3 Maret 1924 merupakan tahun kelabu bagi kekhalifahan Usmaniyah yang berada di Turki. Dilansir dari khazanah.republika.co.id, sang pemimpin yang bernama Sultan Abdul Hamid II bahkan harus terusir dan diasingkan dari negerinya sendiri. Melihat besarnya wilayah yang digenggam kerajaan Usmani pada saat itu, mengingatkan kita pada Indonesia yang juga memiliki banyak pulau di bawah kekuasaannya.
Sayang, kekhalifahan Usmani tak berlangsung lama. Sederet intrik politik, permainan curang para politikus yang saling menusuk, korupsi hingga campur tangan pihak asing, sukses menyudahi kepemimpinan dari kerajaan Islam tersebut. Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani, agar bencana tersebut tak menimpa Indonesia-yang juga dikenal sebagai negara besar, di masa depan.
Intrik jahat dari para politikus yang bermental asing
Semakin gencarnya dorongan dan pengaruh dari kekuatan kaum nasionalis Turki yang bercokol di dalam negeri, membuat kekuasaan pemerintahan kekhalifahan Usmani bertambah surut. Dilansir dari tirto.id, gerakan yang dipimpin Mustafa Kemal itu berhasil merontokkan golongan elite pendukung kekhalifahan sudah tak punya kekuatan lagi.
Hingga pada akhirnya, Majelis Agung Nasional secara resmi membubarkan Kekhalifahan Usmani pada 3 Maret 1924. Mereka juga mendeklarasikan berdirinya Republik Turki pada 29 Oktober 1923 dengan Ankara sebagai ibukotanya.
Ketidakmampuan menaklukkan pemberontakan di wilayah kekuasaan
Banyaknya pemberontakan yang melibatkan wilayah-wilayah kekuasaan Usmani di luar negeri, menjadi pintu awal bagi hancurnya kekhalifahan di masa depan. Hal ini ditandai dengan kekalahan dari Perang Balkan yang menyebabkan Kekhalifahan Usmani kehilangan seluruh teritori Eropanya. Laman tirto.id menuliskan, anggota Liga Balkan yakni Montenegro, Yunani, Bulgaria, dan Serbia kemudian memberanikan diri untuk meraih kemerdekaan 100 persen dari Usmani.
Senada dengan Indonesia, ketimpangan sosial dan kemiskinan antara wilayah pusat dengan pelosok, juga bisa menimbulkan pemeberotakan dari masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah, Jangan lupa, Indonesia pernah dilanda beberapa aksi pemberontakan besar seperti GAM di Aceh maupun OPM di Papua.
Peperangan dan kekacauan yang membuat negara semakin melemah
Selain masalah dalam negeri, runtuhnya kekhalifahan Usmani juga berasal peperangan yang tak kunjung mereda. Bukan hanya dari lawan politiknya yang didukung oleh sejumlah pemberontakan, perang dari negara-negara sekutu yang terdiri dari Perancis, Imperium Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Italia, Amerika Serikat, Liga Balkan, Kerajaan Hejaz (kini Arab Saudi) akhirnya membuat kekhalifahan menyerah.
Menurut sumber dari tirto.id, kekalahan itu mengakibatkan Timur Tengah yang sebelumnya dikuasai pemerintahan Usmani terlepas dan berada di bawah kendali mperium Britania Raya dan Perancis. Jika disandingkan dengan situasi Indonesia pada saat ini, bisa jadi sebuah peperangan yang memang sengaja diskenario oleh pihak-pihak tertentu, menjadi jalan untuk meruntuhkan Indonesia saat kekuatannya telah habis dan terbagi-bagi dalam kelompok kecil.
Masuknya pihak asing yang ikut mengintervensi politik dalam negeri
Sebagai negara dengan SDA yang melimpah, sudah pasti posisi indonesia menjadi incaran yang potensial bagi bangsa asing. Jika Usmani kehilangan kekuasaan karena gerakan Mustafa Kemal yang didukung secara terang-terangan oleh barat, Nusantara pun juga demikian adanya.
Rawan disusupi secara ekonomi maupun politis. Laman tirto.id menuliskan, perubahan di tubuh kekahlifahan Usmani menjadi Nasionalis Turki tak lepas dari adanya intervensi dari pihak asing yang tidak menyukai dominasi kekuasaan dari pemerintah yang lama.
BACA JUGA: 5 Fakta Hebat dari Kerajaan Islam Turki Ottoman yang Mampu Menaklukkan Tiga Benua
Bisa dibilang, kekhalifahan Turki Usmani kebobolan luar dalam. Negara besar yang memiliki daerah kekuasaan yang luas tersebut, akhirnya harus tunduk dan takluk karena beberapa sebab. Sama seperti Indonesia. Di mana banyak pihak yang sedang mengincar, sekaligus mencari cara untuk memecah belah persatuan agar bisa dihancurkan dengan mudah.