Walaupun tak secerewet ibu, ayah adalah sosok yang mengayomi dan melindungi anak-anaknya. Sebagai kepala rumah tangga yang rela bekerja keras tak jarang anak memberi label ‘superhero’ untuk ayah mereka. Namun, alangkah mirisnya jika ternyata masih ada sosok ayah yang tega menghabisi nyawa anak karena hal yang amat sepele.
Ada banyak hal yang melatarbelakangi tindakan keji ayah terhadap anaknya ini, dari masalah kenakalan hingga masalah ekonomi. Beberapa kisah berikut ini memang benar-benar terjadi dan bakalan bikin kamu ikut membatin, mengapa seorang ayah sampai begitu tega membunuh anaknya sendiri?
1. Desakan ekonomi, Ayah tega bacok kedua anaknya
Sungguh kejam hal yang dilakukan oleh ayah satu ini, Lukman Nurdin, warga Desa Ciakar, Tangerang. Ia menghabisi nyawa kedua anaknya Syifa Syakila (9) dan Carisa Humaira (3). Bukan hanya kedua bocah perempuan itu saja ternyata, istrinya juga ditemukan tewas bersimbah darah oleh warga sekitar.
Merasa bersalah usai habisi nyawa keluarganya, Nurdin sendiri langsung menyerahkan diri ke Polsek Panongan, Tangerang. Setelah diselidiki, motif pembunuhan tersebut karena desakan ekonomi keluarga. Sampai segitunya ya?
2. Bertengkar dengan istri, ayah bunuh bayinya dengan racun tikus
Tak terima dimarahi sang istri saat meminta uang untuk membeli susu anak, seorang ayah bernama Taufik di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat membunuh bayinya yang baru berusia 14 bulan. Kaisar Alfikar, bayi malang ini meninggal akibat susu yang dicampuri dengan racun tikus oleh sang ayah.
Sebelum akhirnya tewas, bibinya sempat mendengar tangisan Kiasar, namun tidak bisa masuk ke dalam rumah karena pintu yang terkunci. Berhasil mendobrak pintu, sang bibi kaget karena keduanya sudah muntah karena Taufik ikut meminum sisa racun tikus yang ada. Setelah dilarikan ke rumah sakit, Taufik dirawat di ruang UGD, namun nyawa Kaisar tidak bisa terselamatkan.
3. Tak tahan dengar tangisan, ayah bunuh 4 anaknya saat masih bayi
Selama ini orangtua selalu bahagia mendengar tangisan anaknya, berbeda dengan Upik, seorang warga di Samarinda. Karena tak tahan dengan tangisan anaknya yang masih balita, ia nekat membunuh keempat anaknya ketika masih bayi. Walaupun terkenal baik dan pekerja keras, Upik memang termasuk orang yang jarang bergaul. Ternyata perbuatan kejinya ini sudah dilakukan sejak anak pertamanya lahir di tahun 1997.
Tak sampai disitu, anak kedua juga dibunuh pada 2001 saat berusia 3 bulan. Setahun kemudian, Upik kembali membunuh anaknya yang baru berusia 2 bulan. Anak yang terakhir dibunuh pada 2008 dengan cara ditenggelamkan ke dalam tong berisi air. Tidak hanya membunuh 4 anak ketika masih balita saja, Upik juga memperkosa anak perempuannya yang berusia 15 tahun. Yah, kalau gak mau dengar tangis bayi mending gak usah punya anak pak!
4. Istri bekerja, ayah aniaya bayinya hingga tewas
Mendapatkan keturunan adalah anugerah tersendiri bahkan ditunggu-tunggu oleh pasangan yang sudah menikah. Sayangnya, ada saja orangtua yang masih tidak bertanggung jawab dan tega terhadap darah dagingnya sendiri. Seperti yang dialami oleh Panji, seorang warga Tambaksari, Surabaya yang menganiaya putranya sampai meninggal dunia.
Panji memang dikenal agresif dan seringkali bertindak kasar, termasuk kepada sang istri. Naasnya, ketika sang istri sedang bekerja, Panji melancarkan aksi aniaya terhadap putranya yang masih 16 bulan. Bayi lucu tersebut diketahui meninggal oleh bibinya yang tak sengaja mampir. Sungguh tragis, bayi ini ditemukan tewas dengan kondisi luka di bagian wajah dan kepala.
5. Menderita skizofrenia, seorang Brigadir mutilasi 2 buah hatinya
Aksi yang tak kalah tragis ini terjadi di Melawi, Kalimantan Barat. Dialah Petrus Bakus, seorang polisi yang berpangkat brigadir yang membunuh kedua anaknya, Fabian (5) dan Amora (3) ketika keduanya sedang tertidur lelap. Usai menghabisi kedua anaknya, Bakus menemui istrinya sambil membawa parang.
Bakus yang memang menderita skizofrenia kerapkali kesurupan dan marah-marah sendiri. Ketika memutilasi kedua anaknya ia mengaku jika hal tersebut merupakan perintah Tuhan, ia mengakui perbuatannya namun tidak menyesal.
Menjadi lelaki terlebih seorang ayah itu memang berat tanggung jawabnya, bukan sekedar menjadi tulang punggung saja, akan ada banyak ujian selama mengarungi bahtera pernikahan. Untuk semua yang akan menjadi orangtua, jika telah memutuskan untuk membangun rumah tangga, maka harus siap dengan segala konsekuensi dan tanggungjawab sebagai orangtua.