Bencana gempa bumi yang terjadi silih berganti di Lombok beberapa waktu silam, kini kembali mengguncang Donggala, Palu, Sulawesi Tengah. Ribuan korban bergelimpangan menjadi mayat dan berserakan di antara puing-puing bangunan. Dilansir dari news.detik.com yang mengutip data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 832 orang meninggal dunia. Rinciannya, 821 di Palu dan 11 di Donggala.
Gempa dengan kekuatan mencapai 6-8 Modified Mercalli Intensity (MMI) itu, mengakibatkan air laut naik ke daratan dan menyapu apapun dihadapannya. Alhasil, korban pun banyak berjatuhan. Juga, dengan mereka yang harus meregang nyawa karena tertimpa bangunan roboh saat gempa terjadi. Seperti kejadian di bawah ini, mereka juga menjadi saksi kacaunya suasana pada saat itu.
Penjarahan SPBU dan Minimarket
Hiruk pikuk bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu, membuat warga kekurangan suplai makanan dan kelangkaan BBM. Dilansir dari regional.kompas.com, masyarakat pun akhirnya menyerbu minimarket dan pompa bensin untuk memenuhi kebutuhan mereka. Terlebih, sejumlah depo BBM menghentikan kegiatan operasionalnya saat bencana terjadi. Jadi ingat adegan-adegan yang ada di film ya Sahabat Boombastis.
“Susah cari makan, Alfamidi dan BNS (Bumi Nyiur Swalayan) jadi tujuan masyarakat,” ujar salah seorang warga bernama Abdullah yang dilansir dari regional.kompas.com.
Kerusuhan di Rutan Palu
Tak hanya terjadi kekacauan di luar, mereka yang mendekam di dalam Rutan Klass II, Donggala juga membuat kericuhan saat terjadinya bencana. Dilansir dari regional.kompas.com, ada sekitar 100 napi yang kabur lantaran ingin pulang dan mengetahui nasib para keluarga mereka pasca-gempa dan tsunami di Donggala dan Palu. Manusiawi memang. Karena tak mendapat izin dari kepala Lapas, para tawanan pun mulai ricuh dan membakar bangunan rutan.
“Ricuh dipicu keinginan warga binaan dibebaskan untuk bertemu dengan keluarganya. Ada 100 narapidana dan tahanan diperkirakan kabur,” ujar Kepala Rutan kelas IIB Donggala, Saifuddin yang dilansir dari regional.kompas.com.
Cerita horor mereka yang selamat dari bencana gempa dan tsunami
Ada banyak kisah mencekam dari mereka yang berhasil selamat saat bencana tersebut datang. Salah satunya adalah Nurul. Dilansir dari jateng.tribunnews.com, gadis SMA itu terjebak di dalam sebuah kubangan air yang merendam setengah tubuhnya selama dua hari. Mirisnya, Nurul bertahan hidup di samping jasad sang ibu yang meninggal terlebih dahulu. Tak hanya Nurul, kisah horor lainnya juga datang dari seorang ibu hamil yang bernama Ratih Dwi Astuti. Sempat terpental sebanyak dua kali saat gempa terjadi, ia selamat meski dengan kondisi lemah setelah dipegangi sang suami.
“Mulai gempa itu sekitar jam 5 sore lewat. Awalnya kecil dan terjadi beberapa kali. Gempa besar terjadi saat jelang salat Magrib, saya sempat terpental dua kali, tetapi berhasil dipegangi suami,” ujarnya yang diansir dari jateng.tribunnews.com.
Pasien rumah sakit palu terlantar
Bencana gempa yang disusul dengan tsunami, membawa dampak serius yang benar-benar mengancam jiwa. Salah satunya pada sektor kesehatan. Di mana ada puluhan pasien rumah sakit yang harus dirawat di tenda-tenda darurat di halaman RS. Selain menghindari agar tak tertimpa bangunan, mereka terpaksa diungsikan di luar agar bisa dipantau dengan mudah secara bersama-sama. Tentu saja, mereka harus menerima konsekuensi pelayanan yang tidak secepat saat berada di dalam Rumah Sakit.
Mereka yang diduga selamat di antara reruntuhan bangunan
Di tengah banyaknya manusia yang menjadi korban pada bencana gempa dan tsunami di Palu, masih ada beberapa dari mereka yang diduga selamat dari peristiwa tersebut. Hal ini sesuai dengan perkiraan Badan Nasional dan Pertolongan (Basarnas), di mana mereka menduga adanya korban yang masih selamat di sela timbunan reruntuhan bangunan. Seperti yang terjadi di hotel Roa-roa,Supermaket dan gedung lainnnya.
“Hotel Roa-roa ada puluhan (korban hidup), Perumnas Balaroa, pantai Talise. Satu lagi Perumnas Petobo, dan supermarket masih banyak korban yang masih hidup. Pagi ini maksimal kita berikan alat yang ada,” kata Direktur Operasi Basarnas Brigjen (Mar) Bambang Suryoaji melalui keterangan tertulisnya yang dilansir dari news.detik.com.
Memang, segala musibah seperti bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu, merupakan kehendak dari Tuhan yang tak terbantahkan. Juga kejadian di atas, merupakan imbas dari peristiwa yang ada. Mudah-mudahan, para keluarga dan masyarakat yang menjadi korban, diberi ketabahan dan kesabaran ya Sahabat Boombastis.