Sejak menjadi penguasa Indonesia pasca runtuhnya era Orde Lama pimpinan Sukarno, Soeharto yang menjadi Presiden ke-2 RI hampir tak memiliki lawan yang berani terhadap dirinya. Namun, sosok perwira tinggi yang bernama Jenderal (Purn.) Soemitro, berhasil mematahkan anggapan tersebut. Seperti yang ditulis oleh laman tirto.id, tentara kelahiran Probolinggo, 13 Januari 1927 itu merupakan Jenderal yang berani melawan Soeharto.
Meski dikenal dekat dan merupakan satu generasi dengan Presiden berjuluk The Smilling General tersebut, Soemitro pernah dianggap sebagai pesaing dari sang kepala negara. Sepak terjangnya yang secara tegas menolak adanya Kopkamtib, menjadi bukti keberaniannya pada sosok yang akhirnya dilengserkan pada 1998 oleh arus reformasi.
Rekan seangkatan dan dianggap bukan sebagai yang terdekat
Sebagai sosok Jenderal yang tidak menyukai adanya Operasi Khusus (Opsus) yang dipimpin Mayor Jenderal Ali Moertopo, Soemitro tampil sebagai orang yang berani menentang Soeharto, namun tak pernah dilakukan secara langsung. Dilansir dari tirto.id, sendiri tak pernah secara terang-terangan meminta Soeharto mundur jadi Presiden. Soemitro sendiri termasuk Jenderal tua yang segenerasi dengan Presiden RI ke-2 tersebut.
Tulisan David Jenkins dalam Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975- 1983 (2010:31) yang dikutip dari tirto.id mengatakan, Bersama Maraden Panggabean yang pernah menjadi Menteri Pertahanan, Soemitro dinilai “dapat bekerjasama dengan baik bersama Presiden, tetapi tidak pernah dipandang sebagai Pembantu Dekatnya,”
Tegas melawan Soeharto dengan cara membubarkan Kopkamtib
Keberadaan dan kewenangan militer yang saat itu begitu dominan di Indonesia, juga menjadi catatan tersendiri bagi Soemitro. Hal ini ditangkapnya saat berkunjung ke kampus-kampus sekitar 1973, dimana ia tahu banyak yang kecewa kepada rezim Soeharto. Termasuk dirinya pada saat itu. Dilansir dari tirto.id, David Jenkins pernah menyebut, Soemitro pernah mendesak Soeharto membubarkan Kopkamtib ketika dia jadi panglimanya.
Harapannya, ia tidak ingin jika ABRI (TNI sekarang), terlalu banyak masuk dan berkecimpung di dunia sipil yang di masa kekuasaan Orde Baru disebut sebagai dwifungsi ABRI. Tak hanya itu, Soemitro bahkan pernah dituduh hendak sebagai pesaing dan hendak menggantikan Soeharto pada sebuah dokumen yang bernama Ramadi.
Pensiun dari militer dan menjabat berbagai posisi tinggi di perusahaan
Setelah tak lagi berkarir di militer, Soemitro tercatat menduduki beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan. Laman tirto.id menuliskan, ia menjadi pemilik PT Rigunas, pemimpin PT Tjakra Sudarma, dan pengawas PT Riasima Abadi. Buku Siapa Dia Perwira Tinggi TNI AD (1988: 373) yang dikutip dari tirto.id menyebutkan, Soemitro juga menjabat Presiden Komisaris dari PT Suma Corporation dan PT Tjakra Sudarma.
Di tahun 1980-an, sosok Soemitro juga sering terlihat di Jakarta (hlm. 341-343), menurut Jenkins dalam bukunya, dalam Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975- 1983. Perlawananya pada Soeharto, membuat Soemitro dicopot sebagai Pangkopkamtib pada 1974. Hingga pada akhirnya, Soemitro, jenderal yang pernah dianggap melawan Soeharto itu, meninggal pada 10 Mei 1998. Tahun yang sama saat Soeharto lengser dari kekuasaannya.
BACA JUGA: Cerita Jenderal KKO yang Berani Lawan Soeharto Hingga Akhirnya Mati Secara Misterius
Selama hampir 32 tahun berkuasa, praktis Soeharto yang mengendalikan Indonesia tak mempunyai lawan yang secara terang-terangan berani pada dirinya. Namun, sosok Soemitro akhirnya tampil dan tercatat dalam sejarah, bahwa dirinya dikenal berani menentang Soeharto meski tidak secara terang-terangan.