Sedari 2018, dunia politik Indonesia sudah panas karena akan menyambut pilpres 2019 ini. Masyarakat terbagi menjadi dua kubu politik, pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Nah, di tengah-tengah kerusuhan cebong dan kampret inilah lahir pasangan capres cawapres alternatif Nurhadi-Aldo atau disingkat dengan Dildo.
Bagi yang belum tau, jangan naik darah dulu ya. Keduanya merupakan pasangan fiktif (di luar daftar resmi KPU) dengan nomor urut 10. Dildo diusung oleh Partai Untuk Kebutuhan Iman (disingkat PUKI). Meski tak nyata, Nurhadi-Aldo sepertinya berhasil meredam gejolak politik yang kian hari kian panas ulasan berikut!
Para kreator paslon Dildo
Seperti yang sudah Sahabat ketahui, sosok Nurhadi-Aldo viral di akhir 2018 dengan menyebut dirinya sebagai paslon presiden ke-tiga. Kedua sosok tersebut pertama kali muncul di Facebook. Mengejutkan, respon luar biasa pun datang dari netizen, dua minggu setelah setelah kehadiran fanpage-nya, Dildo sudah menggaet 81.000 pengikut. Hal ini dilanjutkan dengan pembuatan akun Twitter dan Instagram yang enggak kalah pamornya.
Dilansir dari BBC.com, sosok Dildo diciptakan oleh sekelompok anak muda (rentan usia 17-23 tahun) yang merasa gerah dengan kampanye hitam yang banyak terjadi di panggung politik Indonesia. Mereka tersebar di beberapa kota dan tentu saja tak mau disebutkan namanya.
Orang di balik sosok Nurhadi-Aldo dalam dunia nyata
Meski Fiktif, Nurhadi yang bertindak sebagai presiden memang benar-benar ada. Ia adalah seorang tukang urut yang berasal dari Mejobo, Kabupaten Kudus. Nurhadi sudah sangat terkenal di kalangan komunitas shitposting karena suka mempromosikan jasa pijat beserta foto dirinya. Pemakaian wajahnya sebagai karakter Nurhadi juga sudah mendapat izin dari si empunya wajah.
Sedangkan Aldo memang benar-benar sosok fiktif. Adapun wajah yang ditampilkan dalam berbagai postingan merupakan gabungan dari wajah seorang politikus dan seorang lain. Sosok Aldo berasal dari guyonan di komunitas shitpost.
Postingan berupa konten bernada mesum
Sudah jelas, ya, Sahabat. Dari kata yang dipakai untuk menyingkat nama paslon dan partai pengusung saja sudah membuat sebagian netizen berimajinasi ke mana-mana, dipastikan konten-konten yang diunggah oleh Dildo juga menggunakan pattern yang sama. Ternyata, menurut Tim Sukses Nurhadi-Aldo, nada mesum di posting Nurhadi-Aldo adalah salah satu bentuk strategi marketing.
Sebelumnya mereka mengamati komentar dari postingan banyak tokoh politik. Satu saja ada yang berkomentar hal yang syur, maka bahasan akan pindah haluan, tidak lagi di ranah politik. Tak hanya postingan bernada mesum, admin Dildo juga memposting berbagai hal yang dirasa sensitive untuk dimunculkan seperti isu kiri, kristenisasi, poligami, serta legalisasi ganja.
Tujuan dibuatnya akun Dildo
Selain memposting konten yang kerap mengarah ke arah yang mesum, admin akun Dildo kerap menyajikan kata inspiratif dan meme lucu yang bikin netizen ngakak guling-guling. Isinya? Tentu semua bercanda ya, Sahabat. Apa tujuannya? Seperti yang dijelaskan di awal, Dildo hadir sebagai peredam dua kubu yang kerap berseteru.
Menurut pengamat politik dari Universitas Jenderal Ahmad Yani Arlan Siddha, akun @nurhadi_aldo jelas bak oase. Meski tidak terdaftar di KPU dan guyonan yang kadang “tidak jelas”, cara mereka ternyata bisa disukai dan viral. Pasangan yang menjadi pencair konstelasi politik ini secara tidak langsung juga memberi edukasi terhadap netizen dengan cara memberi lawakan lucu.
BACA JUGA: 4 Fakta Sam Aliano, Pengusaha Tajir Melintir yang Ngebet Jadi Presiden Indonesia di 2019
Jadi, bagi yang sudah berkunjung ke laman Instagram @nurhadi_aldo jangan hanya fokus ke singkatan-singkatan enggak jelasnya saja ya. Tetapi lihat juga pelajaran yang bisa diambil di balik setiap postingannya. Ya, hitung-hitung biar enggak ngegas terus tiap kali bahasan pilpres mencuat ke permukaan. Tapi, BTW adminnya patut dihargai nih, sudah berusaha keras se-kreatif mungkin bikin akun yang lain daripada yang lain.