Dibanding pesepakbola beken seperti Neymar, Ronaldinho, atau legenda Pele, tentu publik sepak bola akan merasa asing bila mendengar sosok bernama Garrincha. Merupakan hal yang wajar, pasalnya siapa sih sekarang mengenal pesepakbola era 60-an dan kala itu juga sinarnya tertutup fenomenalnya Pele. Kendati bukan pemain yang populer, namun bukanlah pemain yang bisa dipandang sebelah mata.
Kemampuan olah bolanya yang jempolan ditengah tubuhnya yang tidak sempurna menjadi penyebab ia tidak boleh untuk diremehkan. Bahkan dalam kondisi semacam itu ia sempat guncang jagad sepak bola dengan dua kali beruntun meraih trofi paling bergengsi di dunia. Lantas siapakah sebenarnya Garrincha itu? Temukan jawabannya di ulasan berikut ini.
Garrincha, pesepakbola dengan kaki bengkok
Seperti yang telah diungkap di awal tadi, sebagai pesepakbola handal Garrincha bukan sosok yang sempurna secara Fisik. Pemain asal Brasil ini mempunyai kelainan pada bagian kakinya yang bengkok. Mengutip buku Soccer in Sun and Shadow yang dilansir laman Bolasport, menurut Eduardo Galeano, pemain berjuluk si burung kecil ini dahulunya adalah korban kelaparan dan merupakan anak yang menderita polio, serta pincang.
Penderitaan kala kecil itu bertambah saat remaja ia harus hidup di bawah garis kemiskinan dengan ayah pencandu alkohol. Demi hidup ia harus bekerja di usia yang masih kecil.
Membantu Brasil merasakan trofi Jules Rimet dua kali beruntun
Apa yang dialaminya oleh Garrincha tadi tidak ada sedikit yang bisa menghalanginya untuk meraih sukses. Bahkan menurut pemain Wales Mel Hopkins, ia lebih baik dari seorang Pele. Sedangkan menurut Pele sendiri, ia bisa melakukan apapun dengan bola dari pemain lain.
Majalah FourFourTwo memasukkan namanya sebagai pemain terbaik dunia nomor 11. Namun dari sekian hal tersebut kesuksesan Garrincha mengantarkan Brazil meraih trofi Jules Rimet (Sekarang Piala Dunia) dua kali beruntun bisa dibilang merupakan yang terbaik. Kala itu ia memperolehnya di tahun 1958 dan 1962.
Pemain yang sering menghabiskan waktunya di tempat hiburan malam
Layaknya pemain Brazil macam Ronaldinho atau Romario yang lekat dengan hal-hal berbau pesta. Garrincha juga dahulunya menjadi pemain yang lekat dengan tempat hiburan malam. Menurut kabar yang beredar ia merupakan pecandu alkohol berat. Usut punya usut, kebiasaan tidak baiknya itu merupakan turunan dari masa kecilnya yang dekat dengan hal itu.
Berkat kondisi tersebut, Garrincha akan banyak menghabiskan sebuah malam dengan minum-minuman, pesta dan juga wanita. Kebiasaan buruk inilah yang perlahan mengikis karier di olahraga ini. Meski masih sempat berprestasi, tapi karier terus menurun hingga pa akhirnya sampai pada senja karier di usia 38-an tahun.
Pesepakbola yang besar bersama klub Botafogo
Selain mempunyai karier baik di Timnas, pemain yang berpulang kerumah tuhan di usia 49 tahun juga memiliki cerita epik kala berlaga di level klub. Dari penelusuran penulis ada enam kesebelasan yang pernah diperkuat oleh pemain berposisi sayap ini. Mulai dari Butafogo sampai pada tahun 1970 memperkuat Olaria.
Dari sekian tim yang dibelanya Butafogo menjadi tim yang mana ia berhasil menampilkan performa yang luar biasa. Bermain 236 penampilan, Garrincha sukses menyumbangkan 85 gol. Di klub ini juga ia sukses mempersembahkan beberapa trofi kompetisi Brasil, seperti salah satunya adalah juara Campeonato Carioca 1962.
BACA JUGA: Dulu Jadi Kaisar Sepak Bola, Beginilah Nasib Adriano Berjibaku yang Kini Kelam
Begitulah Garrincha, kendati bukan sosok yang sempurna, namun ia menunjukkan kepada kita semua kalau keterbatasan bukan jadi penghalang untuk manusia mau berusaha. Dan kalau saja ia muncul tidak bersama dengan Pele mungkin namanya kini harum dan banyak dikenal oleh insan pencinta bola layaknya legenda sepak bola dunia itu.