Politik memang kejam, ungkapan itu ternyata benar adanya. Orang yang berkiprah di dunia ini mau tidak mau harus saling sikut, tikung, bahkan tikam demi eksis di perpolitikan. Politik juga erat kaitannya dengan seorang presiden, sebab bisa menjabat presiden adalah karena dukungan dari partai politik. Jangan kira jadi presiden itu enak, karena banyak orang yang menginginkan posisi itu siap mencari dan mengorek kesalahan seorang presiden. Bukan hanya itu, nyawa pun bisa jadi taruhan.
Banyak kisah-kisah saling jegal di dunia politik terjadi, hal ini juga berlaku pada posisi presiden. Dan karena perbedaan kepentingan, tak jarang presiden pun harus dihabisi nyawanya. Nah, berikut ini cerita-cerita presiden yang bahkan harus merelakan nyawanya demi mempertahankan jabatannya.
Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee
Di saat orang lain bersenang-senang, Park Chung Hee menghabiskan sebagian besar masa mudanya di akademi militer Changchun. Berkat bantuan Arikawa yang seorang kolonel Jepang, prestasi Park moncer dan dipromosikan menjadi mayor Jendral dalam waktu singkat (kurang dari 5 tahun). Sampai di tahun 1963, Park pun berhasil menjadi orang nomer satu di negara itu. Didikan militer ini konon yang membentuk gaya kepemimpinan otoriter saat Park menjadi presiden Korea Selatan. Sayangnya banyak pihak yang menentang kepemimpinan yang kelewat otoriter itu. Hasilnya pada tanggal 26 Oktober 1979 Park pun harus lengser dengan cara tragis. Park ditembak di Gungjeong-dong, Jongnogu, Seoul oleh direktur KCIA bernama Kim Jae-Gyu.
Presiden Burundi, Cyprien Ntaryamira
Mengawali karir sebagai pejabat pertanian, prestasi Ntaryamira melejit dan populer di masyarakat. Hingga ia pun bisa memimpin sebuah partai bernama FRODEBU. Kala itu, keberuntungan sedang dekat dengan Ntaryamira hingga ia terpilih sebagai presiden Burundi di tahun 1994, tepatnya pada tanggal 5 Februari. Keberhasilannya ini membuat suku Interahamwe tak senang. Ketidaksenangan ini diwujudkan dengan menembak pesawat yang ditumpangi dalam perjalanan bersama presiden Rwanda Juvenal Habyarimana. Pesawat pun jatuh dan Cyprien Ntaryamira tewas dalam tragedi ini.
Presiden Kongo, Patrice Lumumba
Sosok Patrice Lumumba lebih dikenal dunia sebagai founding father dari negara Kongo. Menjadi orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Kongo tak menjamin orang nomer satu di negara itu hidup menyenangkan. Justru akhir hidupnya cukup tragis karena dimutilasi dan dibakar hidup-hidup pada tahun 1961. Duka mendalam pun mengiringi kepergiannya. Konon, santer dugaan jika pelengseran ini dilakukan oleh imperialis AS, kolonialisme Belgia, serta elit-elit politik Kongo yang tidak nyaman dengan kemerdekaan negara ini.
Presiden Amerika, William Mckinley
Sempat menjadi seorang jaksa, William McKinley mengawali karir politiknya sebagai Gubernur di daerah kelahirannya, Ohio. Setelah berbagai upaya, akhirnya pada tahun 1896 ia berhasil dipilih sebagai Presiden AS. Namun garis nasib berkata lain, William ditembak oleh seorang anarkis bernama Leon Csolgolsz Frank saat menghadiri pameran di Buffalo New York. Tak lama setelah itu, William pun meninggal. Terhitung, hanya sekitar 6 bulan masa kepemimpinnya sebagai presiden AS.
Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto
Mengikuti jejak sang ayah untuk terjun di dunia politin, Benazir Bhutto harus mengalami nasib yang cukup tragis. Kejadian ini berawal saat dirinya akan mencalonkan diri pada pemilu di Pakistan pada tahun 2008. Memulai langkah politik untuk kembali menjadi perdana menteri dengan berkampanye di Rawalpindi daerah dekat Islamabad, ia dan para tim suksesnya dijatuhi bom dan serentetan tembakan. Kejadian ini membuat nyawa mantan Perdana Menteri Pakistan tahun 1990 itu meninggal.
Kisah-kisah tragis itu harus dialami para presiden di atas gara-gara masalah kekuasaan. Memang ya, semua orang pada mau jadi presiden makanya sampai setega itu melakukan aksi saling bunuh. Bersyukur di Indonesia tidak ada yang sampai seperti itu.