorang polisi dan tentara Israel yang berjaga juga memiliki peralatan lengkap mulai dari rompi anti peluru, pentungan dan tameng untuk menangani huru-hara, radio komunikasi, sampai senjata tajam maupun peluru karet.
Keyakinan orang Yahudi akan adanya Tuhan
Pada awal mula berdirinya, tembok ini tingginya sekitar 485 meter. Namun, pasca perang, sekarang sisanya hanyalah 60 meter saja. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam “Shekhinah” (kehadiran ilahi). Jadi, berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Tuhan. Orang Yahudi akan datang menghadap ke tembok, meratapi dosa-dosa mereka sambil menangis dan mengucapkan doa. Bahkan, ada yang meletakkan doa yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.
Tempat berdoa lelaki dan perempuan yang berbeda
Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan. Jadi, saat berdoa, para perempuan akan berdoa dengan sesama mereka, sedangkan lelaki juga berdoa dalam satu area dengan kaum adam.
Tembok yang dianggap sebagai lambang penjajahan dan keserakahan
Melansir dari republika.co.id, pihak Palestina menyebut dinding itu sebagai “tembok apartheid”. Mereka menyatakan tembok itu sebagai upaya para Zionis Israel untuk mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat ke Israel. Dewan Koordinasi Palestina untuk Pertahanan Tanah dan Penyelesaian Pemukiman menggambarkan tembok itu sebagai tindakan paling berbahaya di wilayah Palestina sejak 1967. Namun, meskipun begitu, Israel tetap cuek bebek saja, menganggap bahwa hal itu tak penting. Bukan hanya Tembok Ratapan saja, Israel juga membangun tembok di Gaza dan beberapa wilayah lain dengan tujuan untuk mencegah infiltrasi musuh-musuh mereka.
BACA JUGA: 4 Fakta Miris ini Menunjukkan Jika Israel Adalah Penjahat Perang
Tembok ini hingga sekarang tak hanya dijadikan sebagai tempat berdoa saja. Ada banyak sekali pengunjung yang ingin melihat lebih dekat aktivitas orang Yahudi ini. Terkadang beberapa turis juga senang berfoto bersama dengan para tentara yang berjaga di sekitar tembok ini.