Elpiji yang dulu tak ada apa-apanya, kini menjadi bahan perbincangan dari ibu-ibu tetangga. Mulai dari harganya yang kian menjulang sampai batang hidungnya sudah jarang terlihat di berbagai toko. Nah, kabar-kabar tersebut mulai menghilang karena sekarang ada berita hot lagi yakni tentang elpiji 3 kg yang akan dihapus dari peredaran sejak 1 Mei 2018 nanti. Sontak berita ini membuat para ibu ngelus dada dan tak tahu harus berbuat apa.
Pasti ibu kalian juga bakal merasakan hal yang sama. Di kala elpiji 3 kg sangatlah murah, semua ibu rumah tangga harus terima kenyataan kalau tabung gas akan ditiadakan. Akan tetapi, untuk kalian semua jangan takut, beritahu ibu, tante, nenek dan saudara perempuanmu kalau ada solusi di balik ini semua.
Kompor induksi yang bisa hemat pemakaian hingga 60%
Kompor induksi buatan dari PT PLN ini sebenarnya diciptakan bukan karena elpiji ingin dihapus lho, tapi ada alasan lainnya. Yakni ingin membuat kebutuhan rumah tangga menjadi lebih hemat sekitar 60%. Selain itu untuk menghindari bahan dasar elpiji dari luar negeri yang kini sudah merajai negara kita tercinta ini.
Kelebihan lain dari kompor induksi ini selain hemat juga karena harganya murah. Hanya dengan harga Rp300 ribu saja kalian bisa mendapatkan alat masak tersebut beserta kualitasnya yang mumpuni. Lalu, kompor ini pemakaiannya mudah dan kadar panasnya bisa diatur sesuai keinginan, jadi sangat cocok untuk para ibu-ibu yang tak mau ribet. Selanjutnya yang paling menarik lagi adalah kompor ini tidak akan bisa meledak karena tak ada selang ataupun gas terpasang pada alat tersebut. Sehingga keamanannya sungguh terjamin.
Gas rawa yang dimanfaatkan oleh warga Jawa Tengah
Warga Jawa Tengah, khususnya di Desa Rajek, Kabupaten Grobogan sekarang sudah tidak lagi dipusingkan dengan beli gas elpiji. Lantaran di daerah mereka sudah terpasang oleh instalasi pipa dari gas alam. Teknologi tersebut diberi nama gas rawa.
Sungguh mengejutkan memang karena ternyata di desa tersebut ada kekayaan alam yang bisa digunakan warga sekitar. Sehingga mereka tidak pernah mengalami yang namanya kehabisan gas untuk memasak. Api yang dihasilkan berwarna biru dan bisa digunakan untuk memasak makanan sampai matang sempurna. Jadi, bagi kalian yang daerahnya terdapat gas alam tapi tidak tahu mau digunakan untuk apa, bisa ditiru nih teknologi dari warga Kabupaten Grobogan.
Brazier Water Fuel, kompor yang hanya butuh air dan bahan bakar saja
Kompor satu ini merupakan buatan dari salah satu alumni Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya yang bernama Suparmin. Beliau menciptakan kompor unik yang diharapkan bisa menggantikan elpiji. Nama dari kompor buatannya ini adalah Brazier Water Fuel.
Kelebihan dari kompor ini adalah hanya membutuhkan air dan bahan bakar saja supaya bisa menyala. Bahkan, bahan bakar yang dipakai tidak hanya dari minyak semata lho, bisa juga diganti dengan spiritus, alkohol dan lain sebagainya. Cara kerjanya cukup membutuhkan satu sendok bahan bakar dan air untuk menyalakannya selama satu jam. Cukup keren kompor buatan dari Bapak Suparmin ini, namun penemuannya tersebut tidak mendapatkan antusias yang baik dari pemerintah.
Kompor yang hanya bermodal Rp6 ribu
Ada lagi nih penemuan kompor yang juga melibatkan air. Itu adalah kompor yang ditemukan oleh Eddy Suprianto pada beberapa tahun lalu. Ia membuat penemuan ini dimaksudkan supaya warga Indonesia tidak perlu kesusahan lagi membeli gas elpiji yang harganya mahal dan harus repot untuk mencarinya ke warung.
Oleh karena itu, pensiunan pegawai swasta ini rela berdiam diri di rumah selama 6 bulan hanya untuk kompor berbahan bakar air ini. Namun, usahanya tak sia-sia dan akhirnya kompor yang bermodal Rp6 ribu ini berhasil dibuatnya. Akan tetapi, lagi-lagi masih belum ada kejelasan tentang kompor dari Bapak Eddy Supriyanto ini. Lantaran pemerintah belum terlalu antusias dengan alternatif pengganti elpiji tersebut.
Jadi itulah alternatif pengganti elpiji yang diciptakan oleh anak bangsa. Dijamin deh para ibu-ibu sudah tidak takut lagi dengan dihapusnya elpiji 3 kg. Ya, walaupun beberapa di antaranya masih belum mendapat pengakuan, namun doakan saja supaya bisa segera dirilis dan dapat diterapkan oleh semua orang di Indonesia.