Aksi teror yang terjadi di Indonesia mungkin sudah punya sejarah yang cukup lama. Mulai dari bom bali yang sempat menggemparkan dunia, hingga aksi teror di Surabaya beberapa waktu yang lalu. Ya, hanya kesedihan dan tangisan yang bisa didapat dari aksi-aksi itu. Namun demikian, Indonesia tak akan pernah takut pada teroris.
Bicara soal terorisme,salah satu anak mantan pelaku teror itu sempat sakit hati dan ingin balas dendam pada Indonesia. Bahkan sampai-sampai dirinya belajar cara untuk merakit bom hanya untuk meneruskan jejak sang ayah. Lalu bagaimana keadaan dirinya sekarang, apa jadi teroris juga? Simak ulasan berikut ini.
Termakan dendam atas kematian ayah, anak Amrozi ingin merakit bom
Kejadian bom Bali yang sempat terjadi di Indonesia, tentunya membuat luka pilu di hati masyarakat. Oleh sebab itu, para pelakunya harus dihukum berat, dan tak jarang harus berakhir pada hukuman mati. Hal itu pula yang terjadi pada Amrozi, salah satu tokoh penting dalam aksi pengeboman itu yang harus berakhir menerima hukuman berondong peluru.
Namun ternyata tak sampai di situ kisahnya, pasalnya sang anak sempat termakan dendam dan ingin meneruskan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Tak tanggung-tanggung, bahkan pria bernama Mahendra ini selalu berkunjung ke rumah pamannya untuk belajar merakit bom, tujuannya satu hanya balas dendam.
Dendam bertahun-tahun kepada Indonesia membuatnya benci merah putih
Seperti yang diketahui kalau kemarahan atas matinya ayah Mahendra membuat dirinya jadi lupa daratan. Selain ingin belajar dalam membuat bom untuk membalas dendam pada Indonesia, dirinya juga secara terang-terangan mengungkapkan moto untuk melanjutkan perjuangan sang abi.
Tak sampai disitu, bahkan Mahendra enggan bila harus hormat pada sang saka merah putih. Oleh sebab itulah selama diundang dalam upacara selama sepuluh tahun ke belakang, dirinya tak pernah mau hadir. Bahkan banyak orang sempat putus asa dalam menyadarkan pria yang satu ini yang sudah terlanjur terbakar keinginan untuk balas dendam.
Beruntung ada paman yang tak pernah menyerah dalam menyadarkannya
Meskipun selalu ingin belajar membuat bom pada sang paman, Ali Fauzi yang juga mantan teroris yang ada malah wejangan untuk mengurungkan niatnya. Pasalnya sang paman sendiri sudah lama memilih tobat bahkan ingin membalas kesalahannya dengan mengabdi pada negara.
Bahkan dirinya kini menjadi pendiri dari Lingkar Kedamaian untuk mencegah kejadian serupa. Beruntung dengan pantang menyerah Ali Fauzi dalam membuat sadar keponakannya itu membuahkan hasil. Hingga akhirnya Zulia Mahendra memilih menghilangkan niatannya dalam membalas dendam sang ayah yang memang salah, dan kembali mencintai bumi pertiwi hormat pada sang merah putih.
Hanya menyisahkan penyesalan, Mahendra jadi sang pengibar sang merah putih
Hampir sepuluh tahun lamanya anak teroris ini memendam dendam pada tanah air, namun semua sirna lantaran wejangan dari pamannya serta perenungan lama. Bagaimana tidak, pasalnya setelah sekian lama merenung, dirinya akhirnya mendapatkan jawaban kalau dendam hanya menghasilkan pembalasan yang nantinya kembali menjadi dendam pula.
Mahendra mencoba mengakhiri mata rantai ini dengan kembali ke pelukan Indonesia. Ya, akhirnya dirinya kembali memberikan hormatnya sepenuh hati pada sang merah putih, tak sampai di situ bahkan Mahendra pun jadi salah satu pengibar dalam upacara. Mengikuti jejak pamannya, dirinya kini lebih memilih kembali kepada tanah air tercinta.
Dari kisah Zulia Mahendra ini kita jadi sadar kalau memang dendam sama sekali tak menyisahkan apa-apa bagi sang pembalas selain penyesalan. Apalagi dendam yang dilakukan dengan aksi teror, bakal banyak nyawa tak berdosa jadi korbannya. Mari sama-sama saling merangkul dalam menjaga tanah air tercinta.