Masalah pencemaran sungai di Indonesia cukup butuh perhatian, kasusnya sama seperti sampah yang sering dibuang ke sungai. Pabrik besar yang membuang limbah mereka ke sungai hanya menambah masalah dan sangat mengganggu kesejahteraan warga sekitar. Bagaimana tidak, karena sungai masih menjadi sumber kehidupan di beberapa daerah.
Salah satu kasus serius yang sedang menjadi perbincangan adalah keluhan warga Sukoharjo yang menyuarakan bahwa sungai mereka tercemar limbah PT. Rayon Utama Makmur (RUM), salah satu pabrik yang berlokasi di Jawa Tengah yang memproduksi serat rayon untuk kepentingan industri tekstil dan garmen.
Pencemaran lingkungan ini sebenarnya sudah terjadi sejak Oktober 2017. Seperti dilansir dari tirto.id, warga mencium bau busuk yang bikin mereka mual, pusing, dan semaput. Tak jarang sebagian penduduk, termasuk anak-anak kecil yang tubuhnya masih rentan, harus memakai masker bahkan selagi kegiatan belajar di sekolah. Saat itu, PT.RUM mengatakan bahwa limbah cair tidaklah berbahaya. Sayang, PT. RUM yang ketika itu melanggar izin lingkungan dengan memproduksi gas berbahaya ini tak pernah mendapat teguran, sehingga masalah terus berlarut-larut hingga sekarang.
Jika dilihat dari jejaknya, PT.RUM ini sempat berhenti beroperasi pada pada tanggal 24 Februari 2018. Hal ini dikarenakan dampak limbah PT RUM masih belum teratasi. Hal tersebut diungkap sendiri oleh Presiden Direktur PT Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo, Pramono. Untuk mengurangi bau dengan melakukan uji coba terhadap alat penetral bau yang baru mereka pasang.
Namun, sayang sejak kembali beroperasi pada September 2018 lalu, PT.RUM kembali mencemari lingkungan. Warga tak hanya masih mencium bau tak sedap (seperti bau kopi dan petai) saja, tetapi juga mencemari Sungai Bengawan Solo, sehingga membuat ikannya mati.
Di awal tahun 2019 lalu, pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah ini patah dan lagi-lagi berdampak pada ekosistem yang ada di sekitarnya. Limbah mencemari sungai di Desa Gupit, Nguter, Sukoharjo, dan sekarang tak hanya bau saja yang dicium oleh warga, tetapi juga airnya yang terasa panas, berwarna orange, serta panas saat dirasakan dan meninggalkan rasa gatal di kulit. Keluhan ini bisa dilihat melalui Tweet akun @jojibria. Lebih lengkap ia menampilkan sebuah percakapan melalui akun Instagram dengan gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Pemerintah tampaknya tidak langsung mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah pencemaran yang sudah berlangsung dari dua tahun lalu ini. Laporan warga yang mengeluh karena masalah ini masih belum ditanggapi, begitupun dengan para aktivis yang memperjuangkan ligkungannya. Malah hingga sekarang, masih ada 7 warga dan mahasiswa penolak PT RUM yang masih dipenjara hanya gara gara memperjuangkan hak udara bersih.
Walaupun dari pihak pabrik mengatakan bahwa limbah yang mereka buang sudah sesuai standar baku mutu, tapi faktanya hidung warga tidak bisa dibohongi. Kenyataannya mereka tetap menjadi yang tertindas, sesuai yang dituangkan dalam thread panjang lebar di atas. Perintah bupati bahwa PT RUM dihentikan trial produksinya juga hanya omong kosong belaka. Jika memang tidak ada trial produksi PT RUM, maka tak mungkin ada truk yang keluar masuk ke PT tersebut.
BACA JUGA: Sekian Potret Ganasnya Kepungan Sampah di Indonesia yang Tak Kalah Miris dari Tiongkok
Pada akhirnya, yang dirugikan dari pencemaran ini , lagi-lagi adalah warga yang terdampak. Menurut @jojbria sudah banyak sekali orangtua yang masuk rumah sakit, anak bayi yang harus berkalung alat bantu nafas, serta warga lain yang terganggu hidungnya. Tak ada yang bisa kita lakukan kecuali menyuarakan bahwa pencemaran ini harus segera diatasi. Jangan sampai berlarut terus sehingga menelan banyak korban. Yuk, bantu sebar dan suarakan kebebasan untuk saudara kita yang ada di Sukoharjo, Sahabat.