Siapa sih sekarang yang tidak mengenal Jonatan Christie? Sebagai salah satu atlet perwakilan Indonesia di Asian Games 2018, ia bisa dibilang termasuk yang famous. Aksi buka baju dan kalungan medali emas di cabang olahraga bulutangkis menjadi salah satu penyebabnya. Beberapa minggu berlalu setelah event besar itu, kabarnya Jojo kini sedang berlaga di turnamen Japan Open 2018. Di sana pria berperawakan tinggi ini bertanding menghadapi sejumlah pemain dari berbagai penjuru dunia.
Di tengah perjuangan mengharumkan nama bangsa nasib tidak mengenakan langsung diterimanya di laga pembuka. Bahkan tak perlu waktu lama untuk atlet India menumbangkan Jojo di ajang tersebut. Peristiwa ini seperti menjadi klimaks dari capaian bagusnya di Asian Games beberapa minggu yang lalu. Berikut kisah mengecewakan yang harus diterima Jojo di Japan Open 2018.
Jojo tersingkir ketika baru saja memainkan laga di Japan Open 2018
Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo bisa dibilang menjadi saksi bisu bagaimana melempemnya Jojo di turnamen bulutangkis tersebut. Berlaga di pertandingan pertama menghadapi atlet asal India yakni Prannoy, pemuda 20 tahun ini langsung tumbang dua set dengan skor 18-21 dan 17-21. Mengejutkan lagi, seperti terpantau di laman Tirto.id, Jojo kalah dengan interval waktu hanya 45 menit saja. Kekalahan ini menjadikannya angkat koper lebih cepat dari Negeri Sakura, dan sekaligus mempertegas dominasi Prannoy atas Jojo di jagad bulutangkis. FYI sebelumnya Jojo juga kalah di Asian Games 2018.
Penyebab Jojo harus rela angkat koper di babak awal Japan Open
Seperti halnya ada arang ada api, tentunya kekalahan pemuda Jakarta ini ada penyebabnya lho sobat Bombastis. Ungkap Hendry dikutip laman Liputan6, menurutnya tingkat fokus pikiran Jojo tak sama dengan Asian Games dan kesegaran ototnya juga tak mencapai ke tahap yang terbaik menjadi salah satu faktor penyebab ia kalah. Sedangkan menurut Jojo sendiri yang dikutip laman Tempo.com, ia mengaku jika persiapan untuk turnamen ini dirasa kurang. Ngomong-ngomong masalah latihan untuk Japan Open, tercatat pemuda 20 tahun ini hanya punya waktu seminggu untuk persiapan. Melihat hal tersebut kita seharusnya bisa maklum dengan kekalahannya di laga awal tersebut.
Kekalahan yang jadi bukti Jojo adalah spesialis multievent
Sebagai pebulutangkis yang punya kemampuan jempolan, ternyata Jojo yang memiliki kelemahan di beberapa jenis turnamen. Bisa dikatakan ketika bertanding kejuaraan series seperti Japan Open ia hampir selalu gagal untuk memperoleh hasil gemilang. Dilansir laman JawaPos.com, pemuda asal Jakarta ini rupanya merupakan pebulutangkis spesial multievent. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kemenangannya banyak didapatkan di kejuaraan seperti Asian Games atau SEA Games. Kondisi tersebut juga dapat menjadi catatan jika meski potensinya besar, Jojo tetap diwajibkan terus mengembangkan diri.
Komentar Jojo setelah mengalami kekalahan yang menyakitkan
Ketidakpuasan agaknya menjadi gambaran perasaan Jojo setelah menelan kekalahan di Japan Open. Sebagai pebulutangkis yang kerap gagal di kejuaraan series hasil tersebut memang menyakitkan untuknya. Dilansir laman Bola.com Jojo mengutarakan jika, ia kecewa lantaran belum bisa menunjukkan yang terbaik di turnamen BWF Tour dalam beberapa kejuaraan terakhir. Kendati harus pulang dengan kepala tertunduk, namun ia langsung menargetkan hasil lebih baik di turnamen-turnamen ke depan. Sebuah sikap patriot yang patut untuk dicontoh siapa saja.
Nasib Anthony Ginting jauh lebih baik dari Jojo
Dari deretan pebulutangkis Indonesia yang bermain di Japan Open 2018, nama Anthony Ginting menjadi satu-satunya yang bisa dibilang bernasib baik. Pemuda 21 tahun mampu lolos ke babak 16 besar dengan sebelumnya mengalahkan atlet Hongkong Ng Ka Long. Ketika bermain Selasa (11/9) Ginting sukses menang dua gim langsung di pertandingan yang hanya berjalan 43 menit tersebut. Saat set satu, pemuda asal Cimahi ini menang dengan skor 21-15, sedangkan di gim dua ia menang 21-14. Hasil positif yang menjadi titik balik pencapaian kurang baiknya di Asian Games 2018.
Seperti halnya roda berputar yang kadang di atas atau bawah, apa yang dialami oleh Jojo adalah sedikit gambaran dari hal tersebut. Kondisi ini juga membuktikan jika mempertahankan prestasi baik, jauh lebih susah dari pada merebutnya. Oleh karena itu, atlet senantiasa dituntut untuk terus kerja keras meski berada di puncak kegemilangan.