Sebagai induk organisasi tertinggi di sepak bola Indonesia PSSI bisa dibilang adalah kunci penting perkembangan olahraga sepak di tanah air. Jika dianalogikan sebagai seorang manusia dirinya adalah ibu yang diharapkan bisa menyokong sepak bola nasional menuju kejayaan. Namun, seperti halnya seorang manusia biasa PSSI bukanlah makhluk yang sempurna. Ia tumbuh dengan sebuah sisi positif dan juga negatif.
Salah satu contohnya ketika PSSI bantu Indonesia menduduki peringkat 76 FIFA. Tapi, di balik kehebatannya tadi mereka juga menyimpan dosa-dosa kelam yang sempat membuat sepak bola nasional mati suri. Atau menciptakan pergolakan panas dengan ‘peperangan’ yang dilakukan pengurusnya. Lantas, seperti apakah dosa-dosa yang pernah dibuat induk tertinggi sepak bola kita itu? Yuk mari simak ulasannya sebagai berikut.
Dualisme pengurus yang berakhir dengan banned FIFA
Selain kekalahan di final kejuaraan Asia Tenggara, dualisme kompetisi bola tanah air juga merupakan hal terkelam di sepak bola Indonesia. Ketika itu, ada dua pengurusan yang mengaku menjadi induk organisasi tertinggi sepak bola nasional. Berkat hal tersebut sempat alur kompetisi nasional mengalami keruwetan dengan dua liga yakni LPI dan LSI. Konflik yang tak kunjung selesai dan ikut campur tangannya pemerintah akhirnya pada tahun 2015 FIFA resmi menjatuhkan hukuman atau sering disebut banned. Kondisi tersebut membuat sepak bola mati suri dan beberapa pemain harus ikut tarkam untuk menghidupi diri.
Sepak bola gajah mencoreng wajah Timnas Indonesia
Sepak bola gajah atau pengaturan skor memang sejak dahulu sudah dilarang oleh FIFA. Bahkan pelakunya akan disanksi dengan tegas jika melakukan kegiatan itu. Seperti tidak memperdulikan hal tersebut pada tahun 1998 di kompetisi Piala Tiger, Indonesia dan Thailand mencoreng wajahnya sendiri dengan melakukan sepak bola gajah. Pertandingan yang di gelar di Stadion Thong Nhat itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim Gajah Putih. Laga tersebut langsung mendapat reaksi keras oleh sepak bola dunia. Melansir laman VIVA.com, Timnas dan Thailand diganjar hukuman denda US$40.000.
Tidak laksanakan perintah FIFA, PSSI didenda ratusan juta
Apabila melihat hubungannya dengan FIFA, PSSI ternyata tidak hanya dihukum dengan kedua hal tersebut saja. Mereka juga pernah di sanksi lantaran gagal menjalankan perintah dari induk organisasi bola dunia tersebut. Mengutip laman JawaPos.com, PSSI ketika itu dijatuhi denda lantaran tidak mengurangi point 6 kesebelasan tanah air yang melakukan pelanggaran. Alhasil, denda sebesar CHF 30.000 atau setara dengan Rp 427 juta harus diterima oleh mereka. Kendati bisa membayarnya dengan mudah, namun hal tersebut adalah gambaran jika PSSI kerap lalai dalam menjatuhi sanksi terhadap anggotanya.
Penunggakan gaji Luis Milla mengancam sanksi turun lagi dari FIFA
Berbicara masalah lalai agaknya hal tersebut kini kembali dilakukan oleh PSSI. Dilansir laman Detik.com, mereka dikabarkan saat ini tengah menunggak gaji Luis Milla yang mencapai 6,9 miliar. Jika hal ini benar-benar terjadi bisa dibilang sangat memalukan. Milla yang selalu terlihat berjuang keras untuk Timnas, malah di akhir masa baktinya harus merasakan hal tidak mengenakan tersebut. Kondisi ini tidaklah bisa dipandang enteng, pasalnya jika pria Spanyol tersebut melaporkan ke FIFA sanksi tegas pastinya akan diterima PSSI lagi.
Beberapa ulasan ini adalah bukti, jika sebagai sebuah organisasi induk sepak bola kita masih kerap menyimpan noda-noda hitam. Bila hal semacam ini tidak ditanggulangi atau terulang kembali tentunya melihat sepak bola negara kita berjaya sangat sulit terlaksana. Seperti halnya manusia, bagian terpenting adalah kepala yang jadi komando untuk menggerakan jaringan di tubuh.