Semua orang berhak untuk sukses dan berhasil di masa depan. Terlepas dari kisah kelam yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Asal mempunyai niat yang kuat untuk berubah dan memperbaiki diri, niscaya semuanya akan dimudahkan jalannya oleh Tuhan sang Pencipta alam semesta ini. Hal inilah yang coba ditapaki secara perlahan oleh Asep Djuheri atau akrab disapa Heri Coet.
Belajar dari masa lalunya sebagai mantan narapidana, keberadaanya tak mudah di terima oleh masyararakat meski ia telah tobat. Yang miris, status residivis yang pernah melekat pada dirinya, menjadi penghalang terbesar untuk berkarya dan melakukan sesuatu yang positif di lingkungan masyarakat. Meski demikian, ia tak pernah surut berusaha. Seperti apa perjalanan suksesnya menggapai kehidupan yang lebih baik? Simak ulasan berikut.
Mantan narapidana yang kerap keluar masuk penjara
Sejak tahun 1995, Asep Djuheri telah bergelimang kejahatan yang membuatnya harus merasakan dinginnya terali penjara. Karena aksi yang dilakukan, ia pun menyandang gelar sebagai residivis alias penjahat kambuhan yang berkali-kali masuk sel tahanan karena perbuatan yang sama. Praktis, sekeluarnya dari penjara, ia pun sempat mendapat penolakan dari masyarakat sekitar.
Ditolak lingkungan karena masa lalunya
Tak hanya lingkungan masyarakat, Heri juga sempat merasakan sakitnya ditolak oleh keluarganya sendiri. Adalah sang paman, yang enggan menerima dirinya sebagai pekerja lantaran status dan kisah kelam yang pernah terjadi di masa lalunya. “Saudara saya sendiri, yaitu paman saya saja tidak mau menerima saya menjadi pekerjanya karena status saya,” seperti yang dilansir dari jabar.tribunnews.com. Karena penolakan itulah, ia akhirnya bertekad untuk mendirikan usaha sendiri.
Mencoba perbaiki hidup dengan dirikan usaha
Tak ingin berlarut-larut dalam ketidakpastian, Asep pun mencoba untuk berwirasusaha dengan membuka beberapa bisnis. Ia pun menjalankan beberapa toko yang bergerak di berbagai bidang pekerjaan. Seperti kuliner, distro, desain grafis, olahraga kick boxing, dan motor sport. Yang unik, semua usaha tersebut dikelola oleh mantan narapidana. Sama seperti Heri. Tak kepalang tanggung, jumlahnya pun mencapai 100 orang.
Terapkan syarat ketat kepada karyawannya
Mantan narpaidana yang menjadi pegawai Heri, datang dari latar belakang kejahatan yang berbeda-beda. Ada napi kasus narkoba, pembunuhan, pencurian, hingga perampokan. Semuanya ditampung bekerja dengan syarat yang ketat. “Ada persyaratan jika ingin bergabung yaitu mantan narapidana dan harus berjanji tidak akan masuk ke dunia kriminal lagi,” kata Heri di Cafe X-Residivist milinya yang dilansir dari jabar.tribunnews.com. Meski sempat pesimis, Heri yakin usaha dan karya yang dihasilkan bersama mantan napi lainnya, bisa diterima masyarakat.
Perlahan, keberadaannya mulai diterima masyarakat
Berangkat dari masa lalu yang datang dari keluarga broken home dan sempat terlibat kejahatan, Heri bertekad untuk berubah. Ia pun berkomitmen untuk mengembangkan sejumlah bisnis dan membantu mantan narapidana agar bisa diterima masyarakat. Terbukti, sejumlah pakaian yang dihasilkan dari usaha distro miliknya, telah dipasarkan di lapas dan rutan Kota Bandung. Tak hanya itu, ia juga bertekad untuk menyekolahkan adik-adiknya agar sukses di masa depan.
Asal ada niat dan kemauan untuk berubah, semua orang bisa menikmati kesuksesannya di masa depan. Seperti kisah Heri Coet di atas, kita bisa memetik hikmah yang ada. Tak selamanya manusia larut dalam kejahatan. Suatu saat, ia pasti bisa berubah menjadi lebih baik oleh waktu yang terus bergulir. Bukan begitu Sahabat Boombastis?