Apakah kamu pernah menonton drama atau film yang bercerita tentang tokoh berkepribadian ganda? Yap, kelainan ini disebut Dissosiative Identity Disorder (DID) atau juga Multiple Personality Disorder (MPD), memang pernah terjadi pada beberapa orang. Mereka yang mengidap penyakit ini biasanya sering tanpa sadar melakukan hal di luar kemampuan, tentu saja karena dirinya dikendalikan oleh pribadi yang lain.
Di Indonesia sendiri, ada seorang wanita bernama Anastasia Wella yang tak hanya berkepribadian ganda, tetapi 9 sosok sekaligus yang menguasai tubuhnya. Harus membagi tubuhnya dengan orang lain, bagaimana ya susahnya menjadi Wella? Untuk lebih detailnya, simak uraian Boombastis berikut yuk!
Mengidap DID karena sering mendapat perlakuan kasar sejak kecil
Kelainan mental ini sebenarnya sudah terjadi sejak taun 1800-an. Seorang pria berkebangsaan Prancis, Louis Vivet menjadi pria pertama pengidap DID dengan 10 kepribadian berbeda. Hal yang sama dialami oleh gadis asal Indonesia. Wella –panggilan akrabnya- mengakui jika penyakit mental yang ia alami mungkin bersebab dari trauma dahsyat masa kecilnya. Terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara, ketika masih berumur dua tahun hingga usia kanak-kanak ia seringkali mendapat perlakuan yang kasar dari orangtuanya. Tindakan berulang tersebut membuatnya takut luar biasa.
Menjadi bahan bullyan teman-teman di sekolah
Tak hanya dari lingkungan keluarga, di sekolah pun Wella kerapkali mendapat tindakan bully dan dikucilkan. Karena dianggap cupu, tak punya teman, serta suka menyendiri, Wella pernah dikurung di dalam ruangan kelas sampai pulang. Kejadian ini menambah kuat rasa takut dan mindernya. Hal yang terus terkenang dan tidak bisa dilupakan tersebut perlahan membuat Wella membangun dinding perlindungan dalam dirinya. Sehingga kerapkali muncul karakter lain saat ia merasa terancam (marah, stress berlebih, punya masalah berat).
8 sosok lain dalam diri Wella
Kejanggalan demi kejanggalan muncul ketika Wella berusia 11 tahun. Ia mengakui jika ia pernah tidak sadar dengan apa yang ia lakukan selama beberapa hari, padahal menurut orangtuanya ia ada dan beraktivitas seperti biasanya. Wella sendiri mengungkapkan ada 8 sosok lain dalam dirinya yang bisa saja muncul secara tiba-tiba. Ada seorang anak kecil bernama Atin, Andreas (pria yang sering bersikap kekerasan), Bilqis (gadis muslim dan pandai membaca Alquran), Saraswati (model dan penari), Ayu (penulis dan penyuka sastra), Ravelin (gadis yang menyebut dirinya millennial), Naura (karakter dengan temperamen berlebih) dan Paula (Akuntan). Semua karakter di atas muncul berdasarkan pengakuan orang yang pernah bertemu dengan mereka ketika Wella tak menguasai dirinya.
Sudah berupaya berobat ke berbagai psikiater
https://www.youtube.com/watch?v=D3uJmSJiwEI
Ketika split (berganti menjadi pribadi lain) orangtua Wella akhirnya membawa gadis 27 tahun tersebut menjalani berbagai macam pengobatan. Segala cara sudah dilakukan, dari konsultasi ke psikolog, melakukan hypnoterapi, hingga pergi ke beberapa ahli penyakit dalam (syaraf, jantung, bahkan spesialis pembuluh darah) hasilnya tetap nihil. Pencarian tersebut berakhir saat Wella bertemu dengan Ni Wayan Ani Purnamawati, psikiater yang menangani kasus penyakitnya hingga kini. Ni Wayan mengungkapkan selama masa pemulihan, Wella sudah jarang berubah-ubah menjadi sosok lain.
Pengidap DID harus mendapat banyak perhatian
Tak hanya konsumsi obat, penderita DID sebenarnya membutuhkan sosok yang bisa dijadikan sebagai tempat bercerita. Seperti Wella, ia mengaku jika dengan punya pacar dan sahabat yang bisa mengerti keadaannya serta menerima ia bagaimanapun juga. Hal tersebut setidaknya membuat ia merasa tidak sendiri, punya teman saat ada masalah yang sedang dihadapi.
Kasus seperti Anastasia Wella ini sebenarnya bukanlah kejadian pertama. Sebelum ini bahkan ada banyak tokoh dunia yang mengalami hal serupa. Hal ini terjadi ketika seseorang tak mampu bertahan dengan bayang-bayang trauma masa kecil, ia membangun perlindungan diri (self-defense) dengan split menjadi pribadi lain. For your information, jika mungkin kamu mempunyai teman seperti Wella, jangan dijauhi! Kamu bisa berlaku baik padanya, sehingga ia merasa punya tempat untuk bercerita dan merasa ada sosok yang memperhatikan.