Sungguh menggelitik ketika kita menyaksikan salah satu video unggahan dari akun facebook Yuni Rusmini. Di video tersebut menampilkan ada seorang anak laki-laki yang menangis sambil memegangi kaki sang ibu. Dengan mengomel pakai Bahasa Jawa, bocah laki-laki itu semakin terlihat menggemaskan.
Coba tebak apa yang dikatakan anak kecil itu? Yap, ia meronta-ronta supaya ibunya membelikan kuota internet untuk ponselnya. Ia terus mengulanginya sampai sang ibu menuruti keinginannya. Sontak hal ini membuat orang yang ada di sekitarnya merasa gemas hingga menutupi muka sang bocah.
Duh duh dek, nangisnya minta kuota ya. Emang anak-anak zaman sekarang ini bisa dibilang udah terlalu cepat untuk dewasa. Ya lihat aja buktinya, anak SD bahkan TK sekalipun udah dipegangin ponsel oleh orangtua masing-masing. Makanya, enggak kaget deh kalau anak-anak zaman now itu lebih pinter mengoperasikan ponsel daripada kita-kita yang usianya gak cukup jauh dari mereka, eh…
Memang orangtua zaman now itu punya alasan kuat mengapa buah hatinya diberi ponsel pribadi. Tak lain dan bukan ya supaya lebih mudah dihubungi ketika anaknya pergi ke rumah teman atau sudah pulang sekolah. Tapi di sisi lain, fenomena ini kurang baik bagi mental anak-anak. Disebabkan usia semuda itu masih belum siap untuk menerima teknologi secanggih itu, apalagi sekarang banyak konten yang enggak pantas ditonton oleh anak-anak.
Kondisi ini beda banget dengan kita di zaman dulu. Kita sangat tak mengerti apa itu ponsel, bahkan tahunya cuma sekedar telepon yang ada rumah atau wartel. Ya memang sih handphone di zaman kita baru tren di tahun 2000 ke atas, itupun layarnya yang cuma satu warna dan dihiasi dengan suara cemprengnya. Tapi kita dulu baru diperbolehkan pegang ponsel oleh orangtua pada saat masuk SMP atau SMA.
Namun aturan tadi cukup menguntungkan kita nih. Coba ingat-ingat deh, sebelum punya ponsel sendiri, kita jadi sering berkomunikasi dengan teman sebaya. Sering main ke rumah tetangga mulai pulang sekolah sampai hampir maghrib yang pastinya tak luput dari ocehan sang emak tersayang. Intinya kita jadi lebih memanfaatkan banyak waktu untuk berkumpul dan saling ngobrol dengan teman-teman terdekat. Maka dari itu, enggak jarang kalau generasi 90an ke bawah pasti punya sahabat dari kecil sampai besar untuk bertukar cerita.
Fenomena tadi tidak akan kita temukan di generasi milenial. Anak-anak kekinian lebih suka berkutat dengan ponselnya. Iya sih mereka punya teman, tapi biasanya cuma berkomunikasi lewat chat saja. Kalau bersebelahan mah sibuk sama smartphone masing-masing. Entah sekedar scroll menu, chatting, main game atau stalking mantan. Pokoknya bertolak belakang banget deh sama kita yang dulu Sahabat Boombastis.
Kejadian ini mengajarkan kita banyak hal, khususnya tentang pola pikir yang perlu untuk diubah. Untuk yang punya saudara masih kecil atau bahkan anak di bawah umur, sebaiknya memberikan ponsel di saat penting saja. Waktu ia keluar rumah atau sedang liburan supaya si anak enggak bosan. Teknologi tetap penting untuk pengetahuan mereka supaya enggak gaptek. Tapi perlu diketahui, kalau penggunaan smartphone untuk anak di bawah umur ada batasnya supaya tidak kecanduan.
BACA JUGA : Nih! Perbedaan Anak SMP Zaman Dulu dan Sekarang, Bikin Ngelus Dada
Nah, bagi Sahabat Boombastis yang sudah mulai kecanduan smartphone sebaiknya berusaha untuk dikurangi pemakaiannya. Bayangkan deh betapa nyamannya kita dulu sebelum ada ponsel. Bisa bebas berbicara apapun tanpa ada batasan, tidak seperti smartphone yang tergantung sama kuota. Yuk mulai kembali ke zaman dulu yang lebih menghargai pertemuan daripada sekedar chatting atau video call.