Mempunyai bayi di tengah-tengah keluarga umumnya menghadirkan sensasi bahagia meski juga diselimuti perasaan takut dan khawatir. Sebab merawat bayi yang lucu tidaklah mudah, dan jauh berbeda dengan menangani orang dewasa. Bayi harus diperlakukan sangat hati-hati sebab rentan terhadap kendala fisik dan mudah kemasukan berbagai penyakit. Salah sedikit menanganinya, dengan gampang si bayi bisa meregang nyawa.
Seperti kasus bayi mungil Tiara Debora yang meninggal pada hari Minggu, 3 September 2017 lalu. Mirisnya, putri dari Heny Silalahi dan Ridiano Simanjorang ini tak bisa bertahan lantaran terlambatnya penanganan. Dan ternyata, sebelum-sebelumnya terdapat Debora lain yang mengalami nasib serupa.
Tak Bisa Bayar Biaya Rumah Sakit, Debora Meninggal Dunia
Setelah mendapatkan prosedur pertolongan pertama dari RS Mitra Keluarga, bayi Tiara Debora disarankan dokter di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Sayangnya, keluarga Debora hanya memiliki uang Rp 5 juta dari Rp 19.800.000 yang diminta pihak rumah sakit. Uang Rp 5 juta yang diserahkan ke administrasi ditolak pihak rumah sakit meski orang tuanya berjanji akan segera melunasi. Pihak rumah sakit malah merekomendasikan rumah sakit lain yang memiliki PICU dan melayani BPJS. Sayangnya, putri pasangan Rudianto dan Henny tak kunjung mendapatkan rumah sakit lain yang ruangan PICU-nya kosong. Sampai akhirnya bayi mungil tersebut menemui ajalnya.
Bayi Fayla Diduga Meninggal karena RS Lalai
Setelah mendapatkan suntikan antibiotic oleh dokter di Rumah Sakit Awal Bros, Jawa Barat, bayi Fayla Rafani Blegur meninggal. Bayi yang baru berusia 14 bulan tersebut diduga alergi antibiotic sehingga perutnya membesar dan mulutnya mengeluarkan cairan berbusa. Lambatnya penanganan pihak rumah sakit konon yang membuat Fayla drop dan meninggal. Kejadian yang menghebohkan pada November 2015 silam dilaporkan pihak orang tua Fayla ke Polda Metro Jaya dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia sebagai malpraktik.
Lahir dengan Cara Caesar, Bayi Ini Malah Meninggal
Dugaan ketidakseriusan RS Muhammadiyah Kota Metro pada pasien BPJS dinyatakan pasangan Aan Fukron dan Fitrana. Pasalnya, sang anak yang menjalani operasi caesar melalui BPJS malah meninggal dunia. Dugaan tersebut berdasarkan fakta bahwa si bayi terlihat memiliki luka di beberapa bagian tubuh. Meski begitu, pihak rumah sakit mengaku telah melakukan prosedur yang benar saat melakukan operasi.
Meninggal Dunia karena Penanganan yang Telat
Kisah berawal dari seorang bayi yang mengalami kejang dan dilarikan ke RSUD Kota Tangerang Selatan berbekal kartu Jaminan Kesehatan Daerah. Sayangnya, sesampainya di RS bayi tak kunjung mendapat pertolongan medis dengan alasan tidak ada dokter spesialis. Setelah beberapa saat berselang, cucu dari Yulianti itu meninggal dunia pada 31 Oktober 2014 silam. Pihak keluarga menduga kematian bayi disebabkan penelantaran yang dilakukan RS, namun pihak rumah sakit menyangkal hal tersebut.
Diduga Meninggal Setelah Imunisasi
Seusai mendapatkan imunisasi, seorang bayi berusia 5 bulan meregang nyawa. Kejadian pada Rabu, 18 Mei silam terjadi di RS Pasar Rebo, Jakarta. Setelah dilakukan imunisasi, Rasqa mengalami demam yang tak kunjung turun. Orang tuanya, Agung dan Ajeng pun merujuk anaknya ke Klinik Sri Sukamto. Sayangnya, bayi tersebut tak bisa lagi diselamatkan.
Lima kisah meninggalnya balita di atas bisa dibilang cukup sebagai pembelajaran semua pihak agar lebih berhati-hati dalam menangani bayi. Sebab bagaimanapun, bayi memiliki kondisi fisik yang amat sangat lemah dan rentan. Di samping itu, ini juga jadi perhatian bagi fasilitator kesehatan agar juga memperhatikan mereka yang menggunakan BPJS.