Berita tentang penggunaan dana haji Indonesia untuk pembiayaan infrastuktur dengan cepat terdengar media. Memang keputusan pemerintah punya tujuan yang positif, yakni menginvestasikan uang di tempat yang tidak memiliki risiko tinggi. Namun nyatanya, keputusan tersebut justru menimbulkan pro kontra.
Tak sedikit banyak juga mengeluhkan keputusan tersebut. Mengingat masalah berhaji sendiri sejak dulu juga jadi problematika yang tak kunjung menemukan kemudahan. Sudah jadi rahasia umum jika masyarakat Indonesia memang selalu mengalami kesulitan dalam berhaji. Berikut ini adalah beberapa contoh betapa sulitnya naik haji di Indonesia.
Banyak agen haji abal-abal
Jenderal Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), Budi Firmansyah, mengatakan jika di Indonesia setidaknya ada ribuan agen umrah dan haji yang tidak resmi. Kamu pasti percaya dengan pernyataan tersebut, bahkan mendapati sendiri banyak orang-orang yang gagal berangkat haji atau umroh gara-gara tertipu agen abal-abal.
Memang, selama ini Amphuri sudah bekerjasama dengan kepolisian dan pemerintah Agama untuk menekan jumlah agen palsu tersebut. Namun, begitu banyak agen palsu juga membuat pemerintah kuwalahan. Hal itu juga yang jadi salah satu masalah terbesar masyarakat Indonesia yang ingin berhaji.
Kuota terbatas
Kuota haji juga jadi salah satu yang paling serius bagi Indonesia. Bisa dibayangkan, sebagai negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi, tentu peminat masyarakat untuk pergi ke Mekkah juga tidak sedikit. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia berjumlah sekitar 261,1 juta.
Sementara pada tahun 2013-2016, kuota jemaah haji dibatasi hanya sekitar 168.800 orang saja. Memang, di tahun ini Indonesia mendapat kuota tambahan sekitar 10 ribu. Maka total jemaah tahun ini adalah 221 ribu dan bisa dikatakan jumlah tersebut terbanyak sepanjang sejarah. Namun, kuota tersebut terasa sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang ada ratusan juta jiwa.
Biaya tidak murah
Banyak masyarakat Indonesia yang merasa kesulitan naik haji karena masalah biaya. Tentu saja, saat ini setidaknya dibutuhkan dana sebesar 34,9 juta untuk bisa pergi ke tanah suci. Bagi masyarakat yang berada, jumlah tersebut memang bukan apa-apa. Tapi tentu jadi masalah besar bagi golongan menengah ke bawah.
Seperti diketahui, hukum berhaji memang wajib bagi yang mampu. Mampu sendiri memang memiliki banyak makna, namun bagi masyarakat Indonesia mampu merupakan kekuatan dari segi ekonomi untuk bisa ke tanah suci.
Antrian sangat lama
Selain biaya yang nggak murah, panjangnya antrian untuk bisa berangkat juga nggak kira-kira. Makin tahun, lamanya antrian selalu menyita perhatian. Rata-rata lama penantian tersebut bisa mencapai 17 tahun. Namun, ada juga beberapa daerah yang masa tunggunya lebih lama.
Contohnya saja, daftar jemaah haji dari Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan yang memiliki masa tunggu sampai 41 tahun. Padahal, jika dilihat dari data Kementrian Kesehatan, sekitar 62% jemaah haji Indonesia di tahun 2016 berusia di atas 60 tahun. Belum lagi jumlah jemaah yang memiliki penyakit sekitar 43,5%.
Itulah empat kesulitan berhaji bagi masyarakat Indonesia. Maka nggak heran sampai ada orang-orang Indonesia yang nekat pergi ke tanah suci dengan berjalan kaki. Hal itu membuktikan, sesulit apapun, jika ada kemauan tentu akan dimudahkan.